(Done) Chapter 5 - Hubungan Resmi

2.3K 149 0
                                    

“Ya, boleh, kamar ku di lantai 4, 203.”

Amber menghentikan panggilan mereka, menatap Gebby dengan tatapan tajam. “Apa yang salah Amber? Kau tidak bisa sekaku itu dengan pria, mereka akan merasa bosan dan meninggalkan mu,”

“Tidak masalah, aku kembali memiliki waktu yang penuh untuk belajar.”

Gebby memutarkan bola matanya malas. “Ayo lah, buat diri mu bahagia.”

Amber menggigit bibir bawahnya pelan sambil menghela nafasnya. Pikirannya menjadi tidak menentu dan mendebarkan. Jika saja Papa nya tahu Amber mulai dekat dengan pria, mungkin ia akan marah dan meminta Amber untuk menjauhi Ken. Fokus pada pelajaran dan mendapatkan nilai sempurna menjadi tuntutan untuk Amber, ia hanya bisa berharap jika semua ini tidak akan mempengaruhi nilainya.

Bel apartemen mereka berbunyi, lagi-lagi Amber merasakan gugup yang luar biasa. Membuyarkan lamunannya tentang masalah nilai. “Ayo, kau harus cepat.” Gebby mengambilkan tas Amber dengan cepat, mendorong Amber agar segera membukakan pintu.

Ken hanya memakai kemeja dan celana hitam, rambutnya tampak rapi. Tidak menunggu lama, pintu terbuka dengan pelan. Mata Ken tidak bisa teralih dari apa yang ada dihadapannya, ia terpikat pada penampilan baru Amber, wanita itu mengenakan dress dengan rambut yang terurai indah, wajahnya tampak di make up dengan ringan dan tidak berlebihan. “A-apa dandanan ku terlalu menor?” tanya Amber. Ken mengerjapkan matanya, senyum mulai mengembang, dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana Ken menggelengkan kepalanya.

“Tidak, kita berangat sekarang,” tawar Ken.

Amber mengangguk dan menatap Gebby sebelum pergi. “Aku pergi, jaga rumah dengan baik,” pamit Amber.

“Ya, bersenang-senang lah kalian. Ken, jaga Amber dengan baik,” ujar Gebby semangat.

“Aku akan menjaganya dengan sangat baik,” jawab Ken.

Mereka masuk ke dalam sebuah restoran yang mewah, di sambut dengan begitu ramah, hampir semua meja sudah di tempati pasangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka masuk ke dalam sebuah restoran yang mewah, di sambut dengan begitu ramah, hampir semua meja sudah di tempati pasangan. Ken memilih tempat di sebelah pilar, tempat yang dapat melihat live music dengan jelas, lagu yang mereka nyanyikan begitu romantis dan lembut, membuat makan malam ini terasa sangat indah.

Ken dan Amber sudah memesan makanan mereka. “Kau cantik,” puji Ken yang berhasil membuat Amber tersipu. Ini pertama kalinya ia makan malam bersama seorang pria, ia selalu menolak siapa pun pria yang mendekatinya dari awal. Namun untuk Ken, ia tidak mampu menghindar, Carl dan Gebby adalah orang yang paling mendukung kedekatan mereka.

“Terimakasih, kau pun,” balas Amber.

“Aku pun? Maksud mu aku cantik?” tanya Ken sambil tersenyum geli.

Amber baru menyadari kesalahannya, ia tertawa lepas. “Tidak, astaga maafkan aku. Maksud ku kau tampan, seperti biasanya,” ralat Amber. Ponsel Amber berdering di atas meja, membuat Amber mendengus samar dan memilih tidak mengangkat nya.

Ken mnegerutkan keningnya, menatap Amber dengan bingung. “Mengapa di tolak?”

“Adik tiri ku,” jawabnya sendu.

Ken terdiam, ia menggigit bibir dalamnya, ia merasa sudah cocok dengan Amber namun ternyata ia belum tahu banyak mengenai Amber. “Orangtua mu sudah berpisah?” tanya Ken ragu, namun ia ingin tahu banyak mengenai Amber. Menggali lebih dalam lagi mengenai wanita yang ia sukai.

Amber tampa tersenyum datar, seolah tidak ingin membahas hal ini. “Bukan berpisah, ini lebih rumit dari yang kau bayangkan.”

Ken menatap Amber dengan serius, raut wajah wanita itu ini tidak ceria. “Mama ku meninggal saat melahirkan ku, dan hanya selang lima bulan Papa ku sudah menikah lagi. Ya, itu yang pernah mereka katakana pada ku,” ujar Amber sambil menghela nafasnya. “Sabrina adalah adik tiri ku, kami hanya berbeda satu tahun, otaknya lemah dalam setiap mata pelajaran sekolah, namun pintar dalam hal menari dan kontes kecantikan, membuatnya tetap menjadi kebanggaan keluarga. Sedangkan aku, aku sudah belajar dengan begitu keras agar mendapatkan nilai yang selalu sempurna, namun tetap saja tidak mendapatkan perhatian dari Papa atau pun Mama tiri ku. Mereka tidak adil, membuat ku muak dan memilih kuliah yang jauh dari mereka, tapi Papa memberi ku syarat, aku harus mendapatkan nilai yang baik disini, Papa akan tetap membutuhkan ku untuk menurus bisnisnya.”

“Bisnis?”

“Barayev Group. Aku sebenarnya tidak ingin ada yang tahu mengenai keluarga ku, mungkin orang-orang melihat sosok Ben yang sangat baik, mencintai keluarga. Ya itu memang benar, ia mencintai Lily dan Sabrina, tidak dengan ku,” lirih Amber penuh dengan kesedihan. Ken mengulurkan tangannya dan menguatkan Amber, menggenggam erat tangan itu.

“Aku mencintai mu,” ujar Ken lembut. Amber yang sedang larut dalam kesedihan seketika terdiam, menatap Ken dengan wajah syok. “Jika mereka tidak mencintai mu, kau tidak perlu sedih lagi, kini ada aku yang mencintai mu.” Ken menggengam tangan Amber dengan penuh cinta. “Mau kah kau menjadi kekasih ku?” tanya Ken serius.

“Kau yakin?” tanya Amber tidak menyangka.

Ken mengangguk pasti. “Aku belum pernah merasakan ini pada seseorang, aku benar-benar yakin,” jawab Ken dengan tegas. Mencoba meyakinkan Amber dengan sorot matanya yang tulus. “Sebenarnya aku tidak akan mengungkapkannya sekarang, tapi aku ingin membahagiakan mu mulai dari sekarang. Jadi, apakah kau mau menjadi kekasih ku?”

Mata Amber semakin berkaca-kaca, ia tersenyum dan mengangguk. Ken menggulum senyumnya dengan wajah gembira, menarik sebelah tanggannya sambil mengepalkan dengan senang. Sebuah pesan masuk muncul di layar ponsel Amber, Sabrina mengirimkan sebuah foto mobil dengan tulusan ‘Kau tidak mengucapkan selamat ulang tahun pada ku? Mama dan Papa memberikan mobil terbaru untuk ku, sangat bagus bukan?’

Ken menarik ponsel itu dan mematikannya, “Tidak boleh ada yang membuat mu sedih di hari bahagia kita, tersenyum lah,” ujar Ken. Amber memaksakan senyumnya, jujur saja isi pesan itu mengakitkan, jangan kan hadiah, mendapatkan ucapan ulang tahun pun tidak pernah Amber rasakan dari Papa nya sendiri. “Ingat, jangan pernah lagi bersedih, sudah ada aku yang akan membuat mu bahagia. Kau harus tetap menegakkan kepala mu, sebab jika kau menunduk mahkota mu akan jatuh.”

Amber tertawa haru, ia membalas genggaman tangan Ken dengan lembut. “Terimakasih sudah hadir,” ujar Amber.

Gesekan biola tanpa penyanyi lebih terdengar merdu di telinga Amber, makan malam mereka pun mulai datang dan tersaji. Malam itu pun menjadi malam yang indah bagi keduanya, berhasil mengeluarkan isi hati mereka dan mulai menceritakan kisah hidup keduanya yang sama-sama belum mengenal perjalanan cinta. Ini lah awal perjalanan cinta mereka, membawa mereka dengan segala kebahagiaan dan ujian kecil di dalamnya. Kunci utama dalam percintaan memang ada 3, saling percaya, saling terbuka dan saling mengerti.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SKANDAL [Terbit Doveline]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang