"Nan?!!! "
Andra membalikkan tubuhnya. Di depannya, Syila berdiri menatapnya dengan kedua mata yang memerah. Bahkan, album itu diambil kasar oleh wanita itu.
"Nan apa-apaan buka album gue, hah?!! " tanya Syila dengan nada tinggi. Andra mengerutkan keningnya. "Memang kenapa? Tidak boleh, ya? "
"Ya jelas gak boleh, dong!! Ini privasi gue dan Nan gak boleh ikut campur!!! "
Andra hanya diam. Ditatapnya wajah chubby milik istrinya. Kemudian, dia berjalan mendekati Syila. "Saya memiliki hak untuk itu, Nasyila.. "
Syila berjalan mundur. Tapi, Andra tetap melangkahkan kedua kakinya ke arah Syila. "Nan udah lupa sama kesepakatan waktu itu?!! Nan gak boleh ikut campur urusan gue, ingat kan?!! " tanya wanita itu dengan sedikit membentak.
Andra memiringkan kepalanya ke kanan. Menatap wajah sangat istri dengan tenang. "Tapi, itu tidak berlaku bagi saya". Dia tersenyum kepada Syila yang menatapnya dengan penuh amarah.
"Kamu milik saya! Saya memiliki hak untuk ikut campur semua privasi kamu! "
Wanita itu menggeleng kuat. Telunjuknya mengarah ke wajah Andra. Nafasnya menderu. Lalu, tubuhnya terperosot ke bawah. Dia bersandar di samping tempat tidur dengan air matanya mulai mengalir di kedua pipinya. Ditatapnya album yang dia bawa.
Andra menjongkokkan tubuhnya di depan sang istri. Tangannya memegang pipi kiri Syila dengan lembut. Dihapusnya air mata itu dengan kedua jarinya. "Hey, jangan menangis.. "
Wanita itu tetap bungkam. Air matanya semakin mengalir dengan deras. Suara isakan mulai terdengar di bibir wanita itu. "Hiks, gue kangen sama dia.. hiks.. hiks". Dengan pelan, Andra mendekap tubuh sang istri. Dikecupnya kening itu dengan lembut.
"D-dia, hiks.. pergi ning-galin gue.. hiks"
Andra terus mengecup kening istrinya. Tangannya mengelus kepala wanita itu. "Tenangin diri kamu dulu, baru cerita" ucap Andra dengan lembut sambil menghapus jejak air mata Syila.
Wanita itu mengangguk. Lalu, menarik nafas dengan dalam. Kemudian, dia mendongak menatap manik mata hitam Andra. "Utarakanlah semua perasaanmu. Anggap saya sebagai teman curhatmu, atau kakakmu untuk saat ini.. bisa? ". Syila mengangguk. Lalu, bersandar di dada bidang Andra.
Tangannya membuka album itu. Lalu, mengenggam sebuah foto sepasang remaja SMA. Ibu jarinya mengusap lembut foto remaja laki-laki itu dengan sendu. "Dia Raihan, sahabat gue dari SD. Kami selalu kemana-mana bareng-bareng, sampai rasa itu hadir waktu gue masuk kelas 10.."
"Dia cinta pertama gue. Bahkan, gue pernah nembak dia, tapi dia nolak dengan alasan dia gak mau persahabatan kami rusak gara-gara itu.. awalnya gue marah, tapi perlahan gue terima jawabannya. Tapi, satu minggu sebelum hari kelulusan, dia masuk rumah sakit dan dokter bilang, dia mengidap kanker otak stadium akhir.. "
Tes.
Tes.
Air mata itu kembali keluar. Dengan cepat, Syila menghapusnya. "Ada dua kenyataan yang buat gue tersiksa, pertama karena penyakit yang dia sembunyiin.. dan kedua, tentang perasaannya. Dia juga cinta sama gue.. "
"Gue hancur, gue rapuh, disaat yang sama, dia telah pergi dari dunia ini. Gue sendiri, gak ada lagi dia yang selalu buat gue tertawa lepas.. gak ada lagi dia yang selalu buat gue tersenyum ceria.. " lanjut wanita itu dengan nada lirih. Andra tetap diam mendengarkan sambil sesekali mengusap lembut pucuk kepala Syila.
Kedua matanya menatap lurus ke depan. Dia mendongak berusaha menghalau air mata yang akan keluar. Apakah ini yang namanya patah hati? Kenapa sesakit ini?
Dia lebih memilih terkena timah panas di medan tempur daripada harus merasakan rasa ini. Karena dalam dunia kemiliteran, mereka diajarkan untuk kuat dan tangguh ketika di medan laga, tapi tidak dengan cinta. Kebanyakan dari pasukan loreng, sulit mengendalikan perasaan itu. Termasuk Andra.
"Nan?! "
Andra kembali menatap netra mata hitam dari wanita dalam dekapannya. Dahinya mengerut. "Gue mau tanya, tapi sorry kalau pertanyaan gue ini, buat Nan tersinggung.. ". Andra mengangguk sambil mengusap lembut puncak kepala sang istri.
"Sorry, gue bukan bermakud ge-er.. apa Nan cinta sama gue? "
Dengan tenang, Andra mengangguk. Jari-jemari nya mengelus pipi chubby Syila dengan lembut. "Sejak kapan? " tanya wanita itu dengan lirih. Kedua matanya menatap sendu Andra.
Andra mengulas senyum. "Waktu saya lolos sebagai anggota terbaik di seleksi Akmil, Arif mengajak saya untuk makan malam bersama di rumah ini.. saya ketemu kamu waktu kamu turun dari tangga dan langsung pergi. Bunda kamu sampai bilang sama saya untuk memaklumi sifat kamu.. saat itu, saya mulai tertarik dengan kamu dan saya berharap, pertemuan kedua dapat terjadi lagi diantara kita.. "
"Dan Alhamdulillah, Allah Maha Baik. Dia bukan hanya mempertemukan, tapi juga menyatukan saya dengan orang yang saya cinta.. " lanjut Andra sambil terus tersenyum kepada sang istri.
"Tapi, gue gak cinta sama Nan!!! " jawab Syila dengan sorot mata tajamnya. Andra tetap menampilkan senyumnya. Tangannya menarik kepala sang istri ke depan dan mulai menyatukan hidung mereka. Hembusan nafas begitu dia rasakan. Andra memejamkan matanya.
"Saya tahu itu, tapi setidaknya izinkan saya untuk berusaha berjuang. Jika saya gagal, mari kita bercerai.. "
Empers Of Heart
Andra membuka matanya. Dia tersenyum menatap wanita yang masih terlelap di depannya. Waktu masih menujukan pukul 02.30. Kedua matanya kembali menatap wajah sang istri. Tangannya membelai lembut wajah itu. "Dek, bangun! Sholat Tahajjud bareng, yuk?! "
Justru, Syila pindah posisi menyamping. Tangannya melambai-lambai ke arah Andra. "Gue masih ngantuk, Nan.. " jawab wanita itu dengan mata yang masih terpejam.
"Bangun sekarang atau saya gendong sampai kamar mandi?! ". Seketika, wanita itu berdiri dan berjalan cepat menuju kamar mandi. Andra menggeleng seraya tersenyum tipis.
Dia berdiri dan mulai mempersiapkan alat sholat. Setelah itu, dia berbalik dan mendapati sang istri yang telah berdiri di depannya dengan mata yang sedikit terpejam. Dengan cepat, dia mengecup singkat pipi kiri Syila sebelum dia memasuki kamar mandi. "Nan!! "
Andra tertawa pelan ketika mendengar suara itu. "Itu baru satu, yang satunya nanti dilanjut lagi! "
"Nan!!! "
Empers Of Heart
Andra membalikkan badannya. Tangannya dia sodorkan di depan Syila. Wanita itu mencium punggung tangannya dengan pelan. Andra mengusap puncak kepala Syila yang tertutup mukena. Dikecupnya dahi itu dengan lembut.
Syila mendongak menatap manik mata hitam Andra. Andra justru memberikan senyum. Jari-jemari nya mengelus lembut kedua pipi sang istri.
"Maaf, atas kelancangan saya kemarin malam.. "
Wanita itu mengangguk. "Gue yang seharusnya minta maaf.. ". Andra tersenyum. Lalu, mengecup pipi kanan istrinya.
"Mulai sekarang, jika kamu ada masalah, ceritalah sama saya.. janji? " tanya Andra sambil mendekatkan jari kelingkingnya di depan Syila. Syila menatap jari itu. Kemudian, tersenyum tipis. Dia menyatukan kelingkingnya dengan jari kelingking milik Andra. "Janji"
Andra mengusap kepala Syila. "Besok pagi kita pindah ke asrama saya! Tidak papa kan? ". Syila mengangguk.
"Gue ngikut.. "
Empers Of Heart

KAMU SEDANG MEMBACA
Asmaraloka Sang Letnan [END]
Teen FictionJUDUL SEBELUMNYA : EMPERS OF HEARTH ⚠CERITA INI HANYA BERSIFAT FIKSI⚠ SPIRITUAL - ROMANCE "Allah akan menjadi saksi perjuanganku meraih hatimu" ______________________ "Kenapa Nan milih gue? " "Karena cinta tidak butuh alasan, bukan? " "Tapi, gue gak...