Jadi mahasiswi ternyata tidak seseru yang orang-orang katakan. Benar-benar menyusahkan. Contohnya sekarang, Alika harus mendorong troli berisi galon dari warung ke kosannya, ditambah ia harus mendorong di tanjakan. Beratnya dua kali lipat!
"Sialan, kalo di rumah gue gak pernah begini, palingan udah dibeliin bokap, ini kenapa gue musti susah susah kaya gini sih."
Hal yang bikin Alika kesal lainnya adalah soal makan. Alika bukan tipe orang yang pemilih soal makanan, hanya saja ia harus keluar mencari makanan jika ia tak mau kelaparan, kosnya tidak ada dapur dan Alika belum sempat membeli peralatan memasak karena ia baru saja kos di tempat itu. Padahal jika di rumah segalanya tinggal ambil tanpa harus susah-susah membeli keluar lah dan yang lain.
"Duh sialan, gue juga kudu hemat, beban banget gue kalo tengah bulan dah minta duit ke nyokap."
Alika akhirnya membeli nasi campur dengan lauk telur, karena dengan telur maka harga nasi tersebut hanya delapan ribu rupiah. "Ya ampun biasanya uang jajan gue bisa buat beli make up atau skincare sekarang gue cuman bisa pake buat bertahan hidup! Ya Tuhan kapan gue kaya."
Alika memakan makanan porsi kulinya dengan lahap, Alika masih harus mencuci bajunya dan tentu saja tanpa mesin cuci. Jika laundry pun ia sayang terhadap uangnya, lebih baik untuk membeli makanan untuk beberapa hari. "Sialan, gue kayak orang susah beneran."
Entah berapa banyak kata sialan yang sudah disebutkan oleh Alika, tapi Alika benar-benar kesal. "Kayanya gue kudu bisa cari duit nih, gak bisa gini terus, bisa-bisa mati berdiri gue."
Saat Alika sedang merenung, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kosnya, "Alika, katanya mau ngopi."
"Bentarrr." Alika memasukkan laptop ke totebag besarnya yang sudah berisi binder, satu pulpen dan tak lupa parfum beraroma segar kesukaan Alika.
Alika keluar dengan tergesa dan menemui Gala yang sudah di depan pintunya.
"Gal lo traktir gue napa malem ini, bokek banget nih gue."
"Anjay gak tau diri banget, udah minta tumpangan minta bayarin segala pula." Gala pura-pura bergidik jijik karena kesal.
"Yaelah, palingan gue pesen soy coffee doang, tiga belas rebu doang di kafe itu."
"Ya udah ayok buruan, mumpung gue lagi baik."
Gala adalah salah satu teman sejurusan Alika yang tampan, tapi sadar jika dirinya tampan, kerjaannya flirting kepada perempuan manapun, tapi tetap menyandang status single. Oleh karena itu, Gala sangat cocok dengan Alika yang tidak punya hati. Alika punya mantan, hanya satu, ia terlalu sibuk dengan dunianya sendiri sampai lupa mencari pasangan. Terlebih saat kelas dua belas, ia harus mati-matian belajar UTBK karena ia tahu Ilmu Komunikasi adalah jurusan dengan keketatan tinggi. Entahlah, Alika slengekan, tapi tahu prioritas. Contohnya saja sekarang, ia memang akan ke kafe untuk nongkrong tapi membawa laptop untuk mengerjakan tugasnya.
Alika selalu memakai sneakers tali berwarna hitam putih, jeans, kemeja dengan kancing dibuka, inner kaos, dan rambut yang dikuncir kuda tanpa poni. Selain karena Alika malas mengikuti trend, stylenya itu sangat nyaman untuk kegiatan apapun contohnya kuliah, naik motor sampai ke kafe seperti ini.
Gala memarkirkan motornya di paling pojok. Alika memasuki kafe terlebih dahulu, ia tergesa ingin melihat apakah tempat paling pojok sudah di tempati oleh orang lain atau belum. Alika menghela napas lega sesaat setelah memastika tempat favoritnya tidak dipakai oleh orang lain.
Alika memesan kepada Deva, orang yang bekerja disana dan sudah mengenal Alika serta Gala,"Mas Dev, kaya bisa ya, aku sama gala. Makanannya kentang goreng aja yang porsi besar nanti Gala kesini bayar."
"Okay Al."
Alika segera menduduki kursi paling pojok. Dan lansung menolak Gala yang akan duduk juga, " Bayar dulu sono, tadi gue dah pesenin ke Mas Deva."
Spontan Gala mengumpat, "Ooo jancok kon."
Alika tak tersinggung sama sekali dan dengan santainya membuka laptop yang telah ia bawa. Gala dan Alika satu kelompok dalam tugas Teori komunikasi. Sebenarnya ada satu temannya lagi, Namanya Mahendra tapi ia tak datang, toh ia hanya bertugas membuat PPT dan mengedit makalah yang akan dibuat oleh Alika serta Gala.
"Masih kurang 3 referensi lagi nih Gal, lo yang cari ya nanti gue yang ngeringkas sama masukin ke makalahnya." Dosen mereka memang menyuruh mereka memasukkan minimal 7 referensi dalam makalah tersebut. Gala hanya menjawab Alika dengan gumaman, bersamaan dengan pesanan mereka yang sudah datang.
"Eh Al, lo tahu ga anak sejarah ada yang cakep banget anjir, kayanya kalo gue cari di grup fakultas bisa deh dapet nomernya." Dasarnya Gala memang player, ya obrolannya tak jauh-jauh dari perempuan cantik.
"Loh yang kemaren anak kelas B, udah lo tinggalin?" Alika tetap menatap laptopnya dengan wajah serius.
"Yaa belom sih, masih chatting, cuman kayanya dianya udah baper duluan padahal kan gue baru beberapa hari kenal langsung sama dia."
"Dasar sialan, yaiyalah, isi chat lo pasti bikin baper anak orang soalnya."
"Btw, Al lo ga berniat cari pacar gitu, biar ada yang anter jemput atau ngegojekin makanan gitu ke kos, plus gak nyusahin gue."
"Gak sempet gue, mending nyusahin lo ga perlu cari-cari lagi." Pertemanan mereka memang belum lama, tapi sepertinya keduanya memang sudah klop satu sama lain.
Gala mendengus, "Bisa-bisa gue ikutan jomblo seumur hidup juga kaya lo karna ditempelin jin kaya lo."
"Halah, kaya lo niat punya pacar aja."
Gala menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, " Tau aja lo."
Alika tak menjawab Gala, ia menyeruput less sugar soy coffee miliknya dan melanjutkan tugasnya dengan fokus. tak lupa Alika juga memakai kaca mata dengan frame oval hitam untuk membantu pengelihatannya.
Gala memang diberi tugas yang lebih ringan oleh Alika, jadi lebih dulu selesai dibanding Alika yang harus memilah bahan-bahan yang harus dimasukkan ke dalam makalah mereka.
"Lo pulang duluan gapapa gal, nanti gue ngegojek aja." Ujar Alika ketika melihat Gala sudah merebahkan kepalanya di meja karena bosan. Bahasa gaulnya, gabut.
"Gak sampai hati juga gue ninggalin lo yang masih susah-susah ngerjain tugas begini."
"Santuy kali, gue juga masih mau makan kayanya nanti, ternyata laper juga mikir mulu dari tadi."
"Ya udah deh kalo gitu, gue beliin soy coffee sama makanan lo aja buat ganti ongkos gojek."
"Baiknya temen gue."
"Nganggep temennya kalo dibayarin doang. Buruan makan apa biar sekalian gue keluar."
"Rice bowl aja deh, yang ayam kecap."
Gala melenggang pergi tanpa menjawab Alika. Alika kembali memfokuskan dirinya pada tugas, tapi sepertinya ia terlalu lapar sampai tidak bisa fokus kembali. Alika memutusakn untuk menutup laptopnya, ia akan melanjutkan tugasnya di kos, lagi pula tinggal tugasnya, Gala sudah selesai, jadi bisa mengerjakan di kos sendirian.
Entah kenapa saat menunggu makanannya datang ia kembali terpikirkan pelihal mencari uang.
"Apa ya yang bisa bikin gue dapet duit tambahan?" gumam Alika pada dirinya sendiri.
"Jadi asisten pribadi saya aja, nanti saya gaji." Jawab seseorang, sambil mengantarkan makanan Alika.
Alika otomatis mendongak untuk melihat siapa yang menguping, "Bapak siapa? Kenapa bapak yang nganterin pesenan saya?"
To be Continue...
***
I hope you guys enjoy this story, much love <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Gold Digger
ChickLitAlika, mahasiswi Ilmu Komunikasi yang cantik tapi tidak sadar jika dirinya cantik, ditambah dia suka sekali merepotkan Gala, yang juga senang hati direpotkan oleh Alika. "Gal sini sebentar." Perintah Alika pada teman akrabnya. "Ngapain?" Alika tak...