Amber menggeser sedikit laptop saat buku mereka seakan tidak cukup diatas meja. Semuanya penuh dengan buku tulis, laptop dan minuman mereka. Carl melihat kesulitan Amber yang mengetik sambil menatap buku. "Umm, bagaimana jika mengerjakannya di rumah ku? Agar lebih luas dan kebetulan kakak ku sedang ada dirumah, dia yang akan menjawab pertanyaan kita besok."
"Kakak mu?" ulang Amber.
"Ya, dia sudah satu tahun ini mengurus perusahaan, membantu ayah ku."
Amber tampak ragu menatap Carl. "Apakah benar kakak mu ada?" tanya nya kaku. Amber belum pernah mengerjakan kelompok hanya berdua dengan pria, apalagi dirumah pria itu, sedikit was-was dan meragukan.
"Ya, kita tidak berdua. Lihat seluhur meja disini, tidak cukup untuk mahasiswa mengerjakan tugas," kekeh Carl. Amber pun menganggukkan kepalanya setuju. Mereka membereskan semuanya, masuk ke dalam mobil Carl dan melaju ke rumahnya.
Carl melirik Amber yang memandang fokus ke arah depan, duduknya begitu kaku dan tidak berniat mengajak Carl untuk berbincang. "Kau memiliki kekasih?" tanya Carl.
Mendengar pertanyaan yang tiba-tiba, Amber langsung menoleh. "Aku? Aku tidak memiliki waktu untuk itu," kekeh Amber pelan. "Aku harus belajar dan kembali ke Brazil menemui Papa ku."
"Mama dan Papa mu berpisah rumah?" tanya Carl penasaran. Mengapa Amber ke Brazil hanya untuk menemui Papanya?
Jemari Amber merapikan sisi rambut dan menyelipkannya kebelakang telinga, ia tersenyum hambar. "Mereka sudah berpisah alam," jawabnya sendu.
"Oh Astaga, maaf aku bertanya Amber," ralat Carl dengan cepat. Amber hanya tersenyum ramah dan menggelengkan kepalanya, mengganti topik pembicaraan dan mereka pun tiba dirumah Carl.
Amber menatap takjub bagunan dihadapannya, rumah itu begitu besar dengan halaman yang luas dilengkapi beberapa tanaman indah yang menyejukkan. Carl berjalan terlebih dahulu membuat Amber hanya mengekorinya, deretan mobil mewah pun berjajar rapi dan mengkilap. Langkah Amber menjadi kaku saat melihat beberapa orang tengah duduk di ruangan keluarga. "Mom, aku mengerjakan tugas bersama teman ku di gazebo belakang," ucap Carl yang hanya tersenyum singkat pada keluarganya yang tampak ramah. Amber ikut tersenyum saat beberapa diantara mereka tersenyum menyapa.
"Mom, Daddy dan grandma akan keluar sebentar ya sayang, kakak mu jika satu jam lagi masih belum bangun siram saja," teriak wanita yang begitu cantik dengan tawa kecil yang di ikuti beberapa orang disana.
"Kakak belum bagun?" tanya Carl sambil menatap jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Benar-benar tidak patut untuk di contoh.
Mereka pun duduk di sebuah gazebo taman belakang yang luas, menampilkan kolam renang dan hamparan rumput yang begitu subur.
"Kita langsung mengerjakan saja." Amber mengeluarkan buku-buku dan mengambil tas laptop Carl.
"Kau mau minum sesuatu?" tawar Carl.
Amber menggelengkan kepalanya. "Nanti saja, aku ingin menyelesaikan ini dengan cepat," ujar Amber. Ia melihat dari pembatas kaca itu jika keluarga Carl mulai pergi, hanya menyisakan Amber dan Carl, itu sungguh membuat Amber tidak nyaman dan gugup.
Carl yang seolah mengerti langsung mengangguk, mengambil alih laptop untuk membantu Amber mengetik, Amber membaca dan mencara apa saja yang akan mereka tuangkan pada makalah.
"Umm, boleh aku meminjam toilet mu sebentar?" tanya Amber pelan.
"Tentu saja, di sana, jika kau haus di samping ada dapur." Amber mengangguk pelan.
Amber masuk keluar dari kamar mandi, melirik sekilas area dapur yang begitu rapi dan nyaman. Berbeda jauh dengan apartemennya yang berukuran sedang. Sepertinya air putih cukup untuk melegakan tenggorokannya yang masih terasa kopi tadi. Amber masuk dengan sangat hati-hati, Carl sudah menginjinkannya untuk ke dapur.
"Dimana gelasnya?" gumam Amber pelan, dapur ini begitu luas, bahkan ia tidak menemukan satu pelayan pun dirumah ini untuk ia tanyai, haruskan ia menemui Carl terlebih dahulu dan menanyakan letak gelas?.
"Sedang mencari apa?" suara itu begitu berat dan khas, sangat indah menggema di telinganya. Amber langsung berbalik.
"Ma-" suara Amber terhenti, dihadapannya kini seorang pria dengan wajah tampan yang sangat menggoda. Matanya begitu indah dan menghipnotis, kaos membungkus tubuh sempurnanya dan rambut berantakan membuat pria itu semakin mempesona. Amber dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Um, maaf, aku sedang mencari gelas," jawab Amber cepat, mengalihkan pandangannya dari pria tadi. Ia berjalan melewati Amber dan membuka salah satu lemari gantung diatas, beberapa gelas berjajar rapi secara tersusun. "Ohh, disana," gumam Amber pelan.
Pria itu berbalik dengan raut wajah masih mengantuk. "Kau... siapa?" tanyanya seperti ragu.
Amber dengan tersenyum kecil dan berjalan kaku. "Aku Amber, teman kampus Carl. Kau kakaknya Carl?" tebak Amber dengan cepat, ia mengingat ucapan keluarga Carl tadi yang mengatakan sesuatu tentang pria ini.
"Ya, nama ku Kenrich," ujarnya sambil mengeluarkan dua gelas kosong, memberikan satu gelas itu kepada Amber.
"Oh, terima kasih." Amber mengambil dengan cepat, menuangkan air mineral ke dalam gelas. "Sepertinya aku harus pergi duluan, Carl sudah menunggu ku." Ken hanya mengangguk sambil tersenyum kecil, membuat Amber langsung paham perbedaan antar kedua adik berkakak itu. Carl tampaknya ramah, santai, terbuka dan menyenangkan. Sedangkan Ken, pria itu tidak banyak bicara, mistirius, acuh dan tentunya menawan.
Amber manatap Carl yang tengah berkutat dengan laptop. "Hai, maaf lama, aku meminta air minum mu."
"Tidak usah canggung, jika kau mau memasak pun silahkan," ujar Carl dengan tawa kecil, membuat Amber ikut tertawa. "Sudah hampir selesai, mau kau lihat?"
Amber memutar laptop itu dan memeriksanya, memastikan jika tidak ada kesalahan.
"Kak!" Amber menolehkan kepalanya saat Carl memanggil seseorang, Kenrich, pria itu tengah membuka kaos di tepi kolam. Tubuh itu, Amber segera menepis pikiran anehnya, ia kembali fokus pada laptopnya dan mencoba untuk menghentikan debaran di jantungnya yang begitu keras. "Kau memblokir Valerie lagi?" ucapan Carl seakan sudah malas, menatap Ken dengan bingung.
Amber mencuri pandang melihat reaksi Ken, wajah tampan itu seakan malas menanggapinya. 'Byur' Ken meluncur dengan cepat ke dalam kolam, menyegarkan dirinya yang baru selesai mengumpulkan nyawa. Ken berhenti di tepi detak gazebo, menaruh kepalanya di tepi kolam. "Dia mengganggu ku," jawabnya datar, pandangannya beralih pada Amber yang langsung mengalihkan pandangannya.
"Oh ayo lah kak, kapan kalian berdamai. Valerie hanya meminta bantuan mu mengerjakan tugas mengenai bisnis," bujuk Carl, namun Ken tidak memperdulikannya, ia kembali berenang dan menikmati air dingin yang segar.
Amber menatap Carl dengan alis yang mengangkat, membuat Carl menghela nafasnya dengan pelan. "Aku, Valerie dan Ken selalu bermain dari kecil. Tapi kakak ku selalu menolak bermain jika ada Valerie yang manja, usil dan berisik, menurut ku itu lucu, tidak mengganggu sama sekali," jelas Carl.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKANDAL [Terbit Doveline]
RomanceMemiliki skandal dengan calon adik ipar membuat hidup Amber hancur. Semua berawal dari Ken, kekasih Amber, yang gila kerja. Kencan yang sering tertunda, pertemuan yang merenggang, sampai janji-janji yang selalu diabaikan begitu saja oleh Ken. Berb...