16) SELLA PROBLEM

86 9 56
                                    

Alanda terlambat mengikuti mapel olahraga lantaran sibuk rapat OSIS bersama kepala sekolah. Kini gadis itu jalan sendirian menuju ke toilet untuk membasuh wajahnya. Alanda malas mengganti seragamnya setelah mengetahui olahraga hari ini bebas. Ia sempat berpapasan dengan anak kelasnya, banyak dari mereka yang kabur jajan ke kantin.

Alanda menghentikkan langkahnya ketika melihat ketiga sahabatnya tengah sibuk berkaca. Dan ada Sella juga disana. Murid kelas XI IPA 4 itu sedang memakai lip gloss.

"Thank's, Raquel."

Lip gloss itu ternyata milik Raquel. Sella mengembalikannya pada Raquel. Alanda menonton saja momen ini dari jauh.

"You're welcome," sambar Raquel lalu memasukkan benda itu ke dalam tas kosmetiknya.

"Besok Alanda sweet seventeen. Lo berdua mau kasih kado apa?" tanya Tania yang selalu ingat dengan tanggal istimewa sahabatnya itu.

"Oh iya, gue hampir lupa," Raquel menepuk keningnya.

Bola mata Raquel memutar ke atas seperti sedang berpikir. "Kemarin kakak gue ngasih tas Prada, padahal gue udah punya model yang sama. Paling gue kasih itu buat Alanda."

"Alanda orangnya stylist banget. Kebetulan gue punya banyak blazer sama sepatu di rumah. Semuanya masih baru belum pernah gue pakai. Pas juga sesuai sama kesukaannya Alanda, jadi gue nggak repot-repot beliin, deh," ujar Sibella.

Tania mengangguk setuju. "Nah, temen gue dari Thailand belum lama kirimin baju yang ownernya aktor terkenal. Kalau gue pikir-pikir bajunya pasti cucok buat Alanda."

Sella menyimak saja pembicaraan ketiga sahabatnya Alanda. Mendengar hadiah-hadiah mahal yang mereka berikan untuk Alanda tidak membuatnya terkejut. Hampir semua murid SMA Gemilang rata-rata anak konglomerat alias anak kaya raya. Barang branded yang dipakai sangat fantastis harganya. Dan Sella tidak termasuk anak yang seperti itu, ia hanya murid penerima beasiswa yang lahir dari keluarga sederhana.

Alanda mengulas senyum tipisnya. Gadis itu sudah dapat spoiler hadiah apa yang diberikan ketiga sahabatnya.

"Kayaknya anak-anak yang lain lagi sibuk nyiapin pesta ultah buat besok," ucap Raquel. "Tadi gue sempet ngeliat mereka lagi siapin ruang serbaguna buat perayaannya."

"Lo bertiga betah temenan sama Alanda?"

Kalimat Sella mengalihkan perhatian Raquel, Tania, dan Sibella. Ketiganya kompak menatap Sella penuh tanda tanya. Sementara Alanda raut wajahnya langsung berubah.

"Maksud lo ngomong gitu apa?" tanya Tania merasa kepanasan dengan pertanyaan Sella. Ia paling tidak suka ada orang yang arah pembicaraannya merendahkan Alanda.

"Ya, harusnya sih lo ngerti, Tan," balas Sella dengan tatapan sinisnya. "Kan lo bertiga udah nempel banget temenan sama Alanda dari kelas sepuluh. Emang betah sama sifatnya dia yang seenaknya? Kalau gue jadi lo sih nggak bakal betah."

"Then, lo iri?" Raquel menyimpulkan. Gadis itu sama tak sukanya dengan Tania.

Sibella tak bisa banyak bicara. Ia cukup kaget dengan kejadian ini yang datang tanpa aba-aba.

"Gue nggak pernah iri sama circle pertemanan orang. Selama ini gue enjoy temenan sama siapa aja. Mereka juga nerima gue apa adanya," Sella melipat kedua tangannya. "Gue nggak suka Alanda dari awal masuk sekolah. Ngeliat gimana lagaknya Alanda seolah manusia paling bener disini bikin gue jijik."

Tania mendengkus kesal, hampir saja mau memukul Sella. Namun hal itu langsung dicegah oleh Sibella.

"Sella," tegur Sibella. "Lo kalau ngomong dijaga, ya. Alanda gak kayak gitu."

Twins StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang