"Jen."
"Nie."
Kataku spontan saat suara yang tidak asing memanggilku. Ya, lebih tepatnya panggilan yang hanya aku dan Jeno lakukan.
Aku melihatnya tengah tersenyum ke arahku. Aku tidak sadar sudah berapa lama Jeno duduk menungguku yang tengah sibuk dengan design gaun yang sedang kukerjakan saat ini.
"Sibuk, ya. Sampai tidak sadar pacar sendiri di sini sudah hampir satu jam."
Mengetahui berapa lamanya Jeno menunggu, aku langsung melihat jam tanganku. Dan benar saja, sudah hampir satu jam lamanya aku berkutat dengan pensil dan kertas, namun sejak tadi hanya ada garis-garis yang tidak kunjung jadi.
"Memangnya design itu lebih penting dari aku, ya, Sayang?"
Oke. Aku tahu sekarang dia sedang dalam mode manja aliaa butuh perhatian dariku. Sepertinya hasil persidangan kali ini tidak berjalan dengan baik.
"Aku lagi butuh kamu, Sayang. Pengacara lawan tadi sangat menyebalkan. Bisa-bisanya dia terus-terusan tidak setuju dengan bukti yang kukumpulkan sendiri."
Aku mendengus. Beginilah Jeno, kalau suasana hatinya kesal. Aku tahu seberapa telitinya Jeno dalam mengerjakan setiap kasus yang ada. Tapi kalau mendapatkan lawan yang keras kepala, sosok kekasihku ini akan kembali dengan sifat yang sesuai umurnya.
"Persidangannya masih berlanjut minggu depan, bukan?
Jeno mengangguk menjawab pertanyaanku.
"Kamu kumpulkan lagi bukti-bukti yang akurat itu. Kamu harus berhasil melawan pengacara itu. Kamu mau melindungi Ibu dan anaknya yang terkena kekerasan itu, bukan?"
Jeno hanya mengangguk kembali mengangguk mendengar pertanyaanku. Aku mulai sebal dengan cara menjawabnya dengan sebuah anggukan kepala. Dia punya mulut kenapa tidak menggunakan mulutnya yang terus merapal semua pasal-pasal di otaknya itu untuk menjawab pertanyaanku.
Aku meniup pelan poniku. Hanya asa satu cara yang bisa membuat suasana hati kekasih berwajah dewasaku ini. Aku meletakan pensil dan menyimpan buku sketsaku. "Tidak ada jadwal lagi, bukan? Kita jalan-jalan sekarang, tapi asal kamu sudah izin dengan Ayahku untuk setengah hari."
Senyum cerah diwajahnya terukir dengan jelas. Seharian ini aku harus terus bersamanya untuk mengembalikan suasana hatinya. Aku tidak merasa keberatan akan sifat yang dimiliki Jeno, karena aku juga sama sepertinya.
"Jangan kebanyakan senyum. Matamu hilang dan aku tidak suka. Itu membuatmu menjadi pusat perhatian, Sayang."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeno-nya Jennie
FanfictionCerita Jennie mengenai Jeno, kekasihnya. Catatan: Jeno POV Design Cover By @bobbayummyy