MeduZha(n)

1.2K 163 54
                                    

Sebuah kisah pilu tantang rasa cinta yang harus terpendam di relung hati, terkubur dalam gelap dan menyakitkan.

Sebuah kemarahan yang membakar sukma, dendam yang harus segera terselesaikan, jiwa yang hancur dan terkubur bersama cinta sejati.

Seribu patung batu manusia,
baru bisa membalaskan dendamnya.

.
.
.

Lolongan anjing bersuara tentang kesepian, menjadi teman saat malam menjelang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lolongan anjing bersuara tentang kesepian, menjadi teman saat malam menjelang. Suaranya bergema di udara terasa menyayat dan menyakitkan.

Di bawah bulan separuh, kaki jenjang melangkah ringan, mata indah menatap nanar ke depan, dingin tanpa ekspresi, diikuti seorang pemuda tampan dengan wajah bajingan.

"Kita akan ke mana?" tanya Yifan, seorang lelaki yang terkenal playboy itu merasa asing dengan tempat yang dituju.

Saat ini, seorang lelaki manis yang dia temui di jalan, tengah mengajaknya ke suatu tempat yang tidak biasa.

"Bukannya kau bilng ingin menemaniku?" tanya lelaki manis itu dengan senyum merekah yang begitu cantik.

"I-iya, tetapi kenapa harus ke hutan?"

"Aku akan memberikanmu sesuatu yang berbeda. Bukannya terlalu biasa melakukannya di kamar dan di atas ranjang?"

"Jadi maksudmu kita akan melakukannya di hutan?" Pemuda itu mendadak menjadi semangat.

"Lebih tepatnya di gua dalam hutan."

"Wahhh ... aku sungguh tidak sabar."

.
.
.

Kembali kami laporkan berita orang hilang. Total sudah 4 orang dinyatakan hilang dalam kurun waktu satu bulan, korban terakhir terlihat di sekitar daerah hutan lindung di kawasan Bukit Yilling ....

Berita tentang orang hilang menjadi topik terhangat akhir-akhir ini. Pihak kepolisian enggan menjelaskan sejauh mana perkembangan kasus, membuat keluarga korban mulai mempertanyakan dan mendesak pihak berwajib untuk lebih transparan mengungkapkan motif di balik banyaknya orang yang hilang, jika ditotal dari beberapa tahun belakangan, jumlah korban telah mencapai ratusan. Dan belum juga berhasil dipecahkan.

Seorang pemuda tampan tengah bermalas-malas ria, hari liburnya dia habiskan di rumah dengan menonton televisi. Tubuhnya terasa remuk setelah bekerja nonstop tanpa henti 10 hari terakhir mencoba mengungkap kasus yang benar-benar sulit dan misterius. Matanya memicing saat nama korban terakhir beserta foto ditayangkan di sana.

Pemuda itu tengah merenung sejenak, hingga akhirnya bunyi ponsel mengagetkannya.

"Bro!!! Apa sudah ada petunjuk??
Bagaimana ini, teman kita menghilang tidak ada kabar, sekarang Yifan juga ikut menghilang!!"

"Apa yang sebenarnya telah kalian lakukan! Kenapa sepertinya pelaku mengincar kalian?"

"Aku tidak tahu!"

"Terserah saja, jika tak mau jujur, paling besok namamu yang diberitakan di televisi."

"Wang Yibooo tolong aku!!!"

Wang Yibo tampak menggoda temannya tanpa menghiraukan suara ketakutan dari seberang telepon, lalu langsung mematikan telepon begitu saja.

Wang Yibo, seorang polisi muda berusia 27 tahun yang saat ini tengah menangani kasus rumit yang sudah bertahun-tahun belum terpecahkan.

Sudah sebulan terakhir dia mencari petunjuk skema permainan pelaku. Namun, belum juga titik terang dia dapatkan.

Semua korban adalah lelaki dengan rentang usia 23--30 tahun. Memiliki latar belakang keluarga dan pendidikan berbeda-beda. Sungguh acak membuatnya kesulitan menarik benang merah.

Apa sebenarnya tujuan pelaku, memilih acak korbannya?

Wang Yibo saat ini telah beralih ke meja kerjanya. Di sana dia tengah menempel foto Yifan di papan gabus yang terpasang dengan paku payung, menyandingkan dengan korban hilang lainnya. Tiga di antaranya adalah temannya.

Tiga orang sudah menghilangkan dari beberapa bulan yang lalu, dan kasus Wu Yifan menjadi yang terhangat.

Yibo menundukkan kepala, menarik laci di sisi bawah meja dan mengeluarkan sebuah pigura dengan foto yang telah menguning. Hal ini selalu dilakukan disaat dia merasa tertekan. Ditatapnya foto itu lekat-lekat dengan hati yang begitu pedih.

Kau ada di mana saat ini, jika memang kau tak ada lagi di dunia ini, tolong biarkan aku melihat jasadmu dan memelukmu untuk terakhir kalinya.

Bulir air mata jatuh membasahi gambar seorang remaja manis dengan kedua gigi kelinci yang tampak imut.

Wang Yibo yang saat ini terlihat begitu dingin dan sadis, nyatanya dia pernah menjadi seorang yang hangat juga riang. Senyuman tak pernah lepas dari bibirnya, bersama Xiao Zhan, lelaki manis bergigi kelinci dia habiskan masa remajanya dengan penuh kebahagiaan. Namun, itu sebelum peristiwa naas terjadi.

Bukit Yilling 10 tahun silam.

"Bagaimana bisa!! kalian yang tadi bersamanya kan!!" Yibo tampak murka kepada Chao, lelaki yang saat ini tengah memberitahukannya tentang menghilangnya Xiao Zhan.

Wang Yibo yang berbeda kelas dengan Zhan merasa marah kepada teman-teman sekelas Zhan, begitu banyak orang, tetapi tak ada yang bisa menyadari jika Zhan tak ada.

"Yibo!! Jangan gegabah, ini sudah mau senja!! Kita laporkan masalah ini kepada guru."

"Aku tidak bisa menunggu!! Aku tidak bisa meninggalkan Zhan di hutan sendirian."

"Baiklah, aku ikut denganmu jika begitu." Yifan dan juga dua orang yang tadi melapor itu ikut melakukan pencarian bersama.

Matahari semakin tenggelam menampakkan cahaya orange menyilaukan mata. Keempat orang itu tetap melakukan pencarian dan semakin dalam ke hutan.

"Aku akan mencari ke pinggir tebing itu." Tunjuk Yibo sembari berjalan ke arah sana.

"Ah, tidak perlu!! Aku tadi sudah mencarinya di sana! Tidak ada," cegah Wen Chao.

"Tetapi kita harus mengeceknya sekali lagi."

"Baiklah jika begitu aku yang akan mengecek, lebih baik kau periksa di sebelah sana." Tunjuk Yifan ke arah berlawanan di mana Yibo ingin tuju.

Yibo langsung membalikkan tubuhnya menuju arah yang tadi ditunjuk tanpa curiga.

Perlahan Yifan menyusuri pinggir tebing, langkahnya begitu santai seolah tak ada rasa khawatir dengan nasib temannya yang hilang.

Sekilas matanya tengah mencari-cari, lalu tak lama dia menundukkan tubuhnya, mengambil gantungan tas berbentuk kelinci kotor bernoda dari semak-semak, lalu berjalan ke pinggir tebing. Berdiri dengan tangan terentang ke depan jurang.

"Selamat tinggal Baby Bunny." Gantungan itu dia lepaskan, jatuh gemerincing di samping tubuh rusak tak bergerak yang berada di dasar jurang.

Bersambung ....

A/n: Baru sadar ada puluhan cerita di draf, rasanya sayang jika hanya dibiarkan berdebu di sana. Jika kalian suka, bisa beritahu aku, ya. Aku akan segera up. Karena memang sebnernya udah tamat semua.

Sayangilah author ini, maka kalian akan mendapatkan banyak asupan. 🤣🤣🤣

Love u, my readers yang paling anteng dan kalem-kalem.

MeduZhan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang