Andra mengulum senyum. Kepalanya bersandar di ambang pintu. Netra matanya menatap Syila yang tengah membereskan barang-barang yang akan dia bawa.
Besok, dia akan pergi. Dia pasti akan selalu merindukan wanita itu, omelannya, sikapnya, tawanya, senyumnya, ah membuatnya candu. Semoga saja, misi ini dapat selesai dengan lancar dan dia bisa kembali dengan selamat.
Kedua kakinya melangkah mendekati Syila. Dengan pelan, tangannya memeluk erat pinggang sang istri. Kepalanya bersandar di atas bahu kecil itu. "Saya akan selalu merindukanmu.. ". Bibirnya mengecup lembut leher putih itu.
Syila mengusap rambutnya dengan lembut tanpa menoleh ke belakang. "Nan aja kangen, apalagi aku.. bangeett"
Dia terkekeh pelan. Bibirnya mengecup pipi kanan Syila. Kemudian, dia kembali memeluk tubuh mungil itu dengan erat. "Dek, mulai sekarang, adek panggil saya 'mas' bisa? "
"Lho, emang kenapa? Nama panggilan aku jelek ya? Atau terlalu norak? "
Andra menggeleng pelan. Kepalanya bersembunyi di ceruk leher Syila. "Bukan begitu.. saya tidak mau jika panggilan itu membuat musuh mengetahui identitas saya, atau misi ini akan benar-benar gagal total"
"I-iya m-mas.. "
Dengan gemas, dia membalikkan tubuh Syila dan mencubit pelan kedua pipi chubby itu. "Gemes deh istri mas ini! "
"Saya bakal selalu kangen sama kamu, dek" ucapnya sambil memeluk Syila dari depan. Kedua matanya terpejam. Dia merasa sebuah tangan mengusap surai hitamnya.
"Aku juga.. tapi ya, mau gimana lagi? Itu udah tugas Nan dan mau tidak mau, aku harus nerima kan? Aku cuma pesen satu sama Nan, kembalilah dengan selamat.. "
"Saya kan sudah bilang untuk panggil saya 'mas' kan? "
Wanita memajukan kedua bibirnya. "Habisnya aku belum terbiasa.. emmm aku panggil Nan cuma sampe Nan udah pergi nugas gak papa kan? Nanti aku coba deh biasain nama itu"
Andra tersenyum simpul. Tangannya mengusap pucuk kepala sang istri. "Iya, apasih yang tidak untuk istri saya yang cantik ini.. " jawabnya sambil mencubit kedua pipi Syila.
"Lebay!! "
Dia tertawa keras mendengar jawaban dari Syila. "Selama saya tidak ada, Letda Nindi saya minta untuk jaga kamu, awas saja kalau macam-macam! Waktu saya sudah pulang, kamu saya kunci di kamar! "
Syila tertawa pelan sambil menggeleng. "Iya iya, aku gak bakal macam-macam kok. Nan tenang aja kali, takut banget kalau aku cari yang lain waktu Nan gak ada.. "
Andra mengulum senyum. Digenggamnya kedua tangan mungil itu dengan lembut. "Saya minta maaf, kalau selama ini, saya belum bisa menjadi suami yang baik untuk adek. Belum bisa membuat adek bahagia karena saya"
"Ishh! Nan ngomong apa sih?! Nan tahu, aku ngerasa jadi wanita beruntung jadi istri Nan. Padahal kan, Nan bisa cari yang levelnya sama kaya Nan.. misal, cantik, tinggi, modis.. "
Dia tersenyum manis menatap wajah cantik itu. "Tapi, saya cintanya sama adek. Terus bagaimana dong? ". Wanita itu terkekeh.
"Ternyata ada ya, tentara bucin. Padahal setau aku, tentara itu galak lho.. "
Andra tertawa pelan. "Lebih tepatnya tegas dek! Saya akan tegas waktu bekerja, kalau sama adek, saya tegasin juga kan kasihan.. ". Tangannya mengacak pucuk kepala Syila.
"Sudah, yuk tidur! Sudah malam. Besok kan saya sudah berangkat.. "
Syila mengangguk pelan. "Nan, boleh gak aku peluk Nan malam ini? " tanya wanita itu dengan nada lirih.
Dia mengulas senyum. Kepalanya mengangguk pelan. Kedua tangannya dia rentangkan di depan Syila. "Di lama-lamakan ya? Besok malam kan sudah tidak bisa peluk lagi.. "
Empers Of Heart
Andra berdiri menatap pantulan cermin di depan. Kini, tubuhnya telah terbalut dengan pakaian loreng kebanggaannya. Dengan tas berukuran cukup besar di atas bahunya. Dia tersenyum tipis. Kemudian, berbalik. Tampak, Syila tengah berdiri dengan pakaian persitnya. Kedua kakinya melangkah mendekati wanita itu.
Dengan lembut, dia menggandeng tangan Syila. "Nan ganteng banget sih.. aku jadi gak rela kalo Nan pergi. Awas aja kalo disana Nan deket sama cewek lain! Pulang nanti aku gigit!!"
Dia tertawa pelan sambil menggeleng. Bibirnya mengecup satu persatu pipi Syila. "Iya, sayang.. "
"Yuk, turun! Kasihan, mereka sudah menunggu di bawah"
Dia terus menggandeng tangan sang istri. Di lantai bawah, Yudha dan Putri telah menunggu di ruang tamu. "Maaf, lama"
Mereka berdua berdiri sambil mengangguk. "Tidak papa, mas. Saya tahu, ninggalin istri itu gak mudah.. apalagi kita tidak tahu, berapa lama kita akan bertugas" jawab Yudha seraya memberikan senyum tipis kepada Andra.
Andra mengangguk singkat. Lalu, berjalan menuju keluar rumah. Dia berbalik menatap wajah cantik itu, untuk terakhir kalinya. Ditangkupnya kedua pipi Syila dengan lembut. "Dek, saya pergi. Jaga diri kamu baik-baik, kalau ada apa-apa telfon Letda Nindi, jangan saya! Karena saya tidak bisa langsung datang di sisi kamu.. "
Lalu, tangannya memegang baret hitam dengan erat. Diambilnya tangan Syila dan mulai memberikan baret tersebut di tangan wanita itu. Dia tersenyum menatap sang istri. "Saya titip ini baik-baik! Kalau kamu kangen sama saya, kamu bisa peluk baret ini. Saya tidak bisa untuk telfon kamu setiap saat, karena disana pasti akan susah sinyal"
Wanita itu menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca. Dengan cepat, Syila memeluk tubuhnya dengan sangat erat. "Hiks.. hiks.. Aku mohon, kembalilah dengan selamat. Aku bakal tunggu Nan disini"
Dia membalas pelukan tersebut. Bibirnya mengecup dahi wanita itu untuk yang terakhir kali. Kepalanya mengangguk pelan. "Saya akan berusaha.. "
Dengan pelan, dia melepaskan pelukan itu. Ditatapnya wajah cantik itu dengan sendu. Dia tersenyum tipis. "Saya pergi, jaga diri kamu baik-baik. Satu kata yang tidak akan pernah bosan saya ucapkan, saya mencintaimu, Nasyila.. "
Empers Of Heart
Ada yang sedih gak Nan pergi?? 😭😢

KAMU SEDANG MEMBACA
Asmaraloka Sang Letnan [END]
Teen FictionJUDUL SEBELUMNYA : EMPERS OF HEARTH ⚠CERITA INI HANYA BERSIFAT FIKSI⚠ SPIRITUAL - ROMANCE "Allah akan menjadi saksi perjuanganku meraih hatimu" ______________________ "Kenapa Nan milih gue? " "Karena cinta tidak butuh alasan, bukan? " "Tapi, gue gak...