i. the winter sun

3.9K 848 81
                                    

MAAF AKU MALAH PUBLISH DRAFTNYA ADUH MALU T_____T udah bener yaa maaf sekali lagiii, selamat membaca!!!





please excuse any typos*___*








***

















Winter tidak pernah suka nama aslinya, menurutnya Minjeong terlalu kampungan. Maka sejak kepindahannya ke sekolah baru setelah perceraian kedua orang tuanya, ia memperkenalkan diri sebagai sosok yang baru.

Omong-omong soal orang tua, sebetulnya ada sedikit rahasia kelam tentang keluarga-nya.

Sang ibu merupakan keturunan bangsawan. Seperti keluarga kerajaan lainnya, seluruh kehidupan wanita itu telah diatur sedemikian rupa oleh sistem sehingga menghasilkan generasi yang lebih baik, termasuk pasangan hidup.

Wanita yang kerap disapa nyonya Kim itu semula dijodohkan oleh seorang bangsawan keturunan Jepang, namun rupanya hatinya telat direbut oleh seorang rakyat biasa.

Perselingkuhan pun tak dapat dihindari.

Entah bagaimana caranya, wanita itu mengandung anak dari kedua lelaki itu secara bersamaan akibat hubungan seks yang dilakukan dalam waktu yang berdekatan. Kembar, namun berbeda ayah.

Alhasil karena dianggap melakukan dosa yang sangat besar, ibu-nya diusir dan mereka hidup miskin sebagai orang biasa.

Nyonya Kim kira kehidupannya akan sempurna karena sudah terlepas dari bayang-bayang kehidupan kerajaan yang menyesakan, namun nyatanya takdir berkehendak lain.

Beberapa bulan yang lalu, keduanya memutuskan untuk berpisah setelah Nyonya Kim memergoki suaminya selingkuh dengan teman satu kantornya. Dan disinilah Winter, pergi ke kota baru setelah sidang perceraian kedua orangtua-nya dinyatakan selesai.

Percayalah, Winter juga baru tahu tentang hal ini karena ia tidak sengaja mendengar pertengkaran dari kamar enam meter persegi-nya.

"Sampah." ujar Winter ketika melihat foto keluarga yang tak lagi utuh itu di dalam kardus.

Kalau dipikir-pikir, seharusnya Winter dapat hidup dengan mewah dan serba berkecukupan jika saja laki-laki itu tidak hadir di kehidupan ibu-nya. Ia akan mewarisi beribu-ribu hektar tanah sehingga ia dapat menjentikan kelingking jika menginginkan sesuatu.

Namun semuanya sudah terlanjur. Dengan kepindahannya ke kota baru, Winter berharap ia dapat lahir menjari sosok yang baru, menjadi seperti gadis kota pada umumnya. Meninggalkan rahasia menjijikan tentang kelahirannya.

"Minjeong,"

"Nama aku Winter ma, jangan panggil aku pake nama kampungan gitu." tukas Winter tak suka.

Gadis itu menatap cermin, merapihkan poni dengan tatapan angkuh sebelum akhirnya pergi ke halaman rumah.

Decakan halus terdengar ketika netranya menangkap seorang laki-laki sebaya tengah duduk di tangga, jemari sibuk bergerak mengikat tali sepatu menjadi simpul sederhana.

"Jangan ngomong sama gue di sekolah." Winter berucap tanpa menoleh ke arah kembarannya itu. Cowok itu hanya mendongak, menatap dengan datar. Mulutnya terkatup rapat tak berniat menjawab.

"Asahi lo denger gak?"

Winter mengetuk ujung sepatu pantofel tak sabaran ketika Asahi tak kunjung menunjukan tanda-tanda akan merespon kicauannya. Bola mata gadis itu berputar jengah, "dasar freak."









































Walaupun tidak ada jawaban, nyata-nya Asahi paham ucapan Winter. Keduanya menjaga jarak saat berangkat sekolah hingga akhirnya punggung cowok itu sudah menghilang entah kemana.

Winter mendesah lega. Sangat memalukan berjalan dengan orang aneh seperti Asahi, mau ditaro dimana wajah cantiknya ini.

Setiba-nya di halaman sekolah atensi Winter segera beredar. Jika diperhatikan anak sekolah memang lebih senang bergerombol sesuai kasta-nya. Ada golongan orang-orang kutu buku, orang-orang nakal, orang biasa, serta ada gerombolan tertentu yang memancarkan aura yang tidak biasa.

Mereka orang-orang terkenal, orang-orang yang mempunyai kendali khusus di sekolah. Orang-orang yang pantas untuk berteman dengan Winter.

"Hai! Anak baru ya? Kenalin, gue Chaeryeong."

Dan golongan orang-orang sok baik.

Dengan senyuman terpaksa Winter balas menjabat gadis dengan surai sepinggang itu. "Oh hai, gue Winter."

"Ih bagus banget namanya! Kelas berapa?"

"2B."

"Oh sekelas dong? Bareng yukk, kebetulan gue gak punya temen hehe."

Dengan enggan Winter mengangguk. Chaeryeong nampak lugu, mungkin ia bisa menggunakan cewek ini nanti.

gossipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang