07 : kak onik dan hari itu ☆

25 0 0
                                    

(lanjutan chapter sebelumnya)

Sekeluarnya Gendhis dari rumah, kakinya melangkah tak tahu arah. Yang terpenting jalan dulu saat ini. Entah kemana bisa dipikirkan nanti. Suara petir menyentak Gendhis dari lamunan.

'Sial.. Bentar lagi hujan nih pasti,' batinnya. Agak menyesal beneran minggat dari rumah. Tapi kalau ndak minggat juga bikin emosi lihat bapaknya.

Sepuluh menit ia berjalan tanpa tujuan, rintik hujan mulai turun. Awalnya jarang-jarang, lama-kelamaan turun berombongan. Dunia agaknya sedang tidak berpihak pada Gendhis. Sudah kepergok merokok, bertengkar dengan orangtua sendiri, diusir, kehujanan pula. Langkah mungil Gendhis berlari ke minimarket yang ada sepuluh meter di depannya. Berteduh sebentar deh, sambil memikirkan mau kemana nanti setelah hujan reda.

Udara dingin dari hujan perlahan menusuk kulitnya. Mengelus kasar lengan Gendhis yang hanya berpakaian lengan pendek. Ia membuka ranselnya,

'Siaaaall! Jaket pun lupa kubawa??!' Gendhis merutuki dirinya. Setelah itu berakhir memeluk ransel yang ia gendong di depan, dengan harapan bisa sedikit menghangatkan tubuhnya. Tapi percuma saja tidak berpengaruh sekali.

Gadis itu kembali melamun sambil berdiri. Matanya menatap lurus tirai yang terbentuk dari air hujan yang turun lewat atap. Bibirnya berkali-kali menghembuskan napas kasar. Hingga suara itu membuyarkan pikirannya.

Suara lembut itu.

"Gendhis?"

"Mas?"

Itu Anthony atau yang kerap dipanggil Onik. Tubuh mungilnya terbalut jaket denim dan celana trainingnya. Di tangannya tertenteng kresek putih. Sepertinya habis belanja dari minimarket.

"Kamu ngapain disini? Kok sendirian? Kok bawa tas? Habis main ya?" tanya Anthony bertubi-tubi.

Gendhis hanya menggeleng.

"Kalo gitu.. mau belanja disini? Beli jajan?"

Gadis di depan Anthony menggeleng dengan mata menyorotkan kelesuan.

"Nunggu ojol?"

Gendhis tersenyum tipis dipaksakan. "Enggak Mas Onik."

"Terus ngapain dong???" Anthony menatapnya lucu. Sudut bibirnya sedikit tertarik ke atas.

Gendhis membisu tak bergerak. Matanya malah beralih menatap objek lain. Anthony mencium bau-bau tidak beres.

"Ndhis.. Jangan bilang kamu..." ucap Anthony dengan sedikit berbisik.

Gendhis yang masih berhasil menangkap kalimat Anthony diantara ramainya suara hujan seketika cemberut. Menghadap laki-laki di depanny kembali dengan ekspresi menahan tangis, namun akhirnya pecah juga. Anthony segera merengkuh tubuh gadis yang sudah ia anggap sebagai adiknya juga itu.


•••


"Driving yuk? Tuh aku bawa mobil," kata laki-laki yang masih memeluk Gendhis. Tangannya masih setia mengusap punggung lawan bicaranya.

"Yuk?" kata Anthony sekali lagi sambil mengendurkan pelukan dan segera menuntun Gendhis masuk ke mobilnya.

Segera setelah semua siap, Anthony membawa pergi Gendhis berkeliling kota. Hanya ada satu pikiran dalam otaknya, menghibur Gendhis lalu secepatnya mengembalikan pada Rian ㅡkakak Gendhis sekaligus teman Anthony.

Syukurlah Gendhis sudah bisa tersenyum. Itu semua berkat guyonan Anthony yang terus dilontarkan selama ia menyetir. Laki-laki itu juga menawarkan Gendhis untuk mampir minum secangkir jahe hangat di angkringan. Pokoknya terimakasih ke Anthony, Gendhis berutang padanya!

•••

|yan, gendhis sama gue.

serius lo???! pap anaknya cepet!|

|gak mau ah ntar ketauan
|ini gue ke rumah lo atau lo yang jemput?

gue jemput aja|
shareloc|

Anthony membagikan lokasi

sip|
btw makasih ya, nik! gue utang budi sama lo|
jagain gendhisnya sebentar ya|

•••

"Enggak. Enggak mau pulang sama Mas Yan. Udah sana Mas Yan pergi."

"Ndhis.."

Gendhis menggeleng kuat-kuat sambil menahan air matanya (lagi). Rian mengulurkan tangannya.

"Ndhis.. Pulang yuk?"

"Maafin Mas Yan ya?" yang segera dijawab, "Mas Yan enggak salah apapun kenapa minta maaf?" oleh Gendhis.

Rian menggaruk kepalanya kasar. Kalau sudah sedih dan kecewa seperti ini Gendhis susah sekali dibujuk.

"Ikut aku ya? Enggak pulang ke rumah deh, kita jalan-jalan aja."

"Yuk dek? Biar Onik bisa pulang juga."

Setelah agak lama barulah Gendhis mengangguk pasrah. Dirinya juga merasa agak bersalah dengan Anthony yang harus ikutan menghibur dia, padahal tidak tahu betul duduk permasalahannya.

Rian pun segera berpamitan pada Anthony sekaligus berterimakasih, yang dibalas dengan anggukan dan senyum manis. Gendhis juga mengucapkan, "maaf ya Mas Onik udah mau direpotin." Setelahnya mereka berdua berlalu meninggalkan Anthony.

•••

[ Anthony; anak baik yang berhasil jagain Gendhis walaupun dalam waktu yang singkat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ Anthony; anak baik yang berhasil jagain Gendhis walaupun dalam waktu yang singkat. Thank you, Onik! ]

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Percakapan Meja MakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang