Jeno si Supir Buggy

430 92 6
                                    


Hari minggu adalah hari yang aku gunakan untuk bersantai. Atau, jalan berdua bersmaa Jeno. Tapi, ada pengganggu untuk hari ini, yaitu Ayahku.

Di hari minggu yang terik dan panas ini, Ayah malah mengajak Jeno untuk menemaninya bermain golf dengan alasan, "calon mantu harus bisa nemenin mertuanya main golf tiap bulan. Dari pada kamu cuman tiduran di rumah mending ikut Ayah juga, Jen."

Dan, di sinilah aku sekarang. Duduk di buggy car memperhatikan dua orang laki-laki yang aku sayangi tengah bertanding bermain golf. Harus aku akui Ayahku memang jago sekali bermain golf, sedangkan Jeno? Oh jangan ditanya, kekasihku itu terlalu payah membidik hingga terus mendarat di pasir atau bola golf yang dipukulnya menuju ke arah pohon besar.

Sejak tadi, aku hanya mengipas-ngipas wajahku. Tidak ada angin atau pun awan. Hanya ada langit biru cerah menghiasi bumi.

"JENNIE! AKU PASTI BISA MEMUKUL BOLA KALI INI!"

Aku dapat mendengar Jeno berteriak. Dia menganyun-ayunkan stick golf milik Ayahku dan mengabaikan tatapan tidak bersahabat yang diberikan oleh calob mertuanya itu. Andai Jeno tahu harga stick golf itu masih seharga tiga bulan gajinya, mungkin dia tidak kan mengayun-ayunkannya seperti tongkat biasa.

"Jangan diayun begitu, Jeno! Mau Ayah enggak restui kamu sama Jennie kalau sampe tongkat Ayah patah?"

Aku dapat melihat Jeno menunduk dan samar-samar mengucapkan maaf. Kalau pun Ayah tidak merestui, masih ada Ibu yang sangat-sangat mendukungku dengan Jeno. Ayah juga lemah dengan Ibu.

Pandangan mataku tidak pernah lepas setiap kali Jeno sudah dalam posisi memukul. Menatao serius dan menganyunkan tongkatnya hingga memukul bola golf dan melambung tinggi. Tentu saja, bola golf itu jatuh di pasir kembali.

Tidak lama, aku melihat seseorang menghampiri Ayahku dan Jeno. Perbincangan mereka tidak begitu lama hingga kekasihku itu berjalan ke arahku, tetapi Ayah pergi mengikuti orang yang menghampirinya.

"Jen."

"Nie!" seruku semangat ketika mendapati Jeno duduk dan menggilku.

Jaket berwarna pastel yang aku design sangatlah cocok dengannya. Aku senang karena kedua orang tuaku dan Jeno selalu mengenakan pakaian yang aku design sendiri.

 Aku senang karena kedua orang tuaku dan Jeno selalu mengenakan pakaian yang aku design sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mau mengelilingi lapangan golf?" ajaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Mau mengelilingi lapangan golf?" ajaknya.

"Enggak nungguin Ayah, Yang?" tanyaku kemudian.

"Tadi ada klien Ayah kamu. Kayaknya mau membicarakan tentang kasus, deh. Aku disuruh ngajak kamu keliling, tapi jam 3 udah harus di restoran buat makan,"

Aku tersenyum senang. Pindah duduk di samping Jeno dan mengalungkan tanganku pada lengan kekasihku ini. "Kamu bisa kan nyetir pake satu tangan?"

Jeno tersenyum. Melepas tanganku yang melingkar di lengannya. "Menyetir sambil menggenggam tanganmu seperti ini aku bisa, Yang."

"Mari kencan di lapangan golf!" seruku senang.

September 13th, 2021

Jeno-nya JennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang