Aku terbangun dengan perasaan yang aneh. Bahagia karena masih bernafas dan sedih karena masih harus hidup.
Aku bahagia masih bernafas. Memberi diriku kesempatan untuk melakukan yang aku inginkan. Memperbaiki diri menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Aku juga sedih masih hidup. Memperjuangkan hidup yang menurutku bisa dilakukan dengan sederhana. Berusaha keras untuk mendapatkan yang diinginkan karena rasa persaingan dengan yang lain. HAHAHA menyedihkan.
Aku hidup di dunia abu-abu. Putih tidak, hitam juga tidak, berwarna apalagi.
Aku hidup di dunia yang menjadikan uang adalah dewa. Uang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang.
Aku hidup dengan mengikuti jalan orang lain. Mendengarkan perkataan mereka dan menurutinya.
Aku hidup sebagai mesin. 'Si Pencetak Uang' itu julukan ku. Memberi uang dan menggunakan uang. Tapi tetap diminta untuk menyimpannya. Menurutnya aku hidup di kolong jembatan yang hanya membutuhkan sedikit uang untuk makan. Bahkan mereka yang hidup disana masih membutuhkan banyak uang.
Aku lelah. Jika sudah diujung kesabaran aku ingin pergi melompat ke dalam lautan. Biarkan aku mati dengan tenang bersama dinginnya laut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wakil dari Hati
PoesíaHanya sebuah karya yang semoga dapat menenangkan hati. Bacaan untuk hati yang sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja. Bukan menggurui, hanya ingin menemani. Bukan menghakimi, hanya ingin berbagi. Semoga apa yang akan ku tulis dapat membuat hati...