Seperti dugaan Jea tiga puluh menit yang lalu, beberapa orang di studio kini sibuk membicarakannya karena Jea yang diantar oleh salah satu model muda yang tengah naik daun dengan segala keindahan yang ada pada tubuh lelaki itu tampak seperti sebuah lukisan. Sayangnya lelaki yang indah itu tengah mengantar Jea, wanita biasa yang hanya gila pada pekerjaannya tepat di depan lobby studio.
Tanpa banyak bicara, Jea langsung turun dari mobilnya dan berlari memasuki studio kerjanya. Ia sudah tidak peduli lagi bagaimana nasib mobilnya. Entah itu akan dibawa oleh Taehyun atau bahkan lelaki itu meninggalkan mobilnya di tempat parkir, Jea tidak peduli.
"Sudah mendapat tangkapan yang bagus, Jea? Rumor beredar cepat sekali."
Baru saja Jea akan mendudukkan dirinya di kursi kerjanya, seketika Louis muncul dari balik pintu sembari membawa dua gelas kopi dan memberikan satunya pada Jea.
"Oh tidak Loius, jangan membahas rumor yang tidak berarti. Hidupku tidak berputar di lingkaran percintaan." ucap Jea malas kemudian menyeruput kopi hangat pemberian Louis.
Lelaki berkulit putih nan tinggi itu hanya tersenyum kemudian melenggang meninggalkan ruangan dimana Jea biasanya bekerja.
____
Jea merenggangkan tubuhnya yang merasa pegal kemudian memeriksa waktu pada jam yang melingkar di tangannya. Empat jam sudah berlalu dengan cepat, dan kini pekerjaannya sudah selesai lebih cepat dari perkiraannya. Perasaan lapar mulai terasa karena nampaknya jam istirahat telah ia lewatkan hanya untuk bekerja.
Sepertinya jika aku menikmati masakan Seokjin semua lelah akan hilang...
Sebenarnya bisa saja jika Jea menghubungi Seokjin dan meminta lelaki itu memasak untuknya, namun sepertinya untuk seminggu ini ia tidak akan mengganggu sang pengantin baru yang masih dimabuk cinta seperti dunia hanya milik berdua. Salah Jea juga yang terlalu pilih-pilih pada pria dan menyebabkannya harus menderita kesepian sendiri, ditambah lagi dengan ditinggalnya oleh lelaki yang selama 5 tahun ini merawatnya. Jangan tanya atau bahkan curiga, Seokjin benar-benar hanya sebagai seorang kakak yang terlalu obsesi terhadap adiknya. Lelaki itu terlalu tua untuk terus banyak bicara. Bahkan terkadang Jea malas mendengarkan Seokjin yang mengoceh tiada habisnya.
Lain kali Jea harus bertanya pada Seokjin mengenai bagaimana mulut lelaki itu bisa banyak tenaga untuk terus mengoceh, barangkali bertanya mengenai vitamin apa yang ia konsumsi. Belakangan ini Jea kehilangan tenaga bahkan hanya untuk sekedar mengobrol.
Tidak! Jangan jangan ini tanda jika aku sudah menua?
"Tidak lapar, nona Im?"
Jea tersentak kemudian mengalihkan pandangannya pada seorang lelaki yang tengah duduk di meja kerjanya dengan santai. "Hyun? Sejak kapan kau ada disini?"
"5 menit yang lalu? Sejak kau melamun dan tidak menyadari bahwa semua orang tengah melihat ke arah ruanganmu." Jawab Taehyun santai sembari menunjuk ke arah jendela ruangan menggunakan isyarat matanya.
Jea kembali terdiam sembari mengalihkan pandangannya pada jendela besar transparan dekat pintu ruangannya. Dan benar, sudah ada banyaknya sepuluh pasang mata yang berjajar di depan jendela sembari tersenyum penuh arti padanya.
Wanita itu berdeham kemudian beranjak dari duduknya, mengambil sling bag dan menarik Taehyun keluar dari gedung tempatnya bekerja. Sesampainya di dalam mobil, Jea menghela nafasnya kemudian melirik pada lelaki yang duduk di sampingnya sembari tersenyum mentatapnya.
"Terry Kang, apa kau tahu apa yang baru saja kau lakukan?" tanya Jea dengan nada kesal.
Lelaki itu menaikkan bahunya, "Aku hanya mengajakmu makan, bahkan saat aku masuk ke gedungmu saja semua pegawai tidak menghalangiku sama sekali."
Jea memutar bola matanya sembari menghela nafas kasar, "Dengar Tuan Kang, barangkali kau lupa identitas asli mu itu siapa, jadi biar aku sebutkan dengan jelas.", ia menarik nafasnya kemudian melanjutkan, "Terry Kang, seorang model muda yang sedang naik daun, tidak hanya di Korea Selatan bahkan ketenarannya sudah tercium hingga seluruh dunia. Ingat?"
Taehyun menganggukkan kepalanya sembari tersenyum, "Terimakasih atas sanjungannya, nona Im. Tapi apa yang salah dengan itu?"
"Apa kau tidak takut akan terkena rumor negatif? Kau ini model terkenal Hyun! Ketika rumor beredar, kau mungkin akan hilang dari dunia pekerjaan ini! Begitupun denganku, ketika aku masuk pada artikel rumormu, maka mungkin saja aku akan kehilangan pekerjaanku atau bahkan semua produk karyaku tidak laku dan bahkan bangkrut!"
Taehyun terdiam, senyum indah itu seketika luntur. Matanya menatap Jea tanpa arti. Hanya terdiam.
"Maka jika rumor itu beredar, bukankah kita bisa mengatakan kalau kita tidak ada hubungan apapun? Lagipula kau tidak perlu khawatir sebesar itu, aku bukan seorang idol dengan fans yang berjuta juta." ucap Taehyun kemudian menyandarkan punggungnya pada kursi mobil kemudian menutup matanya dengan tangan yang dilipat.
Bukan Taehyun, kini giliran Jea yang terdiam menatap lelaki di sampingnya. Seketika otaknya dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut dengan hatinya. Pertanyaan seperti, apa perkataannya terlalu kasar, apa perkataannya terlalu tidak masuk akal, apa perkataannya atau bahkan perkataannya menyakiti hati Taehyun.
Baiklah, Jea mengaku salah.
Selama perjalanan dan bahkan sesampainya di sebuah restoran, Taehyun hanya terdiam dengan wajah datarnya. Walaupun Taehyun memang pada dasarnya pendiam dan terkadang dingin, namun Taehyun yang benar-benar kenal adalah orang yang ramah dan perhatian. Rasanya Jea tidak terbiasa dengan Taehyun yang pendiam dan dingin seperti ini.
"Aku sudah booking ruang VIP." ucap Taehyun pada salah satu staff restoran.
Mendengar ucapan Taehyun, Jea mengerutkan keningnya bingung, "VIP? Kenapa? Aku bisa makan di tempat biasa."
Lelaki yang berprofesi sebagai model itu menoleh dan menjawab, "Bukankah kau bilang takut seseorang mengenali kita dan menyebarkan rumor?"
Jea terdiam, apa dia baru saja menyindirku?
Sepasang teman kecil itu berjalan menyusuri lorong dengan keheningan, hanya ada suara sepatu yang bertabrakan dengan lantai berkali-kali. Jangan tanya, suasanya jelas jelas sangat canggung, mengingatkannya pada kejadian lima tahun lalu saat Taehyun terang-terangan menyatakan perasaannya pada Jea. Tapi sepertinya kali ini lebih... mengerikan?
"Sudah sampai. Untuk memesan makanan, tuan dan nona bisa memilih pesanan melalui ipad yang sudah tersedia di meja. Permisi." Jelas staff restoran kemudian melenggang pergi meninggalkan sepasang manusia itu di dalam ruangan kecil tertutup.
Jea melirik lelaki yang duduk di hadapannya dengan hati-hati. Lelaki itu tampaknya sudah mulai sibuk melihat pesanan melalui ipad, sangat berbeda dengan Jea.
Agh, ini benar-benar membuatku gila.
"Hyun,"
Hening.
"Hyun, Kang Taehyun!"
Hening.
Jea menghela nafasnya melihat Taehyun yang tampaknya malas untuk diajak bicara. Jea menarik satu tangan lelaki yang ada dihadapannya kemudian menggenggamnya dengan erat, "Kang Taehyun, aku sedang memanggilmu."
Lelaki yang sebelumnya menyibukkan diri dengan menu kini mengalihkan pandangannya pada Jea, "Aku tahu."
"Maafkan aku, kupastikan tidak akan mengulanginya lagi. Jangan marah lagi yah? Maafkan aku, kau mau aku melakukan apa agar kau memaafkanku? Perlukah kita berfoto bersama dan mempostinya di social mediaku? Aku akan lakukan apapun yang kau inginkan asal kau memaafkanku, yah?" ucap Jea dengan melas.
"Tiga kali."
"Hm? Tiga kali apa?" tanya Jea bingung.
"Kencanlah denganku selama tiga kali, maka aku akan memaafkanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
After 5 Years (Sequel Boy Friends)
RomanceSemenjak meninggalkan Korea Selatan, Jea melanjutkan pendidikan magister nya di paris sekaligus merintis karir sebagai fashion designer disana. Hari harinya tidak ada yang spesial, ia terus menghabiskan waktunya pada kuliah dan pekerjaannya. Tahun d...