(Done) Chapter 1 - Pembagian Kelompok

7.1K 269 2
                                    

Los Angeles, 2010.

Keadaan kelas begitu hening, hanya suara dosen yang tengah menerangkan materi didepan sana. Amber mencatat semua yang ada di whiteboard, otaknya menyaring semua materi yang disampaikan. "Baik, kelas ini kita cukupkan saja. Berikut nama kelompok belajar yang sudah ditetapkan. Selamat bertemu di minggu depan," ujar Miss Hilda dengan begitu ramah. Beberapa anak langsung turun melihat kertas diatas meja itu, mencari nama siapa saja kelompok belajarnya.

Telunjuk Amber menyentuh barisan namanya sambil bergeser menyusuri deretan nama itu. "Amber, Jack, Carl," gumam Amber, matanya seketika menatap deretan bangku yang tampak seperti tangga. Ia menemukan Jack dan Carl dalam sekejap, sambil menganggukkan kepalanya pelan, Amber berjalan melewati gerombolan orang yang memenuhi kertas pembagian kelompok.

Dengan pasti Amber menaiki anak tangga dan berhenti di bangku Carl yang tepat dibelakangnya Jack. "Hai, kita satu kelompok, boleh aku membuat grup message untuk kita bertiga?" tanya Amber, Carl melepaskan headset dan tersenyum, tak lama Carl mengangguk menandakan jika ia setuju.

"Ya, tentu saja boleh, kau sudah mengetahui nomor ku?" Amber tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Yup, kalian ada didalam grup kelas bukan?"

"Wow apa aku tidak salah dengar? Carl kita sangat beruntung, mendapat kelompok dengan anak terpintar dikelas ini," Jack tampak benar-benar tidak menyangka, ia berekspresi berlebihan hingga berdiri dari bangkunya.

"Tidak ada kata beruntung, kita bertiga yang akan menyelesaikan tugas ini bersama," Amber tersenyum pada Jack, memberitahunya secara tidak langsung bahwa Amber tidak ingin mengerjakan tugas ini sendirian dan tidak membutuhkan pujian apapun. "Aku masih ada kelas lain hari ini, kalau begitu sampai bertemu jam 2 di perpustakaan. Bye."

Jack mengerutkan keningnya saat Amber berlalu begitu saja lalu menatap Carl dengan wajah tidak percaya. "Carl, kau mendengarnya?" Carl hanya mengangguk dan kembali memasang headsetnya sebelah.

"Ah, aku lupa memberitahu mu. Satu kelompok dengan Amber akan mendapatkan nilai tertinggi dan kita akan selalu di teror oleh beberapa pertemuan yang mengharuskan kita berfikir jelas," ujar Carl. "Aku sudah mendengarnya dari beberapa orang yang pernah menjadi anggota kelompoknya."

"Astaga! Tapi hari ini aku harus menjemput Bella. Lagi pula ini tugas baru, dikumpulkan minggu depan, apa aku bisa membujuknya untuk mulai mengerjakan tugas besok," Carl menjawabnya dengan gelengan kepala, "What?" pekik Jack tercengang. "Apakah aku bisa mengganti kelompok?" tanya Jack kembali.

Kali ini Carl menatap Jack dengan tatapan datar, melepaskan kembali Headset dan menarik nafasnya. "Keputusan Miss Hilda tidak akan bisa diganggu gugat. Sudahlah, siapa tahu kita bisa lulus Summa Cumlaude," mendengar itu Jack sedikit menggeram, ternyata satu kelompok dengan anak pintar tidak semudah yang dibayangkan. Ini lebih berat dan menyita waktu.

Tampak Jack yang akan kembali berbicara membuat Carl langsung berdiri dari duduknya, mengambil tas dan berjalan menuruni tangga kelas. "Hei, aku belum selesai berbicara!" teriak Jack. Carl hanya tersenyum kecil dan berjalan santai, mulai mengarahkan layar ponsel pada wajahnya.

"Hai Val, bagaimana pagi mu?" Valerie, wanita pertama yang ia cintai dari saat mereka tumbuh bersama. Wanita tercantik dengan segala kesempurnaannya.

"Hai Carl, pagi ku menyenangkan, aku baru selesai kelas," terlihat dalam layarnya kini sebuah suasana kelas yang baru saja selesai. "Umm, Carl. Boleh aku meminta nomor Ken yang baru? Sepertinya dia mengganti nomornya lagi."

Amber masuk kedalam perpustakaan, mencari beberapa buku untuk referensi tugas mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Amber masuk kedalam perpustakaan, mencari beberapa buku untuk referensi tugas mereka. Matanya melirik pada sebuah jam besar yang menempel di dinding ruangan, masih ada waktu untuk mengerjakan tugas lainnya. Dengan perlahan tangannya menggapai sebuah buku dengan sampul tebal.

Ia kembali pada meja yang sudah biasa ia tempati, mengeluarkan buku tulis dan membaca kembali apa saja pertanyaan yang ia tulis. Amber membuka buku tebal itu, melihat daftar isi memudahkannya mencari letak materi yang ia cari. Setelah menemukan, Amber menulis diatas kertas bergaris itu, ia fokus dan mudah mencari semua jawaban.

"Maaf kami telat, kau mengerjakannya terlebih dahulu?" ucapan pelan itu membuat Amber mengangkat wajahnya, ia tersenyum pada dua orang pria yang baru datang, menutup buku tebal dan menyodorkan tiga buku lainnya ditengah mereka.

"Tidak, aku hanya sedang menganalisis," jawabnya ramah. Carl duduk di samping kanan Amber, menyimpan tasnya diatas meja dan mengeluarkan buku tulis berserta pulpen. Sedangkan Jack, ia menggaruk pelan kepalanya.

"Umm, Amber. Aku minta maaf tidak bisa terlalu lama disini, aku harus menjemput teman ku," Jack menampilkan wajah sedikit bermohon dan menyesal.

Amber tersenyum kecil dan memberikan mereka masing-masing buku. "Aku hanya ingin membagi tugas dan menentukan perusahaan mana yang akan kita ambil sebagai contoh,"

"Oh kau sangat baik Amber, baiklah kita mulai saja sekarang, apa saja tugasnya," Jack dengan semangat mengeluarkan secarik kertas dan pulpen. Menanti Amber membagikan apa saja tugas yang harus ia cari.

"Untuk Jack, aku rasa kau yang akan memperdalam mengenai tata kelola, untuk Carl hambatan yang sering terjadi, dan aku akan mempelajari strategi pemasaran dan juga pesaing. Apa kalian setuju?. Kita pun akan saling menjelaskan nantinya agar kepahaman kita bisa seragam. Dan ini yang paling penting untuk saat ini, perusahaan mana yang akan kita jadikan contoh."

Carl memperhatikan setiap ucapan dari bibir Amber, ia begitu lancar dan tegas menerangkan poin-poin penting. "Bagaimana jika diperusahaan Ayah ku? Alvaron Group."

"Itu terdengar bagus, apa kah kita diijinkan untuk kesana?"

Jack menautkan kedua alisnya, membuka kedua telapak tangan pada Amber. "Tunggu, bukankah kita bisa mencarinya di internet tanpa harus mendatangi perusahaan?'

Amber tampak menganggukkan kepalanya pelan namun ragu. "Ya kau benar," Amber bergantian menatap Jack dan Carl. "Tapi jika perusahaan mempermudah mengapa tidak kita coba untuk observasi secara langsung? Kita akan lebih paham dengan realisasinya, bahkan dibelakang makalah kita pun akan terdapat foto bersama CEO-nya langsung, Miss. Hilda pasti memberikan nilai terbesar untuk kita."

Carl ikut menganggukan kepalanya, kini ia tahu mengapa Amber selalu menduduki peringkat pertama, ia berbeda, selalu mencari ide agar semua dosen memberikan nilai berbeda untuknya. Tanpa ada yang membantah, mereka mulai mempelajari bagian tugas mereka masing-masing, Menulis beberapa poin penting untuk mereka perdalam. "Sudah, bolehkan aku pulang?" Amber membaca tulisan Jack pada secarik kertas itu, setelah merasa cukup Amber pun tersenyum dan mengangguk.

"Kerja bagus, kita akan menentukan jadwal yang pas untuk berkumpul kembali. Siapkan beberapa pertanyaan yang berbobot," Jack dengan wajah cerianya mengangguk dan langsung mengambil secarik kertas itu. Ia berdiri dan langsung berpamitan pergi.

Amber menatap Carl dengan ragu, "Kau tidak langsung pulang?" tanya Amber pelan.

"Tidak, aku akan mengerjakan tugas Inggris ku dulu. Kau sedang mengerjakan apa?" Amber tersenyum kecil, ia menunjuk judul buku tebal yang ia bawa, membuat mereka tersenyum dan mulai mengerjakan tugas mereka masing-masing, tanpa ada percakapan.

Ponsel Carl bergetar di atas meja, Carl tampak dengan semangat langsung mengangatnya. "Hallo Val, bagaimana? Kakak ku membantu mu?"

SKANDAL [Terbit Doveline]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang