6

49 4 0
                                    

Hana memasuki conference hall. Hampir seluruh kursi telah ditempati, mata Hana menelusur sosok lilac diantara keramaian.

Lilac melambaikan tangannya pada Hana, rupanya lilac menyisakan kursi kosong disampingnya baris ketiga dari depan.

"Lilac memang the best" Hana mengacungkan Dua jempol

"Lama banget!" Protes lilac

"Lift nya macet" Hana nyengir kuda

"Mari kita sambut pemimpin baru kita. Pak Raga, waktu dan tempat saya dipersilahkan"

Raga menaiki podium dengan wajah tegasnya. Karyawan wanita menjerit kaget melihat ketampanan Raga.

'tuk tuk' jari Raga mengetuk mic membuat para wanita histeris hanya karena gerakan tangannya yang sexy.

"Arghhh....." Teriak histeria para wanita

"Aduh kuping gue sakit! Lebay banget sih" lilac menutup kedua kupingnya

Lilac menatap Hana kebingungan.

"Kenapa lo? Kesambet?"

Hana mematung manakala matanya melihat pria yang berdiri di atas podium.

Hana Masih mengingat wajahnya, wajah pria yang dia nenenin. Dadanya sudah tidak perawan karena pria itu. Bahkan nipple nya Masih bengkak hingga saat ini. Mengingat sensasi disedot Hana reflek melindungi dadanya. Pipi Hana bersemu mengingat kejadian di lift. Ingin rasanya Hana menghilang ditelan bumi.

Kini Hana sadar betapa gila nya dia menyodorkan dadanya sebagai pengganti dot, lebih parahnya lagi Hana memberikan kesucian dadanya pada pria asing yang belum pernah ia temui.

Entah kemana larinya logika Hana saat itu? Tidak heran mengapa lilac sering mengatai Hana bego. Hana memang bego!

Tapi jika dipikir pikir seandainya Hana tidak nenenin pria yang berdiri di atas sana, Hana tidak yakin pria itu Masih bernapas.

Hana mungkin akan dituntut atas pembunuhan dan berakhir di penjara Selama dosa hidupnya. Tidak ada suspect lain selain Hana karena hanya ada dia Dan pria itu yang terjebak di dalam lift. Hana tidak bisa mengelak karena tidak memiliki alibi yang kuat di pengadilan nanti. Lamunan Hana buyar ketika mendengar suara baritone dari atas podium.

"Saya, Raga Caraka Bentala pewaris sah Bentala. Ada pertanyaan?" Aura pemimpin menguar membuat pesona Raga semakin terlihat luar biasa.

Saraga duduk melipat kedua tangannya. Ditatapnya raga tajam namun Raga tidak peduli.

Harusnya Sagara yang berdiri di atas podium dan memberikan pidato bukan Raga tapi Sagara.

Bukankah Raga tidak pernah mau terlibat dengan Bentala?
Lalu apa yang dia lakukan disini?

Seorang karyawan pria mengangkat tangan, Raga memberikan kode padanya untuk bertanya.

"Apakah pak Raga akan menggantikan pak Raja secara permanent?"

"Good question! Saya disini hanya temporal, sampai pemilik aslinya kembali. Ada lagi?"

"Kalau pak Raga yang menduduki posisi CEO, bagaimana dengan pak Saraga?" Pertanyaan dilayangkan dari karyawan lainnya

"Sagara hanya cadangan saja, in case saya tidak datang. Tapi karena saya berdiri disini artinya kehadiran Saraga tidak diperlukan, benar begitu kan Saraga?" Raga tersenyum mengejek, mengakakmat Saraga tepat di hadapan banyak orang.

Saraga tersenyum jengkel.
Mendengar penuturan Raga membuat Saraga naik pitam, terutama kata 'cadangan'.

Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Saraga harus menjaga image di hadapan para karyawan. Meskipun tangannya mengepal ingin melayangkan tinju ke wajah Raga.

HANARAGAWhere stories live. Discover now