"Kakak mu tidak suka di ganggu?" tanya Amber.
"Ya, kakak ku lebih suka menyendiri dan fokus pada satu hal. Sudah berbagai cara aku membujuk kakak ku untuk tidak memblokir atau pun mengganti nomornya untuk menghindari Valerie," ujar Carl. Carl menatap Amber lebih serius. "Kau tahu? Bahkan dia pernah mengatakan jika aku dan Valerie seperti minion, dia malu membawa aku dan Valerie pergi saat Valerie masih ada disini. Bagaimana pun aku akan membantu Valerie akur dengan kakak ku," lanjut Carl.
Kedua alis Amber menaut dengan bingung. "Kenapa kau harus membantu mereka akur?" tanya Amber, bahkan ia merasa janggal dengan wanita yang Carl sukai, ia seakan menaruh sesuatu pada Ken.
Carl mendadak tersenyum dengan wajah tampak bahagia. "Karena Valerie akan menjadi adik iparnya, mereka harus akrab dan tidak saling bertengkar seperti ini."
-
Ken keluar dari kolam, menggunakan handuk jubah berwarna putih dan menggosokkan handuk kecil pada rambutnya. Pesta semalam benar-benar kacau, ia tidak berhenti minum bersama teman-temannya. Rasa segar dari kolam membuat rasa pusing Ken sedikit menghilang. Diam-diam pandangannya melirik kembali pada Amber, wanita itu tampak berbeda dengan wanita lain yang ia temui, Amber sosok yang polos, manis dan tidak manja.
"Kak. Besok aku, Jack dan Amber akan ke kantor jam dua. Apakah beberapa pertanyaan ini cocok?" Ken berjalan kearah gazebo, bergabung dengan mereka, membaca daftar pertanyaan.
"Apa aku harus menjawab pertanyaan sebanyak ini?" tanya Ken dengan wajah yang serius.
Amber terbatuk kecil, ia langsung menjelaskan jika semua pertanyaan itu akan mereka jawab sendiri dengan materi dan internet, Ken hanya memeriksa dan menyetujui jawaban yang mereka tulis apakah akurat atau tidak. "Kau ketua kelompoknya?" tanya Ken membuat Amber langsung terdiam, Amber sedikit merutuk jika dirinya terlalu banyak berbicara.
"Ya. Dia yang paling pintar di antara kita," jawab Carl.
"Tidak, mungkin nama ku berawalan A jadi nama ku yang paling atas dan dijadikan ketua," ralat Amber dengan cepat.
Ken tersenyum pada Amber, senyuman yang begitu tulus dan membuat jantung Amber kembali berdetak tidak menentu. "Aku setuju dengan pendapat Carl, kau memiliki jiwa kepemimpinan," ujarnya sambil kembali memeriksa tugas kuliah Carl dan Amber.
Entah itu tulus atau hanya sekedar pujian, Amber tersenyum mendengarnya, ia kira Ken begitu dingin dan datar, namun kenyataanya ia begitu baik dan ramah seperti Carl. Pertemuan pertama yang menarik, begitu terlihat misterius dan dingin, namun saat ini begitu ramah dan menyenangkan. Tidak semenyebalkan yang Carl katakan.
"Kalau begitu aku rasa semuanya cukup," ujar Amber, mengambil beberapa buku dan memasukan kembali kedalam tas.
"Baiklah, aku akan mengantar mu." Carl pun membereskan buku dan laptopnya.
Amber menggelengkan kepalanya, "Tidak perlu, Gebby akan menjemput ku."
"Dimana rumah mu?" tanya Ken, mata yang tajam itu lagi-lagi membuat Amber harus kuat menahan pesona Kenrich.
"Aku tinggal di Apartemen Luxury," jawab Amber, ia memasang senyuman kecil pada Ken.
"Hollywood?" tanya Ken, Amber menganggukkan kepalanya. "Kalau begitu biar aku yang mengantar mu, aku ada janji dengan teman ku daerah sana. Tunggu lah sebentar, aku bersiap terlebih dahulu." Ken beranjak pergi dari gazebo, masuk kedalam rumah.
Amber tidak sampat menolak, ia menatap Carl dengan bingung. "Dia memang selalu begitu?" tanya Amber.
Carl menggelengkan kepalanya. "Aku baru melihatnya seperti itu, biasanya ia tidak suka jika ada yang menumpang pada mobilnya, tapi kali ini malah dia yang menawari mu."
"Itu bukan menawari, Carl. Bahkan aku belum menjawab ya atau tidak," sahut Amber. Carl tampak tertawa kecil sampai terbatuk pelan.
"Jangan sampai kau menolaknya, itu adalah hal yang paling di inginkan oleh para wanita lain. Kau beruntung mendapatan kesempatan emas."
***
Amber masuk ke dalam mobil, duduk bersebelahan dengan Ken. Aroma musk yang begitu maskulin tampak membuat Amber nyaman menghirupnya. "Mengapa kau sudah tinggal di Apartemen dari kuliah? Mencoba untuk mandiri?"
"Tidak, keluarga ku ada di Brazil, aku hanya kuliah di sini," jawab Amber. Ken menganggukkan kepalanya pelan, mulai menjalankan mobil dan melakukan percakapan ringan lainnya. Tanpa terasa, mereka sudah sampai di basement apartemen Amber. "Terimakasih," ujar Amber sambil tersenyum. Ia melepaskan seatbelt.
Ken tersenyum dan mengangguk, Amber mengerutkan keningnya saat Ken tiba-tiba saja memberikan ponselnya. "Aku ingin meminta nomor mu, besok aku akan mengabari mu jika mendadak ada hal penting yang menunda kalian ke kantor."
"Cara klasik," kekeh Amber pelan. Ia tahu ini adalah modus pria untuk meminta nomor wanita. Ken tertawa mendengar itu, ia menemukan wanita yang tampaknya cocok dengan apa yang ia inginkan. Amber mengembalikan ponsel Ken setelah menyimpan kontaknya dengan nama 'Amber teman Carl' karena Amber yakin kontak wanita Ken sangat lah banyak dan nama Amber yang terdengar pasaran akan ada beberapa di daftar kontak itu. "Kalau begitu aku turun. Maaf tidak menawari mu untuk masuk ke dalam. Gebby sedang tidak ada," tambahnya.
"Kau takut pada ku?" tanya Ken. Amber dengan cepat menggelengkan kepalanya.
"Tidak, hanya saja aku dan Gebby sudah membuat peraturan untuk tidak pernah membawa pria ke dalam." Ken lagi-lagi tersenyum, tingkah yang selama ini tidak pernah ia tunjukan pada siapa pun kecuali keluarganya.
"Baiklah, kalau begitu aku langsung pergi, sampai bertemu besok," ujar Ken berpamitan.
Amber mengangguk dengan semangat, ia pun turun dari mobil dan menunggu mobil Ken meninggalkan area Basement.
Semenjak itu mereka pun saling dekat, Ken selalu mengabarinya dan Amber pun nyaman dengan sikap Ken. Sesekali Ken pernah menawarkan diri untuk menjemput Amber. Dan malam ini, Amber tengah menghadap cermin, memutarkan sedikit tubuhnya. "Kau cocok sekali Amber," pekik Gebby dengan semangat, tubuh ramping Amber membuat dress itu tampak sempurna dengan rambut hitam panjangnya.
"Aku tidak terlalu nyaman dengan pakaian ini Geb," kekeh Amber pelan. Ini adalah dress terbaik yang ia punya, ia tidak ingin memakai celana levis untuk acara makan malam bersama pria sesempurna Ken. Tidak, lebih tepatnya ia tidak ingin Ken malu membawanya.
"Tenanglah kau harus terbiasa, mulai sekarang bagi waktu mu untuk buku dan untuk pria tampan itu," pekik Gebby kencang. Ia tidak menyangka wanita kutu buku seperti Amber bisa mendapatkan pria setampan Ken. Suatu anugerah yang sangat nyata.
Ponsel Amber berdering, nama Ken tertera disana. Amber menarik nafasnya dengan cepat, kedua wanita itu tampak girang tidak menentu. "H-halo," gagap Amber, sudah sering mereka bersama, namun tetap saja rasa gugup itu hadir.
"Aku sudah di bawah, boleh aku menjemput mu di depan kamar?" Gebby yang mendengar itu langsung menganggukkan kepalanya. Amber sedikit menatap Gebby dengan tajam.
"Dia hanya menjemput depan kamar kita," bisik Gebby nyaris tanpa suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKANDAL [Terbit Doveline]
RomansaMemiliki skandal dengan calon adik ipar membuat hidup Amber hancur. Semua berawal dari Ken, kekasih Amber, yang gila kerja. Kencan yang sering tertunda, pertemuan yang merenggang, sampai janji-janji yang selalu diabaikan begitu saja oleh Ken. Berb...