22) BAD NIGHT

108 10 31
                                    

Halo aku kembali bestie 🥰. Maaf menghilang 2 minggu lamanya 🙏 nggak hiatus kok. Chapter ini penuh perjuangan bikinnya gara-gara tulisannya hilang 😭 mana udah panjang banget hampir dua ribu. Udah cek di riwayat revisi cuma ada dua paragraf. Badmood ditambah banyak tugas ditambah tiba-tiba buntu. Terus, pas mau nulis lagi tiba-tiba akun ku log out sendiri 😭 hampir lupa log in nya untung masih bisa.

Gapapa, itu cobaan bestie :) masalah aku kok.

Selamat membaca 👌👌👌

***


Alinda berlutut di atas tanah, menyaksikan keempat gadis di hadapannya sedang menyiksanya dengan cara yang halus. Kepalanya menunduk ke bawah ketika satu plastik tepung menghujani rambutnya. Disusul Lilia yang menuangkan kecap dan susu vanilla dengan memutarinya.

Malam-malam di tempat penuh pepohonan dan minim penerangan. Ditambah langit mulai mendung. Hanya terdengar suara jangkrik, gemuruh, dan tawa licik keempat perempuan itu. Mereka berpesta ria merayakan hari kebahagiaan Alinda dengan cara yang berbeda.

"Telurnya mana?" Lilia memintanya pada Jessica.

"Butuh berapa, nona?" tanya Jessica membuka kantong plastik berisi empat butir telur.

Lilia mengambil satu butir untuknya. "Sisanya buat lo bertiga."

Alinda menilik Lilia yang tengah menunggu teman-temannya mengambil telur masing-masing. Gadis itu tahu apa yang selanjutnya akan terjadi.

Mau kabur? Alinda tak tahu kemana arah untuk keluar dari sana. Sekelilingnya hanya ada pohon, pohon, dan pohon.

Pluk!

Pluk!

Pluk!

Tiga telur itu langsung terlempar bebas mengotori tubuh Alinda. Hanya Lilia yang tidak melakukannya.

Alinda menahan bibirnya untuk tak menangis. Ia tak mau dikata lemah oleh keempat manusia sadis di hadapannya, terutama Lilia. Kini Lilia berjongkok menatap lurus kedua bola mata Alinda.

"Selamat ulang tahun. Semoga hari mu buruk selalu," ucap gadis itu menamplok kening Alinda dengan telur yang tersisa.

Lilia mendelik ke arah dua gadis yang menjadi anak buahnya. Mengetahui arti kode yang diberikan Lilia, keduanya langsung melaksanakannya.

Mereka menuangkan dua botol besar air dingin ke atas kepala Alinda. Dinginnya sampai menusuk kulit kepalanya. Keduanya menyiram seluruh tubuh Alinda sampai basah kuyup.

"Kue gagal produksi." Lilia menyingkirkan cangkang telur yang menutupi kening Alinda.

"Mau kamu apa?" tanya Alinda suaranya terdengar mau menangis.

"Harusnya gue yang nanya," sahut Lilia menampar halus pipi kiri Alinda. "Mau nambah atau selesai?"

"Kalau aku pilih selesai, kamu tetep terus ngelakuin, kan?"

Lilia sontak menepuk tangannya. Ucapan gadis itu tidak salah. Tawaran tadi hanya untuk bermain-main saja.

"Lo tau, gue suka ngeliat lo menderita kayak gini." Lilia berucap tanpa beban dan hal itu membuat emosi Alinda yang dari awal terpendam terus bertambah.

Twins StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang