1.Menahan

1.3K 126 42
                                    

Selamat membacaa....

Vote dan komennya jangan sampe ketinggalan.

"Kepedihan adalah sesuatu
yang aku dapatkan setiap saat."

- Raifa Swastika -

****

Seorang gadis cantik tengah duduk sendirian di balkon kamarnya,di dekapan gadis itu terdapat pigura foto sang mama.Perlahan,gadis itu mendongakan kepalanya guna menatap langit malam yang dihiasa beberapa bintang.Pandanganya menerawang jauh,bayangan-bayangan kekerasan fisik yang dilakukan oleh sang papa kepada dirinya berputar diotaknya,bagaimana saat papanya memukul,menampar,menendang,menyiram bahkan menjambak rambutnya terputar sangat jelas dipikiranya itu.

Pandangan gadis itu kembali turun,ia menatap lekat foto mamanya,salah satu tanganya bergerak mengelus foto itu.

"Mama?kenapa papa tega banget sama aku?bukan aku yang bunuh mama," gadis itu menggelengkan kepalanya berulang kali sebelum kembali melanjutkan ucapanya. "Bukan aku ma,gimana caranya biar papa percaya kalo aku bukan pembunuh mama?.Kalo aja aku tau mama bakal meninggal waktu ngelahirin aku,lebih baik aku gak usah diciptain sekalian." Air matanya meluruh begitu saja membasahi pipi bahkan sampai berjatuhan pada figura foto mamanya.

Gadis itu Raifa.

Hampir 17 tahun ia hidup hanya untuk menerima kekerasan fisik dari papanya atas kesalahan yang bahkan bukan ia perbuat.Katanya,anak itu anugrah,tapi sepertinya ia tak lebih dari bedebah dan sampah bagi papanya.Katanya anak itu pembawa kebahagiaan,tapi faktanya ia hanya pembawa kepedihan bagi keluarganya,karena dirinya lahir,papanya harus kehilangan mamanya.Katanya anak itu sebuah keberuntungan,tapi sepertinya ia hanyalah sebuah kesialan

Jika boleh jujur,ia lebih baik tak usah diciptakan kalau tau akan menghadapi dunia sekejam ini.Jika saja bunuh diri tak dosa,mungkin ia sudah melakukanya sejak dulu.Sungguh,sangat tak enak menjadi dirinya,dituntut dewasa oleh keadaan,diperlakukan layaknya pembantu,di cap pembawa sial,dituduh pembunuh,selalu menjadi pelampiasan atas kemarahan papanya,dan dituntut ini itu.

Dulu saat umurnya menginjak 8 tahun,disaat teman seusianya sibuk bermain,dirinya hanya bisa berdiam diri di rumahnya.Sibuk mendewasakan diri walau belum saatnya.

Berbeda dengan abangnya yang selalu dibangga-banggakan oleh papa bahkan keluarga besarnya.Jika ada perkumpulan keluarga besar pun,dirinya hanya bisa berdiam diri di dapur membantu memasak para pekerja,karena ia tak diperbolehkan bergabung.Iri pada abangnya?sudah jelas iya,tapi ia harus sadar diri,mereka berlaku seperti itu padanya karena ia adalah pembunuh mamanya.

Suara deruman mobil berhasil membuat Raifa tersadar dari lamunannya.Gadis itu buru-buru menghapus air matanya,lalu bangkit berdiri.Itu suara mobil papanya,dan artinya pintu kamarnya akan segera dibuka.

Sejak tadi pagi Raifa memang dikuncikan oleh papanya didalam kamar,bahkan dari pagi sampai sekarang langit sudah berganti malam belum ada sedikitpun makanan yang masuk kedalam tubuhnya.Sebenarnya ia dikunci seperti ini karena kesalahanya tadi pagi,ia tak sengaja memecahkan satu piring saat sedang mencucinya.Beruntungnya hari ini adalah hari minggu,jadi ia tak membolos karena dikunci seperti ini.

Dikunci seharian di dalam kamar dan tak diberi makan seharian bukanlah yang pertama bagi Raifa,ia sudah sering merasakanya sejak kecil.Entah sudah keberapa kalinya.

Dengan sedikit kesusahan,Raifa melangkah memasuki kamarnya dengan perasaan senang,ia menaruh foto mamanya di atas kasur,lalu kakinya ia bawa melangkah ke depan pintu kamarnya.

Tetesan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang