|| Asmaraloka Sang Letnan : 25 ||

2.5K 257 32
                                    

[ Nama Samaran ]

Andra = Dimas
Yudha = Dhanu
Putri = Mia
Syila = Naila

WARNING!!!

BAGI YANG TIDAK TAHAN, SILAHKAN SKIP PART INI!!!

Empers Of Heart

"Lettu inf. Andra Danial Saputra, sungguh pintar sekali kau menyamar jadi orang Jawa.. berbakat! " ucap Deni seraya tertawa keras. Kedua tangannya bertepuk tangan.

Dimas menggertakkkan gigi-giginya. Netra matanya begitu memerah. Kedua tangannya mengepal kuat.

"Lepaskan mereka!!! "

Deni tertawa keras. "Jika saya tak mau, apa yang akan kamu lakukan?!! " tanya pria itu sambil melangkah mendekatinya. Dia berhenti di depan Dimas seraya memutar-mutar pisau kecil yang berada di genggamannya, semacam belati.

"Kau masih ingat dengan ucapanku?! Jika saya menemukan si penghianat itu, maka saya akan membuat dia mati dengan mengenaskan!! Kau masih ingat, hmm? "

Dimas mengepalkan tangannya hingga ujung kuku-kukunya berwarna putih. Deru nafasnya memburu.

"Saya tahu, jika kau yang mengagalkan aksi pencurian di bank Mega!! Dan kau juga mengagalkan pengiriman sabu ke luar negeri!! Benar bukan?!! "

"Ya, saya yang mengagalkannya!! "

Deni tersenyum miring. "Itu berarti kau harus mati!! "

Kedua kakinya melangkah mendekati Dimas. Dengan cepat, dia mendekatkan belati tersebut ke arah perutnya. Namun, sepertinya pria itu kurang cepat. Dimas berhasil menyingkir dari serangan Deni.

Dia membuang blankon beserta kumis tebal itu ke sembarangan arah. Kemudian, dia memasang kuda-kuda. Iris matanya fokus menatap reaksi tubuh Deni selanjutnya.

Tanpa dia duga, serangan datang dari segala arah. Dimas sedikit kelimpungan menghadapi 4 pria berbadan kekar itu.

Bugghh

"Sshh"

Ibu jarinya menghapus darah di ujung bibirnya. Kemudian, dia menangkis pukulan itu dengan sigap.

Bugghh

Bugghh

Bugghh

Pertarungan masih berlanjut. Dua pria berbadan kekar itu telah tersungkur di atas bawah. Tapi sayang, tenaganya telah terkuras habis. Dua pria lainnya masih tersisa. Dia menghapus keringat yang bercucuran di sekitar dahinya. Nafasnya tersengal-sengal.

Dua pria itu tersenyum miring. Mereka mendekati Dimas secara berlawanan. Lalu, mereka memukulinya secara membabi-buta.

Bugghh

Bugghh

Bugghh

Dimas jatuh tersungkur. Dia berdiri dengan tenaga yang tersisa. Netra matanya menatap sayu ke arah Deni yang mendekatinya.

"Jadi, bagaimana?!! Hmm? Kau tak akan mampu melawan kami!! " bentak pria itu dengan sorot mata tajam. Pria itu mencengkram kedua pipinya dengan kuat.

Dimas menatap pria itu dengan sayu. Seketika, dia teringat akan masa-masa antara dirinya dengan Naila.

"Yaudah, gue panggil lo Nan aja ya? "

"Mulai sekarang, saya panggil kamu dek. Bagaimana? "

"Gue udah kasih nama panggilan bagus-bagus buat lo, masa lo kasih nama itu sih? "

"Dan Alhamdulillah, Allah Maha Baik. Dia bukan hanya mempertemukan, tapi juga menyatukan saya dengan orang yang saya cinta.. "

"Tapi, gue gak cinta sama Nan!!! "

"Nan, gue emang gak pantes buat lo kan? Nan itu pria sempurna, punya karir yang mapan, baik, perhatian, kurang apa coba? Sedangkan gue? Gue gak pantes disandingin sama lo"

"Kenapa Nan selalu sabar ngadepin sikap gue? Gue selalu buat Nan emosi, tapi kenapa justru Nan malah sabar? "

"Ajarin gue buat berubah.. "

"Aku mohon, jangan tinggalin aku sendiri. Izinin aku buka hati buat Nan.. aku mau, memulai lembaran baru bareng Nan"

"Nan gak gagal dalam berjuang.. "

"Iya, keren! Jarang banget lho tentara bisa masak. Tentara pegang senjata itu damage nya dah biasa.. tapi kalau tentara pegang alat dapur, beuhh damage nya bukan main!! "

"Jika memang saya gagal dan pulang hanya dengan raga, saya minta maaf"

"Ishh!! Kok malah ngomong gitu sih?!! Aku takut Nan!!! Janji sama aku, harus pulang dengan hiks.. selamat"

"Hiks.. hiks.. Aku mohon, kembalilah dengan selamat. Aku bakal tunggu Nan disini"

Dimas mendongak menatap sekitar. Lalu, tersenyum samar. Wajahnya telah babak belur. Deni berdiri di depannya. Sebuah pistol disodorkan di depannya. Tepat di keningnya.

Kedua matanya terpejam. Mengingat ucapan terakhirnya sebelum dia pergi bertugas.

"Saya pergi, jaga diri kamu baik-baik. Satu kata yang tidak akan pernah saya bosan ucapkan, saya mencintaimu, Nasyila..

Dimas mendongak menatap langit ruangan. Dia pasrah. Setidaknya, dia telah berusaha.

"Allah, jika ini saatnya, saya siap! "

Doorrr

Empers Of Heart

_________________________

Sad ending?? 🙂

Asmaraloka Sang Letnan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang