Lampu temaram tampak mengiringi langkah dua orang sejoli yang tengah mencari tempat untuk bercinta.
Sang dominan tampak tak sabar, dia sudah berkali-kali menyentuh bagian-bagian tubuh pemuda yang tampak begitu menggoda, membuatnya tidak fokus ke arah tujuan, Yibo tidak menyadari jika saat ini tengah berjalan semakin menjauh dari jalan raya memasuki kedalaman hutan yang gelap.
"Apa kita akan melakukan di sini?"
"Sabarlah, sedikit lagi."
"Baiklah."
Wang Yibo seperti sapi yang dicucuk hidungnya, mengikuti ke mana pun pemuda cantik itu berjalan, sesekali tangan nakalnya tak dapat dia kendalikan, menyentuh bokong kenyal yang bergerak saat berjalan dengan sengaja.
Wang Yibo sempat berhenti sejenak, dia mulai berpikir, sedang apa dia di sini. Hingga aroma bunga menguar dari tubuh pemuda di hadapannya membuatnya kembali berjalan mengikuti.
Sebuah kuil tua yang dahulu pernah dia datangi menjadi tujuannya sekarang. Wang Yibo memasuki kuil itu mengikuti setiap langkah orang di depannya hingga tiba-tiba dia merasakan kegelapan yang lebih pekat.
Sebuah tangga batu mereka susuri hingga akhirnya cahaya dari obor di sepanjang lorong yang dia dapat kenali sebagai gua itu menyala.
Wang Yibo tampak takjub, lorong itu menuju sebuah aula yang begitu besar dengan ratusan patung batu berdiri berjajar rapi.
Aura mencekam tiba-tiba dapat Yibo rasakan saat kobaran api kebat-kebit memberi cahaya kepada beberapa patung batu dengan ekspresi wajah yang tampak ketakutan.
Akhirnya mereka sampai di tengah-tengah aula batu. Sebuah patung seorang dewi tanpa kepala menjadi pemandangan yang menarik atensinya, berdiri kokoh sebagai poros di aula batu itu. Tiba-tiba Yibo mengingat kuil di atas sana yang tidak memiliki patung untuk di sembah, apa ini patung dewi yang hilang itu?
Di sebelahnya, di atas sebuah altar tempat menaruh benda-benda asing sebagai sesajen, sebuah gundukan yang di tutupi kain hitam dengan sulam emas membuatnya penasaran.
Wang Yibo mendekati altar, kain penutup itu begitu membuatnya tertarik, tetapi pemuda manis itu tengah menunggunya dengan pose menggoda di atas batu ceper yang sepertinya dipakai sebagai tempat untuk memadu kasih. Pada akhirnya Yibo memilih untuk menghampiri pemuda manis itu dari pada menuntaskan rasa penasarannya.
Wang Yibo menyusuri anak tangga yang tak terlalu tinggi menuju peraduan di mana pemuda manis ini tengah menunggunya, tanpa membuang-buang waktu, setelah berada di depannya, Yibo langsung menarik pemuda itu ke dalam rengkuhannya lalu menciumnya dengan nafsu dan tergesa-gesa.
Helaian demi helaian baju telah jatuh ke lantai, bersamaan dengan adegan panas yang telah mereka lakukan. Kain lembut sebagai alas batu itu tampak berantakan, sepertinya mereka tengah memulai ritual untuk penyatuan. Tubuh itu mulai saling menjalin, dan melilit, serta ciuman panas membuat mereka hilang akal hingga tak menyadari jika ratusan patung batu itu tengah bergetar hebat.
Bersamaan dengan lapisan terakhir pakaian pemuda itu yang masih menggantung di tubuh mulus terlepas, kain penutup hitam di atas altar ikut jatuh, menampakan sebuah kepala patung batu seorang wanita dengan rambut ular yang mengerikan. Mata itu masih tertutup, tetapi aura hitam tampak menguar membuat ratusan patung batu kembali bergetar semakin kuat.
Saat ini mereka sama-sama tak lagi menggunakan pakaian, siap untuk melanjutkan ritual penyatuan. Namun, tiba-tiba Wang Yibo menghentikannya.
"Xiao Zhan, kau kah itu?" tanyanya lembut saat kesadarannya benar-benar telah kembali.
Kedua mata itu saling menatap. Ada kabut hitam di mata orang yang saat ini berada di bawah tubuh Yibo, ada kesedihan, kesakitan, juga amarah yang menggebu-gebu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MeduZhan (End)
FanfictionSebuah kisah pilu tantang rasa cinta yang harus terpendam di relung hati, terkubur dalam gelap dan menyakitkan. Sebuah kemarahan yang membakar sukma, dendam yang harus segera terselesaikan, jiwa yang hancur dan terkubur bersama cinta sejati. Seribu...