"Aduh!" keluh Clara sambil mengusap keningnya yang terkena lemparan spidol. Clara memperhatikan sekitar, dan mendapati Azhari tersenyum ketakutan. "Lo bisa diem gak sih?!" seru Clara dengan nada galaknya sambil menjewer telinga Azhari.
"Sorry, Ra. Tadi gue niatnya ke Nova, bukan ke lo," ucap Azhari sambil memegang telinganya yang masih dijewer Clara. "Lepasin dong ra, sakit!" keluhnya lagi memohon pada Clara, akhirnya Clara melepaskan Azhari karena iba.
"Makanya, lo diem deh, gak bisa diem banget sih!" ketus Clara sambil duduk di sebelah Linka yang sedang membaca buku.
"Kenapa sih?" Linka bertanya karena menyadari sahabatnya berwajah masam. Clara tak menjawab, hanya memanyunkan bibirnya yang berwarna pink karena memakai lipstick, Linka lalu mengalihkan pandangannya pada Azhari yang berdiri di sebelah Clara, Linka menaikan sebelah alisnya seolah minta penjelasan.
"Jadi gini," ucap Azhari sambil duduk di kursi depan meja Linka, ia menatap Clara sebentar tetapi diabaikan, Azhari terkekeh, "Clara ngambek tuh! Tadi gak sengaja gue lempar spidol ke mukanya, padahal gue gak sengaja, Lin. Sumpah!" Jelas Azhari sambil menaikan dua jarinya berbentuk peace.
"Terus?" tanya Linka lagi, Clara masih saja bergeming tak peduli penjelasan Azhari.
"Gue niatnya lempar ke Nova, kita emang lagi becanda," jelas Azhari lagi.
Tiba-tiba Nova datang bergabung, "ada apa nih, nyebut nama gue? Lagi ngomongin gue ya?" ucapnya.
Linka mendelikkan matanya malas, kenapa sahabatnya ini tak ada yang benar satu pun.
"Linka, Clara cemberut mulu tuh, kenapa? Sariawan bibirnya?" tanya Nova lagi, Azhari yang mendengar pertanyaan Nova menahan tawa.
"Dia ngambek sama Azhari, niatnya mau ngelempar spidol sama lo, eh malah kena Clara," jawab Linka.
Nova mengangguk paham, "yaelah Ra, kena spidol doang masa ngambek? Sesakit apa sih? Gak bikin tulang tengkorak lo pecah kan?"
Clara yang mendengarnya semakin merasa jengkel, "bisa gak lo diem?"
"Gak bisa, gue gak mau sahabat gue marahan cuma karena hal kecil," jawab Nova. Meskipun menyebalkan, Nova adalah sahabat yang paling dewasa dan bisa jadi penengah di antara mereka berempat.
"Udah lah Ra, maafin aja Azhari, ya?" pinta Linka, Clara membuang nafas gusar lalu mengangguk pelan.
"Oke, gue maafin lo", ucap Clara pada Azhari masih dengan wajah jengkel, Azhari tersenyum mendengarnya.
"Tapiiiiii.." belum sempat ucap terima kasih, senyum Azhari perlahan sirna, ia tahu akan ada hal yang Clara minta sebagai syarat dimaafkan dirinya. "Beliin gue es krim," lanjut Clara, benar saja dugaannya. Azhari mengiyakan meskipun malas. Kalau tidak, ia tak akan bisa akur lagi dengan Clara sampai tahun depan.
Tak lama, guru mereka masuk, hari ini pelajaran Bahasa Inggris yang diajarkan oleh pak Susilo, guru sepuh yang sudah mengajar lama di sekolah ini. Suasana kelas hening dan anak-anak kelas belajar dengan serius.
Linka mencoret-coret kertas kosong dengan pulpen miliknya, ia penasaran kenapa hari ini belum melihat Alka di sekolah? Padahal ini sudah jam pelajaran terakhir dan sebentar lagi bel pulang sekolah berbunyi. Apakah Alka tak masuk hari ini? Tapi kemana? Kenapa ia tak memberitahu Linka? Pertanyaan-pertanyaan itu seolah memenuhi pikiran Linka, sampai pelajaran hari ini pun tak ada yang dapat tempat di otaknya.
Clara melihat Linka yang tak fokus belajar, tak seperti biasanya. Materi yang diajar pak Susilo pun tak Linka perhatikan, hanya coretan tak beraturan yang Clara lihat di buku Linka.
"Sssstt" Clara menyenggol lengan Linka dengan sikunya, Linka pun menyadari dan menoleh, "apa?"
"Lo ngapain sih?" tanya Clara, Linka tak menjawab, hanya menggelengkan kepalanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/280235153-288-k140872.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pukul Lima Petang
Teen FictionAda apa dengan jingga, pukul lima, dan harmonika?