"Kita kedatangan member baru." Ucap Pain kepada para anggotanya. Ia berjalan bersama 'anggota member baru'.
"Ah, aku penasaran apakah dia lucu." Gemas Tobi sambil melompat-lompat.
"Cih, pasti dia atheis." Hidan sambil menatapnya.
"Berisik kamu!" Bentak Deidara si anggota member baru. Dengan percaya diri, ia menunjuk Hidan. Si lawan bicaranya pun tak tinggal diam.
"Dasar kamu, berani-beraninya menunjuk kepadaku!" Bentak Hidan, kali ini dia benar-benar marah.
"Seniku lebih bagus daripada ocehanmu." Ucap Deidara slengean tetapi tetap menatap mata Hidan.
"Dasar bajingan-" Umpat Hidan.
"Berhenti kalian berdua." Lerai Kakuzu menatap dua insan yang terjerumus ke dalam amarah masing-masing.
"Kakuzu~ lihatlah dia menunjuk kepadaku euum." Rengek Hidan di bahu Kakuzu. Hidan memeluknya, sifat manjanya keluar. Kakuzu memutar bola matanya malas.
"Sampai kapan sifatmu akan seperti itu terus?" Tanya Kakuzu menatap Hidan sambil melepaskan pelukan kekasihnya. Dan segera mengganti dengan pelukannya, tangan Kakuzu mendarat di pinggang Hidan yang cukup ramping. Hidan tidak mau menjawab dia hanya mau meraskan pelukan kekasihnya tersebut.
"Cih, dasar bucin." Umpat Deidara yang sebenarnya iri dengan hubungan kedua insan tersebut.
"Jadi namamu Deidara huh, dan kekuatan mu adalah ledakkan." Ucap Pain sambil menatap Deidara.
"Ya ledakkan adalah seni!" Teriak Deidara dengan percaya diri.
"Ya terserah padamu, kamu berpasangan dengan Sasori." Sambung Pain kali ini matanya menatap seseorang dengan surai merah.
"Oh jadi dia Sasori toh." Gumam Deidara.
"Kumohon kerja samanya ya." Ucap Sasori dengan ekspresi datar.
"Huh apa-apaan itu, mukanya sangat datar!" Gumam Deidara lagi.
Pertemuan tersebut hanya sebentar, sisanya melanjutkan misi. Dikarenakan Deidara masih baru, jadi ia masih harus beradaptasi dengan lingkungannya.
"Hei, apakah kamu mendengarkan apa yang aku bicarakan?" Ucap Sasori yang tengah menjelaskan misinya dengan partner barunya.
"Hoaaam, sangat bosan tidak ada seni disini." Bantah Deidara dengan mulutnya menguap karena bosan.
"Huh terserah padamu." Ucap Sasori yang melanjutkan perjalanannya.
"Ugh menyebalkan, kenapa kita harus jalan?!" Rengek Deidara.
"Oh ayolah, kamu tidak tuli kan?!" Gumam Deidara.
Selama di perjalanan, tidak ada yang memulai perbincangan, keheningan menyelimuti mereka berdua. Sesekali Sasori melirik ke arah Deidara.
"Apa?" Tanya Deidara yang merasa dirinya dilirik. Dia hanya mendapat gelengan dari sang lawan bicaranya.
Kini Deidara benar-benar bosan, ia menyerah. Dia mendudukkan dirinya di atas batu besar dan menatap langit.
"Langit hari ini sangat cerah huh." Ucap Sasori yang juga tengah menatap langit.
Deidara melirik Sasori. Seketika matanya membulat, ia melihat insan yang begitu tenang di sampingnya. Ketenangan itu membuat Deidara sedikit merasa damai, seolah-olah ia berada di alam lain yang sangat indah. Matanya, hidungnya, mulutnya, bahkan hembusan nafasnya Deidara merasakannya. Mata Deidara tidak ingin berpindah, mereka hanya ingin menatap seorang yang berada di sampingnya.
"Sasori-san." Ucap Deidara sambil memegang tangan Sasori.
"Huh, apa?" Tanya Sasori sedikit kebingungan.
"Udah punya pacar?" Tanya Deidara, sontak Sasori kaget dan matanya membulat.
"Tidak, kenapa? Tanya Sasori lagi.
"Pacaran yuk." Jelas Deidara, Sasori dibuat kaget lagi oleh Deidara. Sasori menarik tangannya yang tadi di pegang Deidara.
"Kau gila." Jelas Sasori, jantungnya berdetak kencang dan wajahnya juga memerah.
"Kamu tidak perlu langsung menerimaku, tetapi aku akan berusaha agar hatimu mau menerima hatiku di kemudian hari. Aku juga ga terlalu yakin soal hal ini, tapi aku akan berusaha." Jelas Deidara sambil menatap dalam mata Sasori. Mata Sasori berbinar-binar.
"Kenapa aku?" Tanya Sasori kini kepala menunduk seolah-olah tidak ingin melihat kekecewaan di mata Deidara.
"Huh, maksudmu?" Tanya Deidara sambil mendekatkan dirinya dengan Sasori.
"Aku masih doyan cewek." Jelas Sasori dengan wajah yang cukup serius.
"Kalau begitu, jadikan aku 'cewek" kamu." Ucap Deidara sedikit bercanda. Sasori terkejut dengan jawaban Deidara, bisa-bisanya dia memikirkan hal itu.
"Deidara, aku tidak bercanda." Sentak Sasori.
"Aku juga." Ucap Deidara tak mau kalah. "Sudah kubilang, aku akan berusaha sampai hatimu mau menerima hatiku. Sebelum saat itu tiba, aku tidak mau menyerah." Jelas Deidara kini tangannya menggenggam tangan lawan bicaranya.
"Huh, terserah." Ucap Sasori pasrah. Deidara tersenyum tipis mendengar jawaban Sasori.
Disaat lamunan menyelimuti mereka berdua, Sasori mendekatkan dirinya dengan Deidara, ia menyenderkan kepalanya di bahu Deidara. Deidara nampak gemas dengan tingkah laku Sasori yang sedikit manja.
"Yang jadi 'cewek' nya siapa?" Ejek Deidara.
"Tetep kamu." Ucap Sasori tak mau kalah. Ia langsung berdiri dan berjalan meninggalkan Deidara.
"Hei tunggu suamiku." Ejek Deidara lagi. Sasori tidak menggubris ucapan Deidara.
END~~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
NARUTO SHIPPUDEN (ONESHOOT)
Romansacerita tentang ship gitu guys (~ ̄³ ̄)~ dan yaa ini yaoi yaaa jangan salah lapak nee (灬º‿º灬)♡