"Kita cari tempat istirahat! Besok kita lanjutkan kembali."
Team Yibo sampai di pinggir hutan tepat saat siar mentari tak lagi menerangi, mereka menuju tempat penginapan yang tak jauh dari sana dan sebagian mendirikan tenda sebagai penjagaan di dekat pintu masuk hutan.
Wang Yibo segera masuk ke penginapan lalu melepaskan penat dengan berendam air hangat.
Butiran air jatuh mengalir ke dada bidang. Hatinya terasa sakit membayangkan apa yang sebenarnya terjadi saat itu, apa yang telah Zhan-nya alami?
Berkali-kali temannya mengingatkan dirinya jika Zhan telah tiada, dia harus terima, tetapi ada bagian di dalam relung hati terdalam yang masih begitu percaya jika Zhannya masih berada di dunia ini. Maka, ini adalah satu-satunya yang dia bisa lakukan, membuang jauh-jauh keinginannya menjadi seorang pembalap, memilih menjadi seorang polisi agar bisa menemukan dan lebih dekat dengannya.
Keesokan pagi pencarian diteruskan. Team mulai menyusuri jalan menuju hutan, tetapi alangkah kagetnya mereka saat mendapati TKP terakhir telah berubah.
Jejak kaki kemarin mereka lihat yang tertinggal sebagai salah satu bukti penting, tampak terhapus dengan sengaja.
Yibo sempat berpikir, sepertinya tersangka sudah mengetahui jika dirinya tengah diburu, maka dia datang malam-malam menembus hutan melalui jalur lain untuk menghilangkan semua bukti.
Akan tetapi, ada pemikiran lain di hatinya, siapa orang yang berani datang ke hutan malam-malam? Jika siang hari saja kemungkinan besar kau akan tersesat, bagaimana dengan malam hari dan tanpa penerangan---jika menyalakan lampu dsb, pasti tim Yibo akan mengetahui itu.
Anak buahnya sengaja dia tempatkan di depan pos penjagaan pintu masuk. Mereka melaporkan tidak ada satu orang pun yang datang katanya.
Setelah melakukan pencarian, tak juga dia menemukan titik terang. Yibo mulai frustasi, dia tampak berpikir keras, sebelum akhirnya dia menerima perintah untuk meninggalkan tempat itu dari atasannya.
Saat itu sore hari, langit senja berwarna jingga, Yibo tengah bersiap untuk kembali ke markas.
Seluruh tim sudah berkumpul siap untuk berangkat. Namun, Yibo baru teringat sesuatu.
"Tunggu sebentar! Sepertinya aku meninggalkan sesuatu!" tanpa menunggu Yibo segera berlari menuju penginapan sederhana yang hanya berjarak beberapa meter dari pintu masuk hutan itu. Setelah mengambil barang yang dimaksud. Dia segera keluar, namun dia dikejutkan dengan apa yang dia lihat saat ini.
Seorang pemuda manis bertubuh ramping membelakanginya, dia tengah berjalan santai, melangkah ringan dengan kaki setengah berjinjit memasuki hutan.
Wang Yibo langsung berlari tanpa berpikir, mengikuti lelaki tersebut hingga akhirnya kakek penjaga hutan menghentikannya.
"Anak muda! Apa yang kau lakukan!"
"Kek! Kau lihat orang itu?"
"Siapa?"
"Dia ...." Wang Yibo tak dapat meneruskan ucapannya. Orang yang dimaksud sudah menghilang dari pandangan matanya.
Kakek itu tampak mengerutkan dahinya yang memang sudah keriput.
"Aku sejak tadi di sini, tak ada satu orang pun yang memasuki hutan," jawabnya tenang.
"Tapi, Kek! Aku tidak mungkin salah mengenali!"
"Kau kembalilah! Istirahat, biarkan semua berjalan sesuai takdirnya. Yang datang tak bisa di tolak, yang pergi tak bisa ditahan."
Wang Yibo menundukkan kepalanya, mencoba tenang. Benar yang kakek katakan, dia sempat gila tadi, berpikir jika lelaki itu adalah Xiao Zhan, itu memang benar-benar sosok dirinya 10 tahun yang lalu. Namun, akal sehatnya kembali bekerja, jika pun dia masih hidup tidak mungkin dia hadir di depannya dengan sosok yang sama dengan 10 tahun yang lalu.
Wang Yibo akhirnya meninggalkan tempat itu dengan hati tak tenang.
Di dalam hutan tampak lelaki manis tengah berjalan menuju kuil. Memasukinya lalu menyentuh tiang pilar tinggi dengan jemari lentiknya.
Tiba-tiba lantai berdebu tepat di depan altar tanpa patung terbuka, menampilkan pintu dengan tangga menuju ke bawah.
Setelah pemuda itu memasukinya, lalu dengan sendirinya lantai yang menjadi pintu masuk itu kembali tertutup seperti sedia kala.
Sebuah obor di tangganya, lalu menyalahkannya lalu menerangi ruangan yang tampak seperti gua itu.
Pemandangan pertama yang menyambutnya adalah sebuah patung batu yang terbuat dari tubuh manusia dengan ekspresi kesakitan.
Pemuda itu tersenyum melihatnya seolah bangga atas mahakaryanya, pemuda itu adalah Xiao Zhan yang saat ini tengah menghitung dengan riang.
" ... 996, 997, 998, 999 ...."
Dia tersenyum dan tak dapat lagi menyembunyikan rasa bahagianya. Setiap hari dia akan melakukan hal itu.
"Satu lagi, semua akan berakhir."
Xiao Zhan berjalan perlahan menuju patung batu yang tampak berbeda dari lainnya, patung ini diukir dengan begitu cantik dengan batu-batu mahal sebagai hiasannya. Namun, ada yang aneh dengan patung itu, di mana patung itu tidak memiliki kepala.
Sebuah altar di depannya dibangun dengan sengaja untuk meletakkan sesuatu yang begitu penting. Sesuatu terlihat sengaja ditutupi dengan kain hitam bersulam emas berisi mantra pengikat.
"Sebentar lagi, semua akan berakhir."
Terdengar suara gemertuk, suara batu berbenturan dengan batu. Tampak sesuatu di dalam kain hitam itu bergetar seolah memahami apa yang Zhan katakan.
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
MeduZhan (End)
Fiksi PenggemarSebuah kisah pilu tantang rasa cinta yang harus terpendam di relung hati, terkubur dalam gelap dan menyakitkan. Sebuah kemarahan yang membakar sukma, dendam yang harus segera terselesaikan, jiwa yang hancur dan terkubur bersama cinta sejati. Seribu...