Part 3

6.8K 1.3K 136
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kakak di Kekaisaran Yu. Kenapa kakak bisa tidak tahu? Apakah kakak lupa ingatan?"

Jenny menggeram gemas dalam hati melihat wajah cemas nan menggemaskan An Na. Dicubitnya pipi gadis kecil itu sekilas supaya rasa gemasnya tersalurkan. "Aku bukan lupa ingatan tapi aku baru sampai di tempat ini. Aku berasal dari masa depan." Jelasnya jujur.

Rasa gemasnya semakin bertambah melihat binar di mata An Na.

"Wah, hebat." An Na bersorak girang seraya bertepuk tangan.

"Apakah kau percaya, gadis kecil?"

"Tentu saja percaya, kak."

Jenny terkekeh geli. Berpikir dalam diam bahwa anak kecil memang mudah percaya pada perkataan seseorang. Di masa depan ia berjanji akan melindungi An Na dari orang-orang tidak bertanggungjawab supaya An Na yang polos tidak tercemari.

"Berarti kakak sekarang tidak punya tempat tinggal?"

Pertanyaan An Na membuat Jenny terhenyak. Benar juga! Di zaman ini dia tidak memiliki rumah satu pun. "Tenang saja, kakak bisa membuat rumah dalam sekejap." Seringainya kala teringat punya kekuatan.

Jenny langsung memutuskan untuk menguji kekuatannya sendiri. Mengayunkan tangannya, kemudian ratusan kupu-kupu keluar dan Mengelilinginya.

Gadis cantik itu tersenyum puas melihat kekuatannya masih ada. Dengan ini, ia tidak perlu takut dilukai oleh orang lain.

"Kakak bisa melakukan sihir?"

Jenny mengerjap kaget. Lupa bahwa An Na masih di sana. Menghilangkan kupu-kupu dengan cepat dan mengelus puncak kepala An Na lembut. "Ini rahasia kita ya? Jangan ceritakan pada orang lain bahwa aku bisa melakukan sihir."

"Siap, kak. An Na tidak akan cerita ke siapapun."

"Gadis pintar."

"Lalu, sekarang kita akan kemana?" Tanya An Na polos.

"Tentu saja ke tempat tinggal baru kita. Kau bantu aku mencari lahan kosong dan aku akan membangun rumah kita di sana."

An Na mengangguk mengerti.

Jenny mengeringkan pakaiannya dan pakaian An Na supaya tidak kedinginan. Lalu, kedua perempuan itu mulai beranjak dari sana.

Jenny mengikuti langkah kecil An Na. Tak lama kemudian, mereka pun sampai di keramaian.

"Kau yakin ada lahan kosong di dekat sini, Na?" Tanya Jenny heran.

Bagaimana mungkin ada lahan kosong di tempat ramai seperti ini, pikirnya.

An Na menyengir ke arah Jenny seraya menggaruk pipinya canggung. "An Na ingin makan dulu, kak. Perut An Na sudah sangat kelaparan."

Jenny terkekeh geli. "Baiklah, kita makan dulu. Tapi pertanyaannya apakah kau punya uang?"

Jenny menepuk jidatnya melihat gelengan polos An Na. "Kalau tidak punya uang, bagaimana kau akan membayarnya?"

"Biasanya An Na tidak perlu membayar karena wajah An Na imut dan menggemaskan."

Jenny tersedak ludahnya sendiri mendengar jawaban tersebut. "Mereka tidak melakukan apapun padamu, 'kan?!"

Mana ada makanan gratis di dunia ini!

"Tidak, kak." An Na menggeleng polos.

Jenny mengelus dada lega. Untunglah dugaannya tidak terjadi. Yah, siapa tahu pemilik restoran itu seorang pria tua dan pria itu melakukan hal tercela pada An Na, makanya tidak perlu membayar. Dunia ini sangat kejam untuk gadis kecil polos seperti An Na.

Gadis cantik itu meraih tangan An Na lalu mengenggamnya lembut supaya An Na tidak terpisah darinya. Bisa ribet urusannya kalau An Na sampai terpisah darinya.

Suasana di sekitarnya semakin heboh akibat kedatangan kereta kuda. Jenny pun ikut menatap kereta kuda itu dengan tatapan heran.

"Kenapa semua orang heboh karena kedatangannya? Siapa dia?" Gumamnya.

Matanya terus mengikuti kereta kuda sampai kereta itu berhenti dan keluar lah seorang laki-laki tampan dari sana. Jenny ternganga kaget melihat ketampanan pria tersebut.

Rambut seputih salju, iris ungu mempesona, dan kulit putih pucat si pria membuat Jenny terkagum-kagum. Sebagai pecinta pria tampan, dia ingin memiliki pria itu untuk diri sendiri.

Jenny mengigit bibir bawahnya, menahan jeritan histeris. Lantas, pandangannya beralih ke An Na. Menunduk dan membisikkan sesuatu ke An Na.

Si kecil mengangguk penuh semangat lalu Jenny melepaskan genggamannya. An Na langsung berlari menuju pria tampan tersebut dan menabraknya. Lalu, mengaduh kesakitan.

Jenny mulai beraksi. Dia mendekati An Na dan membantu An Na berdiri. "Kau tidak apa-apa?" Tanyanya penuh kekhawatiran.

"An Na tidak apa-apa, kak."

Jenny mengalihkan tatapannya ke pria berambut putih itu. "Maaf, tuan. Adikku tidak sengaja menabrakmu. Apakah tuan tidak apa-apa?" Cemasnya.

Pria itu tertegun kala melihat wajah Jenny. Sorot matanya tampak terpesona melihat kecantikan memikat Jenny.

'misi berhasil!' pekik Jenny dalam hati.

Bersambung...

12/9/21

Time Travel Of JennyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang