Happy reading!
"Dalam hidup itu akan selalu ada banyak masalah, kalau gak mau ada masalah yasudah mati saja"
Rumah Rulik
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumussalam, Mana obatnya?" ucap Retha yang berdiri di depan pintu rumahnya untuk mengambil obat yang tengah rulik bawa.
"Ini, bun" Rulik menyodorkan kantong plastik yang berisi obat ditangannya.
"Cepet masuk kamar, bunda gak mau ayah bangun dan..." belum sempat Retha melanjutkan kata - katanya, Rulik dengan segera memotong ucapannya.
"Bunda gak usah khawatir, rulik tau kok" Rulik meninggalkan ibunya dan segera menuju ke kamar.
Di dalam kamar
"Hiks, ayah kenapa berubah? Ayah bener - bener gak sayang sama rulik yaa? Rulik gak tau salah rulik apa? Tapi kenapa ayah selalu...." Rulik duduk dengan memegang kedua lututnya sembari terus menangis.
Flashback on
Seorang gadis berusia 15 tahun tengah terduduk dilantai sambil membaca buku dan sesekali menulis hal - hal yang penting dari buku yang ia baca.
"Kamu ngapain?" Suharto menghampiri gadis tersebut sembari membenarkan dasi yang ia pakai.
"Be-la-jar, yah" gadis itu menjawab dengan penuh ketakutan.
"Kamu bener - bener ya, ayah harus bilang berapa kali ke kamu, gak perlu sekolah dan gak perlu belajar. Kenapa sampai saat ini kamu masih sekolah hah? Bukannya ayah udah bilang kalau kamu harus berhenti sekolah" Suharto menaikkan nada bicaranya dua oktaf.
"T-tapi ayah dulu pernah bilang supaya Rulik terus belajar dan jadi orang yang berilmu. Ayah bilang 'ilmu membuat kita dihargai oleh orang lain' apa ayah lupa?
"AYAH BILANG GAK USAH SEKOLAH YA GAK USAH SEKOLAH GAK PERLU NGEBANTAH"
"Tapi yah, mas bryan kenapa boleh? Kenapa Cuma mas bryan yang boleh? Kenapa rulik gak?"
"Kamu itu perempuan gak perlu punya pendidikan tinggi"
"Ayaah jahaatttt"
"APA KAMU BILANG? BERDIRI KAMU!!" Suharto melayangkan tangan ke pipi gadis tersebut. bukan hanya itu, ia juga mendorong gadis tersebut hingga terjatuh dan bahkan ia tak segan untuk melempar vas bunga ke lantai tepat dipinggir gadis yang sedang bersimpuh tersebut.
"Ayaaaahh.. sakitt.. ampun ayaah ampuuunn" gadis tersebut terus meminta ampun kepada Suhartno.
Namun, Suharto terus saja menyiksa gadis itu."Sini ikut. Hukuman seperti ini gak cukup buat kamu jera. Kamu harus menerima hukuman yang lebih dari ini" Suharto menyeret gadis itu ke dalam kamar mandi. Ia menyalakan shower dan mendorong gadis tersebut hingga jatuh dibawah guyuran air.
"Kamu tetep disini, jangan ke mana - mana dan jangan berani berani buat matiin shower ini. Kalau sampai berani, ayah bakal tambahin hukuman kamu." Suharto berjalan meninggalkan gadis itu sendiri dan ia pun menutup pintu kamar mandi dan tak lupa menguncinya.
"Ayaaahh... dingiiinnn.... ampuuunnnnn"
Flashbcak off
Setiap hari Rulik selalu menjalani hari - hari yang seperti ini. Setiap ia kembali ke rumah, ia hanya mendapatkan tamparan dan pukulan dari ayahnya. Ia selalu mengadahkan tangan, berdo'a agar ayahnya kembali memberikannya kasih sayang. Ia melewati setiap malam dengan isakan yang ia tahan, menggigit ujung kain agar isakannya tak didengar oleh siapapun. Ia tak mampu berbagi cerita dengan siapapun, tak ada yang bisa mendengar keluh kesahnya. Tiap akan memejamkan mata, hatinya selalu merasa panas mengingat perlakuan sang ayah terhadapnya, saat tertidur pun ia selalu merasa ketakutan, ia takut, esok hari ia tak akan bisa melihat dunia lagi.
"Tuhan, aku takut mati, aku tak ingin mati saat ini. Aku hanya ingin suatu saat nanti ayahku sadar dan memulukku. Aku ingin merasakan kasih sayangnya lagi. Biarkan aku hidup."
Kalian pasti bertanya, mengapa Rulik masih saja bersekolah meskipun ayahnya melarang? Dan siapa yang membiayai sekolahnya?. Bryan, ia dia Bryan kakak dari Rulik. Ia sangat menyayangi adiknya. Namun, ia jarang sekali kembali ke rumah sehingga ia tak bisa melihat dan membantu adiknya yang terluka karena perlakuan ayahnya. Bryan hanya tau ayahnya memutuskan uang jajan dan biaya sekolah dari Rulik. Namun, tak pernah tau jika ayahnya selalu melukai Rulik. Ia memutuskan untuk bekerja sejak ia mengetahui Rulik terancam putus sekolah. Ayahnya melarang Bryan untuk bekerja. Namun, Bryan kekeh untuk tetap bekerja karena jika ia tak bekerja maka adiknya sepanjang hari hanya akan merasa frustasi karena tak dapat bersekolah.
.........
Ruang Kelas 12 MIA 2
Pagi ini jam 06:00 Rulik dan Shela tengah duduk bersama di dalam kelas 12 MIA 2. Sudah menjadi ritual para siswa malas datang pagi hari hanya sekedar untuk menyalin jawaban teman - temannya.
"Lik, may I borrow your book?"
"With Pleasure, Shel"
"I owe you, babe"
"Cihhhh, hahaha"
"Eh, Shel. Gue tadi malem ketemu...." Rulik menahan omongannya ketika melihat sahabatnya 'Mey' berlari menghampirinya.
"Ketemu AVA kaaan?" Mey mengatakan sambil berteriak dengan wajah penuh semangat.
"Apaan dah, dateng - dateng main teriak aja lo" Ucap Shela yang tengah sibuk menyalin jawaban dari buku Rulik.
"Tau nih orang"
"AHAHA, maaf maaf. Emang ketemu sape lik?"
"Ava"
"Whaat? Tuh kan bener kata gue ahahaa"
"Ekheemm..."
Suara deheman itu membuat murid - murid di dalam kelas tersebut terperanjat kaget melihat seorang ava yang tengah berdiri di depan kelasnya sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.
Ava berjalan ke tempat duduk Rulik, Shela, dan Mey. Mereka bertiga hanya bisa melongo tanpa bersuara melihat ava yang terus berjalan menghampiri mereka.
"Ekhem, Gue butuh bantuan elo" ucap ava sembari menatap lekat wajah Rulik.
"Ha? Gue? Kenapa?"
"Elo inget kan tadi malem lo nyuruh gue buat dateng ke kelas elo kalau gue butuh bantuan, iyaa kan?"
"Oh iyaa, gue lupa. Bantuan apa emangnya?"
Shela dan Mey sama - sama kaget melihat sahabatnya tampak begitu akrab dengan ava. Padahal sejak dulu mereka tidak pernah dekat dan bahkan kenal sekalipun.
"Gue mau, elo jadi pacar gue."
"HAH?" ucap Rulik, Mey dan Shela serentak.
"Elo sakit ya?" Rulik benar - benar heran dengan tingkah seorang ava yang baru ia kenal kemarin.
"Iya gue sakit. So, gue mau elo terima gue"
"SAKIT JIWA"
Kriiingggg....
"Noh denger bunyi bel masuk cepet balik ke kelas elo dan elo Mey cepet balik jugaa"
Rabu, 15 September 2021
FOLLOW INSTAGRAM : @indah.rzqh
TOLONG PROMOSIKAN CERITA "AVA' KE SELURUH SOSIAL MEDIA KALIAN YA
Kalau ada typo tolong tandai yaa
Maaf ya, cuma segini doang. Di chapter selanjutnya akan author buat lebih panjang lagi... Tunggu yaa 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
AVA (Hiatus)
Teen Fiction(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA) Ava Auranos, ia tak pernah merasakan sosok ibu dalam hidupnya. Ibunya meninggal ketika ia dilahirkan. Baginya ayah adalah dunia dan kehidupannya. Ayahnya memberi semua kasih sayang untuknya. Namun, takdir seakaan tak pe...