Sesuatu Yang Tertinggal

201 4 0
                                    

Dengan tatapan tajam Nicole yang masih melekat ke arahnya, Faith masih tetap diam dan menunggu Nicole untuk bicara. "Demi bumi yang sedang berputar!, aku tidak tahu apakah aku harus senang atau marah bisa bertemu denganmu" ucap Nicole yang masih berkacak pinggang. "Dengar!, kau harus datang menemuiku besok sore jam 4 dihalaman sekolahku" perintah Nicole. "Nicki, apa ada yang salah?" Tanya Faith dengan memperlihatkan kebingungannya kepada Nicole. "Kau akan tahu besok, datanglah!" Balas Nicole melemah dan kembali masuk kedalam rumah Adam.

"Ada apa?" Suara Adam membuat Faith tersadar dari lamunannya. "Tidak, aku hanya sedang ingin bertanya kepadamu" jawab Faith sambil mengambil sendoknya yang terjatuh". Adam membantu mengambil garpu Faith yang terjatuh. "Kau bebas bertanya Faith, Tanyakanlah!" Seru Adam. "Bisakah kau mengantarkanku ke sekolah Jeanne?" Tanya Faith ragu-ragu. "Tentu!, memang ada apa?" Bisik Adam pelan. "Berkunjung saja tidak masalahkan?" jawab Faith. Adam menganggukan kepalanya dan segera menghabiskan bubur yang ada di depannya. "Bel akan berbunyi, kujamin kau akan kelaparan jika tidak menyentuh makanan itu" kata Adam. "Aku sudah kenyang" Faith menolak.

Adam menghampiri Faith yang sudah menunggunya di gerbang sekolahnya. Mereka pun berangkat menuju tempat yang dituju mereka berdua. Daun berguguran. Angin dingin berhembus kuat. Sekolah itu sangatlah besar dan dekat dengan hutan dan taman. "Aku tahu ini musim gugur, tapi tidak sedingin ini yang kurasakan disekolah kita" celoteh Adam. "Itu dia Jeanne!" Sahut Adam sambil menunjuk ke arah anak kecil yang membawa tas ransel berwarna putih. "Euhh, Adam, mengapa Jeanne sendirian kulihat anak-anak yang lain pulang bersama teman-temannya" tanya Faith tidak percaya. "Dia sudah biasa seperti itu, Jeanne memang selalu dijauhi warga sekolah disini, kasihan memang" jelasnya. "Kak Adam, haruskah aku menunggu Kak Nicole?" tanya Jeanne dengan suara yang sangat pelan dan hampir tidak terdengar. "Haruskah kita menunggunya?, baiklah kurasa kita akan menunggunya" jawab Adam halus. Seperti biasanya, Faith hanya diam membisu.

Tiba-tiba Jeanne menarik-narik jaket Adam sambil menunjuk kearah pintu keluar sekolahnya. "Itu dia Nicole" ucap Adam sambil menghampiri orang yang ia maksudkan. Seorang anak perempuan yang memakai pakaian serba oren muncul dan melangkah cepat keluar dari gedung tersebut. "Aye!, Nicole, Jeanne mencarimu" teriak Adam. Anak itu menghampiri Adam. "Baiklah Jeanne aku disini, apa kau membawa seseorang kesini Adam?"tanyanya dengan tegasnya sambil menatap tajam Faith yang berdiri dibelakang Adam. "Iya, ini Faith, yang kemarin datang ke rumahku" jawab Adam. "Adam kau dan Jeanne bisa pulang dulu, aku masih punya urusan dengannya" kata Nicole sambil menatap tajam kearah Faith. Adam mengangguk dan izin pulang bersama Jeanne.

"Jadi?" Suara Faith membuka percakapan. "Jadi?, jadi?!, arghhhhhh, kau!!!, kalian keluarga Thrussell memang sialan!" Teriakan Nicole menakuti burung yang hinggap didahan-dahan pohon di sekitar sekolah itu. "Gara-gara kau! hanya karena seorang Faith? Hanya karena kau!, papaku meninggal dengan tragis?!, hanya karena kau!. Karena kau aku pindah ke kota ini dan hidup susah!, aku memang hanyalah anak kecil, tapi aku mengerti apa yang dirasakan ibuku!, dengarlah wahai Faith" "sebentar Nicki aku tak" potong Faith. "Dengarkanlah!" Sela Nicole kembali. "Aku mendapat kutukan dari siapa entah itu siapa dia namun ia mengatas namakan Faith, hah!, iya benar kau!" Teriak Nicole mengeluarkan emosinya yang meledak-ledak. Faith tak bisa membuka mulutnya sama sekali. Ia masih bingung dan Shocked.

"Kau lihat daun-daun layu yang masih menggantung di dahan pohon itu?" Ucap Nicole sambil menunjuk sebuah pohon yang besar. "Itulah aku, aku sudah layu namun aku masih diatas tergantung dan diejek angin kesana kemari, aku ingin jatuh tetapi takdir menahanku" ucapnya sedih. "Aku tidak tahu, saat ini aku sangatlah muak melihat wujudmu disini, sekedar engkau tahu apa yang keluarga rasakan itulah Sebabku memanggilmu kesini wahai Faith!" Teriaknya penuh kemarahan yang sedari tadi membakar jiwanya yang panas.

"Maafkan aku Nicki, maafkan aku, maafkan aku karena aku sama sekali tidak tahu akan hal ini, aku sama sekali tidak bisa melihat kesedihanmu saat itu, jika aku diberi kesempatan untuk menemui ibumu dan kakakmu aku akan meminta maaf beribu-ribu maaf kepada kalian, aku rela merasakan pedih, perih dan rasa sakit yang kalian rasakan" sesal Faith sambil berlutut diatas daun-daun yang gugur sambil menetaskan air mata. "Baiklah, datanglah ke rumahku tanggal 15 nanti jam 9 malam, kuharap Orangtuamu mau mengerti, tanyakan alamat rumahku pada Adam" kata Nicole sambil merendahkan nada suaranya dan menghapus air mata yang sudah membasahi pipinya sedari tadi. "Tuhan, apalagi ini?" Ucap Faith,

Faith pulang ke rumahnya dengan dibebani banyak pikiran. Kesedihan dan kekecewaan masih menyelimuti pikirannya. "Aku pulang" teriak Faith membuka pintu rumahnya. "Kak, Ibu tidak mau bangun, ibu terlalu lelap tidurnya Kak" kata adik Faith yang sedang duduk dituang tamu. "Zilqa, kamu ini, mungkin ibu terlalu lelah" jawab Faith kepada adiknya yang polos. Faith hanya menutupi kekhawatirannya sama seperti yang ia mimpi kan tadi malam. Faith melihat setangkai bunga jatuh dari tangan ayahnya dan bunga itu ia kubur. Namun tak lama setelah bertemu dengan Zilqa kemudian Faith melihat ayahnya menangis dan menghampirinya. "Faith, anakku ini memang sudah takdir" katanya sambil menahan air mata. "Ayah?, apa maksud dari semua ini?" Tanya Faith sambil merasakan detakkan jantungnya bergerak sangat cepat dan merasakan keringat dingin mengalir di tubuhnya darahnya memanas dan berdesir. "Ibumu sudah dimakamkan tadi siang Faith" kata ayah Faith sambil menahan suaranya yang terlalu lemah untuk berbicara. "Tidak, tadi pagi aku masih melihat ibu yah!" Bantah Faith tidak percaya. "Kak, kata ayah ibu sudah tidur tenang disana" ucap Zilqa polos sambil memperlihatkan wajahnya yang sedih. "Mengapa sekarang?, kenapa harus sekarang, hati ini sudah robek!, hancurkanlah saja biar mati rasa!" Teriak Faith. Ayah Faith langsung memeluk Faith dengan rasa dukanya, Zilqa pun ikut memeluk kakak tercintanya. Biarkan kehangatan dari cinta keluarga yang dapat memulihkan hatinya yang robek.

The ObscurityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang