°2°

3 4 0
                                    

  Setelah pulang sekolah, rencananya Mila mau mengajak Aretha ke tempat kesukaannya, yaitu toko buku. Kalau biasanya  Aretha dulu yang mengajak, sekarang Mila lah yang mengajaknya katanya traktiran karena dia tadi dia di sapa kak Rayhan, sampai segitunya senang nya.

"Aretha, lo mau gak pergi ke toko buku, kebetulan novel gue udah selesai gue baca semuanya, katanya juga ada novel terbaru juga loh Retha."

"Siapa sih yang gak mau ke toko buku, toko buku itu menurut gue tempat ternyaman buat gue, ibaratnya kayak surga duniawi."

Jangan pada kalian kira Retha itu cuek ke semua orang ya, Aretha akan berubah seratus derajat jika dia sudah nyaman dengan orang itu, tapi yang mampu membuatnya nyaman hanyalah Mila, sungguh tuhan maha baik telah mengirimkan Mila untuk dirinya.

"Ayok, lah gass keburu sore nanti sampai sananya." Mila pun langsung menyeret tangan gue menuju parkiran untuk mengambil sepeda motor, walaupun Mila itu anak orang berada, tapi dirinya lebih suka naik motor daripada mobil mobil mewah yang terparkir di garansi nya.

Akhirnya, setelah perjalanan yang gue dan Mita tempuh dengan sangat menyenangkan gue dan Mita sudah sampai dan langsung  masuk untuk memilih buku yang mau kita beli.

"Retha, lo  mau beli buku apa?"  tanyanya sambil memilih milih novel yang akan dia beli.

"Gue kayaknya mau beli buku sejarah sama novel, Mita gue mau ke dulu ya, mau pilih buku sejarah."

"Iya, gue tunggu di sini nanti lo aja yang kesini gue males nyamperin ke sana." Gue jawab dengan acungan jempol, setelah itu gue langsung berjalan menuju buku sejarah.

Saat gue asik memilih buku sejarah mana yang gue akan beli, gue kaget kenapa ini orang ada disini.

"Bagusan yang warna biru atau ungu ya?" tanya gue  pada diri gue sendiri.

"Bagusan yang warna ungu, lebih cantik kayak orang yang mau beli." Retha pun yang mendengar suara itu langsung kaget, bagaimana laki laki itu bisa disini.

"Lo, ngapain lo ada disini?"

"Nama gue Bagaskara, bisa dipanggil Bagas, atau gak gante—"

"Gue gak nanya." Rasanya gue ingin memberikan satu pukulan pada wajah gantengnya itu, eh tidak wajah biasanya itu.

"Lo kenapa sih dingin banget kalau sama gue, padahal tadi gue lihat lo sama temen lo gak dingin begini."

"Karena gue nyaman sama dia."

"Oh, jadi gue harus buat lo nyaman sama gue begitu ya, tunggu aja gue akan buat lo nyaman sama gue, bahkan cinta sama gue." ujar nya dengan tingkat  kepedean yang tinggi.

"Iya." Gue pun langsung pergi untuk menemui Mila daripada di sini lama lama gue bisa gila.

"Aretha, tunggu aja lo pasti akan gue bikin nyaman gue atau mungkin sampai lo cinta sama gue, dan setelah itu gue akan—" ujar Bagaskara setelah sepeninggalan Aretha.

----

Di sisi lain Mila yang tengah sibuk memilih novel mana yang akan dia beli, tiba tiba dikagetkan dengan tangan  yang tiba tiba merangkul pundak nya.

"Kak Rey, kok bisa kesini." Ternyata orang tersebut adalah Rey, mungkin kalau bukan Rey sudah Mila tendang ke Pulau Amazon.

"Bisa dong, selama ada lo harus ada gue." ujarnya dengan tersenyum manis ke arah Mila.

Tuhan bawa Mila pergi sekarang juga, Mila rasanya  mau pingsang ya tuhan. Dimohon untuk dokter spesialis hati untuk datang ke rumahnya sekarang.

"Haaa, kak Rey tadi bilang apa."

"Tidak ada pengulangan kata sayang."
Apa, kata kak Rey sayang, oh tuhan mila merasa kasihan pada hatinya saat ini pasti  akan berdetak seratus kali lebih cepat.

"Rey, ayok pulang urusan gue udah selesai." ujar pria itu, sepertinya Mila tidak asing dengan suara laki laki itu.

"Ayok bro, Mila gue pulang dulu ya, setelah ini langsung pulang, hati hati dijalan, selamat malam." rasanya tubuh  Mila lemas seketika, apalah daya Mila, Rey selalu memberi perhatian layaknya seorang kekasih, tapi kenyataanya Rey selalu menggantung dirinya tanpa kepastian, gimana tidak sakit.

Setelah kepergian Reyhan dan temanya tiba tiba saja Mila di kaget kan dengan Aretha yang sudah berada di belakangnya. Hari ini benar benar Mila membutuhkan dokter untuk  memeriksa kesehatan jantung nya.

"Anjir, Aretha lo bikin gue kaget tau gak." Aretha yang mendengar sahabatnya marah pun  rasanya ingin tertawa dengan sangat keras atau biasanya di sebut  juga ngakak.

"Maaf, habisnya gue tadi lihat lo senyum senyum sendiri kayak orang gak waras."

"Ah, sudahlah lupakan kejadian tadi, lo udah dapat buku belum?"

"Udah, gue beli novel aja gak jadi beli buku sejarah." ujar gue sambil menunjukan novel yang gue pilih.

"Ya udah, yok pulang, kayaknya sebentar lagi akan hujan." gue dan Mila segera menuju kasir untuk membayar buku yang kita beli.

Setelah kita sampai di parkiran, benar kata Mila hari ini hujan turun untuk menyapa buminya. Gue dan Mila pun sama sama orang penyuka hujan dan senja memilih untuk tidak memakai mantel.

"Mil, gimana kalau kita pulangnya sambil hujan Hujan nan  pasti seru!"

"Boleh juga, bentar bukunya gue taruh  jok biar gak basah."

Gue dan Mita pun akhirnya pulang dengan suasana hujan yang tidak terlalu deras, rasanya jika mengingat hujan Aretha ingin kembali ke masa kecilnya dulu yang hanya memikirkan bermain dan bermain.

'Mama, papa, apakah kalian berdua sekarang sedang mikirin keadaan Retha'

Tidak terasa sekarang gue dan Mila sudah sampai di rumahnya Mila, tadi gue rencananya mau pulang tapi kata Mila udah malem dan gue disuruh nginap dirumahnya.

"Mila, kamu kok gak pakai mantel nanti kalau  demam gimana?" tanya Nana, mama Mila.

"Mila gak papa kok ma, Mila kan udah gede."

Aretha yang mendengar percakapan anak dan ibu tersebut menjadi sedih, dan tanpa Aretha minta satu tetes air mata  keluar dari matanya.

'Tuhan, Retha pengen deh punya mama kayak  mama nya Mila, Retha pengen ngerasain ke khawatiran mama saat Retha gak ada, Retha gak boleh cengeng ya tuhan, Retha anak yang limited edition yang tuhan ciptakan ya?'

"Aretha ayok masuk sayang, lho kenapa mata kamu merah." Aretha yang mendengar itu langsung menghapus air matanya.

"Eh, tidak tante tadi cuma perih aja habis kena air hujan."  jawab gue dengan tersenyum.Tante Nana orangnya baik banget, beliau sudah anggap gue seperti anaknya, bahkan ketika mama gue, ah sudahlah gue lagi capek bahas dia.

"Retha bengong waek ayo masuk, kita tidur di kamar gue."

"Iya, Mila sayang."

Setelah  bersih bersih gue dan Mila bersiap untuk tidur, rumah Mila sangatlah nyaman  bahkan lebih nyaman daripada rumah gue. Mungkin besok gue berangkat sekolah juga dari rumah Mila kebetulan, Mila punya seragam banyak, orang kaya mah bebas. Sebelum gue masuk ke dalam mimpi indah gue berterima kasih kepada tuhan.

'Tuhan, terima kasih telah hadirkan meraka dalam hidup Aretha.'




Happy Reding

Jangan lupa!!!!!

Kalau kalian di posisi  Retha kalian menghibur diri sendiri dengan cara seperti apa?

A R E T H A ( On Going ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang