Panggilan Dari Jeno

2.2K 239 3
                                    

Mungkin kalian bertanya-tanya bagaimana caraku dan Jeno memanggil satu sama lain. Aku dan Jeno hanya memanggil seperti biasa dengan kata "sayang", tapi bedanya adalah saat kami akan bertemu.

Jeno lah yang menciptakan panggilan itu. Saat aku hendak memamggilnya, aku akan meneriakinya dengan "Je" dan dia akan membalasnya dengan teriakan "No". Kalau kalian perhatikan, itu seakan memanggil namanya dan begitu sebaliknya.

"Jen."

"Nie."

Lihat dia memanggilku, dan aku membalasnya. Walaupun menjadi pusat perhatian, tapi aku dan Jeno sama sekali tidak malu. Karena kami saling menyukai cara memanggil kami.

Hari ini aku dan Jeno akan makan malam bersama. Bukan karena ada perayaan besar atau apapun. Hanya saja, kami berdua selalu makan malam berdua setiap minggu.

"Maaf aku telat. Ada klien baru saja datang sore hari. Dan mau tidak mau aku harus melayaninya terlebih dahulu."

Aku tersenyum. "Tidak apa, sayang. Kamu bekerja untuk dirimu sendiri dan keluargamu. Mana mungkin aku melarangnya."

"Sayang."

Aku dapat merasakan tangan besar Jeno menggenggam tanganku dengan hangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku dapat merasakan tangan besar Jeno menggenggam tanganku dengan hangat.

"Kamu lupa, kalau aku bekerja untuk masa depan kita juga? Aku bekerja keras agar Ayahmu yakin kalau aku pantas untukmu."

Aku tersenyum mendengar perkataan Jeno. Aku ingat bagaimana Ayah memberikan tantangan dalam satu tahun ini untuk Jeno. Dia harus bisa memenangkan 50 kasus dalam satu tahun, bila ingin menikahiku.

Umurku yang tidak muda lagi ini membuat Ayahku cemas. Dia memang senang aku dan Jeno menjalin hubungan, tapi Ayahku juga wanti-wanti dengan umurku. Sebagai seorang anak aku tahu bagaimana perasaannya, tapi aku juya percaya dengan Jeno. Dia bekerja keras demi itu.

Aku ingat, saat itu dia langsung berkata kepadaku, "Satu tahun lagi, walaupun aku belum memiliki rumah sebesar rumahmu. Tapi aku akan menghadapi Ayahmu dengan 50 kasus yang akan kumenangkan."

Dengan kata-katanya itu, membuatku yakin kalau Jeno sangar serius denganku. Matanya saat itu tidak ada kebohongan sedikitpun dan itu terbukti sampai sekarang.

"Ayahmu mengajakku makan malam lusa. Hanya aku, dia dan orangtuaku."

Jeno-nya JennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang