Malam Nimbosa 1

7 0 0
                                    

"Itu hanya nama lainku." "Nama lainmu?" Seorang perempuan bertanya atas pernyataan laki-laki yang ada dihadapannya. Perempuan itu mengambil langkah mundur begitu juga dengan dua laki-laki yang ada dihadapannya. "Wahai Yang Maha Kuasa . Malam Ini Adalah malam yang gelap .Mohon perjelaslah semua yang ada". Setelah mengatakan kalimat tersebut lalu mereka menghilang.

"Faith bangun, bangun!" suara itu terus terdengar setelah mereka pergi. "Hanya mimpi?" Faith terbangun dengan wajahnya yang penuh dengan keringat. Ayah Faith tersenyum dan menyuruh Faith agar segera mandi. "Ada apa Zilqa?" Faith yang sudah terlihat segar itu mendekati adiknya. "Harvey memberikanku tas kecil ini tapi aku benci polanya" "ini jajar genjang, kamu benci jajargenjang?" percakapan keduanya terputus saat ayah mereka memanggil mereka untuk makan siang.

"Ada apa Faith?, sudah satu jam kau duduk disini?" Tiba-tiba ayahnya sudah duduk disebelahnya. Faith hanya menggeleng. Beberapa hari terakhir ini Faith sering pergi ke lantai teratas yang tak beratap. Sangat memungkinkan untuk melihat luasnya langit. "Setiap sore kau kesini. Ayah memperhatikanmu, akhir-akhir ini kau terlihat berbeda" ayahnya bertanya. Lagi-lagi Faith menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. "Ayah tahu kau Faith, kau sangat susah untuk ditebak. Ingat Faith selagi ayah masih disini kau bisa berdiskusi dengan ayah" ayah Faith melangkah pergi dan turun lantai bawah. Faith mengambil nafas dalam-dalam dan membuangnya.

"Ini tanggal 15!" Faith teringat akan sesuatu. Terlihat jarum jam berada tepat di angka 8 yang terpampang jelas dari balik kaca jam tangan miliknya. Tanpa basa-basi ia langsung mengambil mantelnya dan pamit pergi. Beruntung ayahnya mengizinkan Faith pergi tanpa bertanya banyak hal. Derap langkahnya berbunyi mengisi kesunyian di jalan yang gelap itu. Jarang sekali kendaraan yang berlalu lalang malam-malam begini. Lampu remang-remang adalah satu-satunya penerang jalannya. Angin yang kencang itu seakan berhembus bersama es yang akan menusuk siapa saja sampai ke tulang-tulang hingga mati rasa. Beberapa pejalan kaki terlihat diseberang jalan dengan jaket tebal mereka. Tinggal beberapa blok lagi.

"Faith, ada apa malam-malam begini kesini, ada perihal penting?" Adam mulai menatap kawannya itu. "Bisakah kau mengantarkanku ke rumah Nicole?." Entah mengapa baru kali ini Adam melihat Faith seserius ini. Adam mengangguk dan langsung pergi meninggalkan rumahnya. Jalan besar, gang-gang kecil, taman dan akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Cuaca di malam itu makin memburuk dan langit dipenuhi oleh awan hitam yang tebal. Adam pulang ke rumahnya dan meninggalkan Faith didepan sebuah rumah besar yang kurang terawat. Sebelum ia membuka pintu gerbang ia dikejutkan dengan tangan yang menepuk pundaknya dari belakang. Secara refleks Faith menoleh kebelakang. Ia melihat seorang anak remaja putri yang sedang membawa gunting rumput yang sangat besar.

Mata cokelatnya menyorot wujud Faith yang ada dihadapannya. "Siapa kau?, mau apa kemari?" Remaja itu berbicara dengan sangat cepat. Faith masih ragu untuk menjawab pertanyaan orang asing itu. Namun setelah pandangan Faith beralih ke arah gunting besar yang remaja itu genggam ia pun langsung menjawab. "Aku Faith, aku ingin bertemu Nicole" terlihat mata remaja itu membesar dan melotot. Remaja itu bergumam kecil sambil membenarkan rambut merahnya yang acak-acakan karena angin yang berhembus kencang. Ia termenung sejenak. Remaja itu mengangguk dan mengajak Faith untuk masuk kedalam halaman rumah besarnya. "Tunggu disini!" Ia memberhentikan langkah Faith didepan terasnya yang terlihat angker.

Tidak lama kemudian muncul seseorang dari halaman belakang rumah tersebut. Ia berjalan menuju ke arah teras. Faith mulai mengumpulkan keberaniannya. Orang yang berpakaian hitam itu terus mendekat. Faith menutup matanya. "Hei!" Suara itu terdengar familiar di telinga Faith. Faith menghela nafasnya lega ternyata orang itu adalah Nicole sepepupunya. "Ternyata kamu datang juga?" Wajahnya yang agak pucat ditekuk hingga terlihat lipatan kecil diwajahnya. "Ayo ikut aku!." Nicole membawa Faith masuk ke dalam rumahnya. Faith jadi teringat akan rumah Count Dracula saat melihat isi rumah sepupunya itu. "Apa?, kau menghinaku rumahku seperti ini?" Tanpa Faith sadari sedari tadi Nicole memperhatikan gerak-gerik Faith. Faith menggeleng keras kepalanya.

"Kita sudah sampai." Nicole membuka pintu sebuah kamar. "Ibu ada yang ingin bertemu" suara Nicole tiba-tiba berubah menjadi sangat lembut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The ObscurityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang