Andra berjalan pelan menuruni tangga. Kedua matanya mencari keberadaan Syila. Hingga dia menemukan punggung seorang wanita di dapur.
Dengan cepat, dia melangkah mendekati Syila dan mulai memeluk tubuh mungil itu dari belakang. Kepalanya bersandar di atas bahu yang tertutup hijab itu. "Lagi ngapain? Hmm.. "
Syila berbalik. Lalu, melepaskan pelukan itu. Tapi, Andra justru semakin mempererat pelukannya. "Nan, lepas! Ishhh.. aku kan mau masak, lepasin dong!! "
Bukannya dilepaskan, justru pelukan itu semakin erat. Wanita itu menyentuh kedua pipinya. "Ya Allah, Nan panas!! " ucap Syila dengan raut wajah khawatir.
Dia hanya tersenyum simpul. Lalu, kembali memeluk tubuh mungil istrinya dari depan. "Saya tidak papa, dek"
Syila menggeleng. "Gak, Nan bo-ong! Panas kaya gini juga, bilangnya gak papa.. " omel wanita itu sambil menuntunnya ke kursi sofa.
"Nan disini dulu! Aku mau ambilin kompres"
Andra menatap ke arah Syila yang mulai menaiki tangga. Lalu, dia berdiri dan berjalan ke arah dapur. Dia menggeleng pelan melihat isi dapur yang berantakan.
Dengan telaten, dia memotong beberapa cabai rawit menjadi kecil-kecil. Dilanjutkan dengan menyiapkan garam, penyedap rasa dan bawang putih di atas cobek. Dengan lihai, tangannya men-cobek bumbu-bumbu itu sampai halus.
Kemudian, Andra mengambil wajan berukuran sedang. Diletakkannya wajan tersebut di atas kompor dan mulai menuangkan sedikit minyak goreng di atasnya. Lalu, tangannya menyalakan kompor tersebut.
Setelah cukup panas, dituangkannya potongan cabai rawit bersama bumbu yang telah halus itu di atas wajan. Ditumisnya bumbu itu hingga menjadi harum. Setelah itu, dia memecahkan dua butir telur. Ditumisnya lagi hingga setengah matang.
Kemudian, dia mengambil nasi yang telah disajikan. Dituangkannya nasi itu di atas wajan tersebut. Dengan lihai, dia meratakan nasi itu. Setelah itu, Andra mengambil kecap manis dan dituangkan di atas nasi tersebut secukupnya.
Satu tangannya memegang ujung wajan. Satu tangannya lagi meratakan nasi itu hingga merata. Dua jarinya mengambil sedikit nasi dan mulai memakannya. Kepalanya mengangguk mantap. Lalu, dimatikannya kompor itu dengan perlahan.
Andra berjalan mengambil dua piring dan mulai meletakkan nasi goreng itu ke dalam piring itu. Kedua tangannya menggenggam erat kedua piring tersebut dan mulai melangkah ke arah meja makan.
"Kok Nan malah disini sih?! Kan aku udah suruh Nan duduk! "
Andra mendekati istrinya. Dengan cepat, dia mencium pipi kanan Syila. Lalu, dia meletakkan kedua piring yang dia bawa di atas meja. "Habisnya bahan-bahan masakan kamu berantakan di mana-mana. Yasudah, saya masakin saja.. " jawabnya sambil menuntun sang istri ke dalam kursi.
"Kan ini tugasku, Nan! Lagian Nan kan lagi sakit juga, malah masak! Tadi aku mau masak, Nan malah main peluk aja sih.. "
Andra tersenyum simpul. Dikecupnya pipi kiri chubby itu dengan cepat. "Saya tidak papa, dek". Syila menggeleng pelan.
"Nan itu keren lho! "
Dia mengerutkan keningnya. Salah satu alisnya terangkat menatap Syila. "Maksudnya? "
Wanita itu mengangguk. "Iya, keren! Jarang banget lho tentara bisa masak. Tentara pegang senjata itu damage nya dah biasa.. tapi kalo tentara pegang alat dapur, beuhh damage nya bukan maiin!! "
Andra tertawa pelan seraya menggelengkan kepala. "Sudah! Yuk, makan! Nanti keburu dingin"
Empers Of Heart
"Jadi, kalian yang akan bertugas bersama saya? " tanya Andra sambil menatap sepasang manusia di depannya. Seorang pria berambut cepak dengan pakaian loreng nya. Di sampingnya, seorang wanita berambut pendek dengan pakaian yang sama.
"Siap, benar! "
Andra mengangguk singkat. Netra matanya menatap datar dua insan di depannya. "Kita ditugaskan untuk menjadi spionase! Sertu Yudha akan ditugaskan menjadi seorang petarung handal dan Serda Putri akan ditugaskan menjadi juru masak. Karena seperti yang kami ketahui, Ali Kalora sedang mencari anggota baru untuk menjadi pengawalnya dan koki memasak untuk memenuhi kebutuhan makan mereka setiap pagi dan sore. Saya harap, kalian bisa beradaptasi sesuai dengan tugas kalian! Jangan sampai ada yang mengetahui identitas kalian! Tim akan menjemput kita setelah misi ini benar-benar selesai! Paham?! "
"Siap, paham! "
Dia mengangguk pelan. "Sertu Yudha, nama samaran kamu adalah Dhanu. Dan untuk Serda Putri, nama samaranmu adalah Mia! Ada yang ingin dinyatakan? "
Yudha mengangkat tangannya ke atas. "Izin, bagaimana dengan anda? "
Andra tersenyum samar. "Saya akan menjadi perantau yang tengah mencari pekerjaan. Nama samaran saya adalah Dimas, jadi kalian jangan sampai salah memanggil nama! Atau misi ini akan gagal total! "
"Kita akan berangkat ke sana, lusa! Persiapkan diri kalian! Bawa barang-barang seperlunya! Ingat, hapus semua kontak di handphone kalian sementara ini. Karena mereka bisa saja melacak kita! Simpan nomor yang penting, nomor kita bertiga dan kekasih kalian, dengan syarat kalian bisa mengganti nama kontak yang berbeda! Saya tidak tahu, berapa lama kita akan disana.. satu tahun, dua tahun, atau bahkan lima tahun, kita tidak tahu. Saya harap, kita dapat bekerjasama dengan baik dan segera menyelesaikan misi ini dengan cepat, jika bisa! "
Kedua matanya menatap tajam Yudha dan Putri. "Ada yang ingin ditanyakan? "
"Siap, tidak! "
Dia mengangguk. Lalu, berdiri. "Baik, sampai disini saja rapat kita kali ini! Terimakasih atas kesediaan kalian untuk hadir disini.. " ucapnya sambil menuntun Yudha dan Putri menuju luar ruangan.
"Baik, pak! Kami pergi, selamat siang! Komando!! "
Andra mengangguk sambil mengangkat kepalan tangannya ke atas. "Komando!! "
Setelah mereka telah hilang dari pandangannya, Andra berjalan masuk ke dalam. Dia mematung menatap Syila yang berada di ambang pintu.
"Nan, bisa jelasin? "
Empers Of Heart

KAMU SEDANG MEMBACA
Asmaraloka Sang Letnan [END]
Novela JuvenilJUDUL SEBELUMNYA : EMPERS OF HEARTH ⚠CERITA INI HANYA BERSIFAT FIKSI⚠ SPIRITUAL - ROMANCE "Allah akan menjadi saksi perjuanganku meraih hatimu" ______________________ "Kenapa Nan milih gue? " "Karena cinta tidak butuh alasan, bukan? " "Tapi, gue gak...