06 - Iblis Penggoda

279K 29.7K 1.2K
                                    

"GLEN! BUKA!" Agatha menggedor pintu di hadapannya. Bola matanya bergerak gelisah dan jantungnya berdebar keras karna adrenalinnya terpacu. "GLEN! CEPETAN!"

Agatha baru saja melarikan diri dari Raka dengan susah payah. Dia tidak bisa melakukan perintah Raka atau otaknya akan meledak dan dirinya meninggal ditempat.

Tidak, tidak! Agatha belum menikah dan memiliki anak dengan Sagara. Dia harus tetap hidup meski tidak berguna!

Pintu terbuka. Tanpa mengatakan apa-apa lagi Agatha masuk begitu saja membuat Glen mengucek mata pelan dan melirik dengan wajah bantalnya.

"Lo nyasar? Apartemennya Raka di sebrang," laki-laki yang hanya mengenakan bokser itu bersuara serak. Nyawanya belum terkumpul sepenuhnya dan masih tertinggal di alam mimpi.

"Glen, tutup pintunya!" Agatha panik dan menarik Glen masuk lalu menutup pintu kuat hingga Glen berjengkit. Agatha menatap Glen kemudian berkata dramatis. "Raka sikopat Glen! Otaknya gak waras, dia mau bunuh gue!"

"Oh, gitu?" sahut Glen tidak perduli kemudian berjalan menuju sofa dan terbaring di sana. "Kabarin gue kalau lo udah di bunuh sama Raka. Gue gak sabar pengen makan-makan gratis."

Agatha menganga. "Tega lo, Glen! Gue fikir kita udah kayak saudara, cukup tau gue sama lo."

Melihat drama gadis itu membuat Glen meraih bantal dan melemparnya telak hingga mendarat tepat di wajah Agatha. "Berisik, gue mau tidur. Ganggu lo, dikit lagi gue bawa dia ke ranjang tapi lo malah dateng. Sialan," gerutunya.

"Wuah, mimpi apa lo Glen?" Agatha menatap penuh binar dan menghampiri Glen dengan semangat. "Rasanya mimpi kayak gitu apaan sih? Kok gue gak pernah ngerasain, ya?"

Agatha duduk santai di sofa samping Glen dengan kaki naik ke atas meja. Dia sudah menganggap tempat ini seperti rumahnya sendiri. Sahabat Raka itu juga tidak pernah protes jika Agatha berbuat semaunya.

"Asoy, Tha. Mau nyoba?"

Alis Agatha saling bertaut. "Apanya?"

Glen tersenyum cabul. "Yang ada di mimpi gue lah. Kuda-kudaan."

Agatha memutar bola mata. "Ora sudi! Pedang lo udah coblos sana-sini. Rugi di gue dong, punya gue masih segel."

"Dih, gue juga ogah sama lo. Yang ada gue di bakar hidup-hidup sama Raka."

Tepat setelah Glen menyebut nama sakral itu. Bel berbunyi membuat bola mata Agatha melebar. "Njir malaikat maut jemput gue," katanya pesimis dengan wajah nelangsa. "Glen! Temen lo pengen matiin gue," adu Agatha.

"Bodo," sahut Glen memejamkan matanya berusaha tertidur dan meraih mimpi yang sama seperti tadi.

Belum sempat Agatha bersembunyi dan melarikan diri, pintu sudah terbuka menampilkan Raka dengan wajah tenang dan tatapan datarnya yang menusuk. "Pulang," dagu Raka mengedik tajam pada Agatha.

Agatha tercengang. "Kok lo bisa masuk sih?"

"Dia tau kode Apart gue." Glen menyahut dalam pejamnya. Agatha menatap kesal dan meraih bantal kemudian memukulkannya pada kepala Glen.

"Kenapa lo gak bilang, bodoh!" pekiknya.

Raka memperhatikan dalam diam kemudian mulai memerintah. "Agatha, pulang. Kerjain lagi soal-soal itu dan masih banyak yang harus lo pelajarin."

Agatha berdiri kaku. "Sekolah aja gak separah ini, Ka. Lo kenapa kejam banget? Uang jajan gue habis kalau di potong terus. Nanti gue gak bisa clubing, gak bisa makan di luar, belanja-"

"Lima menit gak sampe sana, uang jajan lo bener-bener gue pangkas habis." Raka memotong ucapan Agatha kemudian berjalan menuju Apartemennya.

"GARA-GARA LO NIH!" Agatha mencak-mencak dan menabok kepala Glen kesal. Glen yang hampir tertidur hanya melirik Agatha pelan. Dia menghela nafas, bahkan ingin tidur pun tidak bisa.

My Roommate Is a Badgirl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang