10

1.7K 256 16
                                    

Hongjoong tak main-main dengan ucapannya. Setiap hari ia datang ke rumah kecil Seonghwa. Membawa makanan atau sekedar mainan untuk anak-anak. Tidak hanya sekali dalam sehari, bisa lebih.

Kadang kala, Ibu Hongjoong juga akan ikut berkunjung. Mengakrabkan diri dengan Luna dan Leo.

Dan tentang Leo? Semuanya masih sama. Hongjoong masih menganggap jika Leo memang diadopsi oleh Seonghwa. Sudah tak mengatakan kemiripannya lagi dengannya, menghindari pertengkaran dengan Seonghwa.

"Cukup. Jangan membawa mainan lagi"

Seonghwa menatap sengit ke arah Hongjoong yang baru datang dengan sebuah tas kertas di tangannya. Dari merk tas itu, Seonghwa yakin jika isinya mainan.

"Aku tidak bisa menahannya, tiba-tiba saja tanganku bergerak sendiri saat melihatnya"

Tanpa rasa berdosanya, Hongjoong membukakan tas kertas itu tepat di depan Luna. Tentu saja gadis kecil itu langsung antusias dan bersorak senang.

"Mainan mereka sudah terlalu banyak"

"Bukankah bagus? Jadi kalau mereka bosan dengan satu mainan, mereka bisa memainkan yang lainnya"

Seonghwa menggeram kecil. Alasan macam apa itu?!

"Terserah! Kau menyebalkan!"

Dan menyerah. Memilih untuk melanjutkan acara memasaknya yang terhenti sejenak untuk membukakan pintu barusan.

Ini hari libur, ia bisa dengan santainya memasak tanpa perlu dikejar oleh waktu.

"Aku harus berbelanja nanti. Popok Leo sudah menipis"

Mulai mengabsen apa saja yang akan ia beli nanti. Kebutuhan anak-anak tentunya. Prioritas utamanya.

~.a.b.c.~

"Kenapa kau mengikutiku?!"

"Aku hanya menjagamu"

Seonghwa kembali mengomel. Padahal ia ingin berbelanja dengan tenang sendirian.

Sangat tepat waktu karena Wooyoung datang tadi. Jadi ia bisa menitipkan anak-anak pada adiknya itu.

Tapi nampaknya ketenangan itu hanyalah sebuah wacana belaka karena satu orang. Bukan anak-anaknya, melainkan ayah dari anak-anaknya. Hongjoong.

"Kau ingat tidak, dulu kau yang mendekatiku terlebih dahulu"

Wajah Seonghwa merona malu ketika ingatan itu kembali dibuka. Kenangan yang baginya memalukan untuk diceritakan sekarang.

Memilih tidak menanggapinya dan lebih fokus mencari barang belanjaannya.

"Kau juga meletakkan stroberi di mejaku, kan? Aku bahkan ingat surat yang kau tulis dulu"

"Jangan diingat" sahutnya pelan.

"Kenapa? Itu kenangan kita, aku tak akan melupakannya"

"Aku... malu"

Hongjoong yang mendengar suara lirih itu tertawa renyah. Melirik ke arah Seonghwa yang membuang mukanya. Berusaha tak bertatap muka dengannya.

Lucu.

"Kalau anak-anak sudah mulai paham nanti, akan kuceritakan pada mereka bagaimana Papa dan Ayah mereka bertemu dulu"

Semakin ingin Hongjoong menggodanya kalau begini.

"Jangan.... Aku akan... Akan... Akan sangat marah kalau kau menceritakannya"

Bahkan suara gagap itu terdengar menggemaskan bagi Hongjoong. Sangat berbeda dengan Seonghwa saat pertama kali mereka bertemu dulu.

Still Married | JoongHwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang