"Hana lo kerjain dokumen yang ini ya!"
"Ok" senyum Hana
"Hana, nanti lol lewat tong sampah sekalian buang ini ya!"
"Ok" Hana menjawab
"Han buatin gue kopi dong"
"Gue juga ya han"
"Ok" Hana mengangguk
"Hana pinjem lipstick lo dong!"
"Ok" Hana memberikan pouch make up
"Hanhan, berkasnya Kasi ke pak Joshua ya"
"Ok" Hana bangkit mengantar berkas ke ruangan HRD lengannya ditarik lilac.
"Lo itu bego apa tolol sih? Jadi manusia mau aja di suruh-suruh! Sekali Kali jadi orang tu egois dong Han!" Lilac menoyor pelan jidat Hana
"Nggak papa lilac, tolong menolong kan udah jadi kodrat sesama manusia" Hana menjawab dengan tenang tak lupa senyum Lima jari
"Tolong menolong itu aksi Dan reaksi Hana! Lo itu bereaksi sedangkan mereka nggak pernah aksi!"
"Lilac sabar...jangan emosi nanti kerutannya nambah"
"Ya gimana gue nggak marah Hana! Mereka itu BEBAN biasanya cuma ngerepotin aja! Giliran direpotin malah ngilang!"
"Huss...nggak boleh gitu nanti mereka dengar" Hana menutup mulut lilac dengan telapak tangannya
"Tahu diri dong! Nge-babuin orang kayak nggak punya tangan Kaki aja! Lumpuh ya lo?" Sindiran lilac membuat berapa dari mereka melirik sejenak lalu Pura Pura seakan sindiran lilac hanyalah angin lalu.
Hana tahu menjinakkan lilac tidak akan selesai dalam waktu yang singkat, untuk itu ia diam diam menyelinap menuju lift meninggalkan lantai divisinya.
"Hana! Emang bener bener ya tu anak! Di Kasi tahu malah kabur. Gini ni berasa ibu anak satu gue!"
Setelah kembali dari ruang HRD Hana kebelet pipis mau tidak mau ia memutar haluan ke toilet.
"Hhhhh" Hana bernapas lega celananya pun terasa mengendur setelah buang air kecil.
Ketika Hana keluar dari bilik kamar mandi, ia kaget melihat Laras dari pantulan kaca westafel. Namun, sebisa mungkin Hana menyamarkan keterkejutannya.
"Kenapa? Kaget? Atau...takut? Susah sih ya kan anjing penjaga lol nggak ada di sini" Laras melipat kedua tangannya
"Lilac bukan anjing, Laras layaknya harus cek ke dokter Gigi deh! Mana tahu mata Laras bermasalah" ujar Hana sembari menelisik bola mata Laras
"Dasar nggak waras! Yah memang sih tidak diragukan...mental pembokat! Sama kayak ibu lo mantan pembokat makanya anaknya nggak beda jauh lah" Laras mentertawakan Hana
"Laras...jangan bawa ibu Hana ya! Kasian, kalau mau marah sama Hana aja nggak papa" raut sedih Hana ketika Laras membawa ibu nya
"Heh nggak usah sok sedih ya lo! Dasar muka Dua! Caper banget jadi cewek! Geli Tau nggak! Udah deh nggak usah gangguin keluarga gue! Papi ngirimin lo uang kan? Kirim balik ke gue!"
"Laras...dengerin Hana. Pertama muka Hana cuma ada satu itu aja skincare Hana Masih nebeng sama lilac, kedua Hana nggak pernah gangguin keluarga Laras kok, papi Laras kan papa nya Hana juga dan terakhir papa memang kirim uang tapi uangnya udah habis Hana beliin telur buat stock di rumah" Hana menjelaskan panjang lebar tak lupa ekspresi yang selalu berbeda beda.
"Sialan!" Laras melayangkan tangannya ingin menampar pipi Hana namun terhenti ketika tangannya dipelintir ke belakang oleh lilac.
"Heh perempuan gila! Berani nya sama Hana, lawan gue dong!"
YOU ARE READING
HANARAGA
RomanceHana yang polos dan sejuta ekspresi tanpa sengaja terjebak di lift bersama Raga, karena itu pula Hana mengetahui rahasia terkelam Raga. Dunia Hana yang lurus seputaran per telur an mendadak berubah rute menjadi tikungan tikungan tajam.