Chapter 6: Illusion

84 13 21
                                    

THANN bersusah payah terbang melintasi lautan api dengan Addison dan Habibie bergelayutan di kedua kakinya, belum lagi ditambah seekor naga. Meski mereka terbang cukup tinggi, tetapi hawa panas di bawah membuat mereka kewalahan juga.
 
            “Apa nagamu tidak bisa berubah besar dan membantu kita terbang? Kau lihat Thann sudah mau mati mengangkut kita,” ucap Addison sambil memandang naga Habibie yang begelayutan di bahunya.
 
            “Itu karena Thann saja yang lemah,” balas Habibie berusaha membela diri. “Lagian nagaku sudah sampai di ukuran maksimal. Naga ini tidak bisa besar lagi.”
 
            “Aku tidak lemah, hanya energi sihirku yang terus berkurang ketika semakin dekat dengan pecahan asteroid,” jawab Thann karena tidak terima disebut lemah di saat mereka hanya bergantung padanya.
 
            Addison kembali memandang naga Habibie dengan matanya yang masih serupa kaca. “Apa gunanya naga sebesar ayam begini? Lebih baik kau sembelih saja, Kenapa kau tidak memilih naga yang lebih besar, keren, dan bisa menyemburkan api?”
 
            Habibie mengusap kepala naganya. “Karena tidak ada yang memilih Alfa makanya aku memilihnya. Terkadang, sesuatu yang luar biasa bisa tercipta dari hal yang sederhana.”
 
            “Namanya Alfa? Kok aku baru tahu?” balas Addison lagi dan baru tahu selama ini naga itu ada nama.
 
            “Karena kau tidak bertanya.”
 
            “Kalian lihat situasi sekarang kita ada di mana? Seenaknya saja kalian bicara santai seperti itu di saat aku bersusah payah membawa kalian.” Thann memperingati kedua temannya yang asyik mengobrol di saat monster api raksasa mengancam mereka. “Addison, letak Mirror Island di mana? Apa kita sudah semakin dekat?”
 
            Addison menengadah ke langit. “Terus saja ke atas. Pulaunya masih tinggi di atas kita.”
 
            “Coba kalian lihat kekuatan kepala sekolah. Mengerikan, ya,” ucap Habibie sambil melihat pertarungan di bawah. Di atas laut yang bergejolak, terjadi pertarungan jarak dekat. Kepala sekolah dan makhluk berapi itu seakan menari dengan gerakan-gerakan tidak terduga dan mematikan. Kalau satu gerakan saja salah, nyawa bisa melayang.
 
            Pertarungan demi pertarungan terus berlanjut. Energi sihir dengan energi sihir saling bertubrukan. Kepala sekolah membuat lingkaran sihir bewarna biru, lalu mengunci makhluk itu. Raksasa api itu berusaha melepaskan diri, tetapi segel yang dibuat kepala sekolah mengikat lebih kuat. Kepala sekolah melepaskan antingnya dan seketika berubah menjadi tingkat clover hijau. Ia membacakan mantra dan segumpal kegelapan muncul di ujung tongkatnya dan langung menghantam makhluk api itu. Terjadi ledakan yang dahsyat dan makhkuk berapi yang tidak jelas bentuknya itu terkapar, tidak bergerak lagi. Kepala sekolah menengadah untuk melihat muridnya jauh di atas sambil mengacungkan jempol. Namun secara tidak terduga, muncul seekor naga berapi dari dalam laut dan langsung menelan kepala sekolah.
 
            “Tidaaak! Kepala sekolah ditelan naga itu! Kita harus menolongnya.” Addison histeris sambil menarik-narik ujung jubah Thann.
 
            “Makhluk apa barusan itu. Mengerikan sekali!” komentar Habibie sambil memandang ngeri ke bawah dan laut yang semula bagaikan neraka sudah beku kembali.
 
            “Tenangkan dirimu, Addison! Kepala sekolah baik-baik saja dan beliau tidak akan kalah semudah itu. Lihat saja, perisainya masih aktif dan sangat kuat, berarti ia masih hidup,” kata Thann berusaha berpikir lebih tenang.
 
            Addison berhenti meronta-rontak dan memandang lautan beku di bawah. “Semoga Mr. Navarro baik-baik saja,” ucapnya masih khawatir.
 
            “Mr. Navarro baik-baik saja. Menahan meteor saja ia sanggup, apalagi cuma ini. Aku malah lebih takut kalau kepala sekolah lepas kendali dan ikut menghabisi kita. Aku dengar dari Tristian kalau kekuatan warlcok itu mengerikan ketika lepas kendali,” kata Habibie bergidik ngeri.
 
            “Sekarang kita fokus ke misi yang sudah diberikan kepala sekolah. Addison, apa pulaunya masih jauh?” Thann berusaha mengalihkan perhatian Addison dari kepala sekolah.
 
            Addison memandang ke atas dan ia melihat lempengan transparan yang melayang-layang di langit. “Sebentar lagi kita sampai. Thann, terbang agak lebih ke kiri. Pulau itu sedikit berada di sisi kirimu.”
 
            Thann mengepakkan sayapnya lebih cepat dan mereka membubung semakin tinggi.

Secret Mission to Mirror Island (HIDDEN YEAR 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang