Hati yang hangat itu kini telah membeku menjadi ingatan dingin. Ia tersudut gagah, apik, dan menyendiri. Ia tak tersentuh tapi bisa dipandang. Ia tak dilupakan namun juga tak terlalu diingat. Ia kini bertumbuh menjadi kenangan antik bermahkota emas.
Senyuman elok bak pelangi di tengah gedung sesak emosi itu kini telah luruh. Ia membisu dikalahkan sang waktu. Ia membiru dihadapan cinta yang telah berlalu. Ia seakan-akan tahu bahwa Ia sudah tak layak untuk si putri malu.
Mata yang berbinar layaknya permata di kerang bawah laut itu kini sirna. Ia tak memancarkan kebahagiaan karena ditutup luka. Ia semena-mena menutup perasaan dari semua suka. Ia menjelma sebagai peri buta di tengah luasnya sabana.
Segala hal tentang indah dan baiknya sudah hilang ditelan angan. Ia tak akan bangkit hanya untuk kenangan. Apa yang sudah berlalu kini hanya akan menjadi ingatan. Yang akhirnya menggumpal, bak hujan tertahan awan.
Ia, perasaan.
-
2021.09.14
Di bawah atap langit hitam yang berakhir dengan hujan malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
POETICA : A Poem
PoesiaIni tentang aku dan kamu. Mungkin juga tentang dia dan mereka. Atau bisa jadi perihal semua cerita yang terjadi di semesta. Semoga beberapa bait ini bisa menemanimu melewati malam, maupun pagi di rumah atau di tepi jalan. Everytime and everywhere. ...