STILL WITH YOU • Jeon Jungkook Fanfiction New Ver. [ON GOING]

4. Who is she?

Holaa!!!
Selamat malam minggu!

Ketemu lagi sama JungYoona😋

Semoga kalian nggak bosan, ya...

Sebelum baca. Aku harap bersihkan dulu pikiran kalian. Ingat! Ini hanya untuk yang sudah 18+

Kalo di bawah 18 belum boleh ya. Wkwk

Happy Reading!!

****

***

"Aku minta maaf."

Suara soprano yang kudengar tampak sendu meski kedengarannya begitu berat itu berhasil mengambil alih atensiku. Aku yakin Jungkook tengah melawan rasa gengsinya sekuat hati demi bisa mengucapkan tiga kata itu padaku.

Aku menoleh, menatapnya yang tengah menunduk di bawah dirus cahaya temaram lampu taman. Udara dingin yang terasa begitu menusuk kulit pun ikut menemani rasa canggung di antara kami berdua. Bukan canggung, lebih tepatnya perasaan egois yang membuat kami sama-sama bungkam.

Tidak ada siapa pun di sini kecuali aku dan Jungkook yang duduk di kursi taman sembari menikmati langit yang bahkan tidak memunculkan kemerlap bintang. Sepertinya mendung.

"Apa kau akan terus menunduk seperti itu? Kau bahkan tidak akan tau kalau saja aku meninggalkanmu sendirian di sini."

Ucapanku sukses membuatnya mendongak, mengarahkan sorot matanya ke arahku. Entah perasaanku saja, atau dia memang begitu kacau hari ini?

"Kau tau aku tidak suka kalau kau dekat dengan member lain, kan?" Dia menjeda ucapannya merogoh saku jaketnya untuk menghindari udara dingin malam ini. "Terutama Vi Hyung," imbuhnya tanpa melihat ke arahku, tatapannya lurus ke arah jalanan kosong di seberang sana.

Ini memang taman khusus yang ada di area gedung agensi. Hanya ada staff atau pun orang-orang penting di Bighit yang bisa memasuki area ini.

Aku menganggukkan kepalaku singkat. "Mereka hanya membantuku. Tidak berniat lebih."

"Kau tidak tau apa pun, Yoona. Mereka bisa saja—"

"Kau yang terlalu berlebihan, mereka menganggapku keluarga sama seperti staff yang lain."

Jungkook tampak menghela napasnya panjang. Sepertinya ia tengah menahan emosinya karena aku terus membela member lain.

"Apa kau akan terus keras kepala begini?" Ia meraih bahuku dan menatapku lurus. Sorotnya seolah berkata, apa kau bisa menurut padaku?

Aku mengalihkan pandanganku ke arah lain. "Kau juga egois, Jung." Kemudian menatapnya lagi. "Kenapa harus menghindariku seperti itu? dan lagi hanya karena masalah tato. Kau terlalu kekanakan, Jung."