PART 17

361 44 189
                                    

Happy Reading My Readers!!

Ketika seseorang telah mengucapkan ijab qobul untukmu maka tidak akan ada lagi yang dinamakan dengan pilihan.

***

Ayah sosok pahlawan bagi putra-putrinya. Ayah sang pelindung putra-putrinya.

"Fardan, Hilya, tolong maafkan Ayah Nak." ucap pak Iyus dengan wajah memelas.

"Ayah! Sejak kapan Kamu jadi Ayah untuk kami! Kemana saja Kamu saat Aku menangis memanggil namamu?!" pekik Hilya. "Kenapa Kamu kembali saat semua orang melupakanmu? Kenapa?!"

"Nak tolong maafkan Ayah. Ayah khilaf."

"Bertahun-tahun Kau khilaf. Kenapa baru sekarang Kau sadar. Lucu!"

"Iyus, kenapa Kau datang tiba-tiba? Bukankah sudah Aku katakan Aku akan bujuk Hilya dulu." ucap bu Islah.

"Tapi Islah, sampai kapan Aku harus menunggu. Aku sangat merindukan Hilya dan Fardan."

"Tolong jangan bersandiwara didepanku! Karena Aku tidak akan pernah percaya lagi padamu. Kenapa Kau datang sekarang saat semuanya tidak lagi membutuhkanmu." Hilya menangis, antara benci dan rindu bersarang di hatinya.

"Nak... Tolong maafkan Ayah. Ayah mohon."

"Ayah... Bagaimanapun Kau tetap Ayah kami. Bunda tidak pernah mengajari kami untuk membencimu. Meskipun rasa sakit telah tertanam dalam hati ini." jelas Fardan lalu memeluk pak Iyus dengan erat.

"Kak! Kenapa Kak Fardan dengan mudah tertipu dengan air matanya!"

"Hentikan ucapanmu Hilya! Apakah pantas ucapan itu di ucapkan. Kamu kan tahu setiap orang pernah berbuat kesalahan tapi kewajiban kita untuk memaafkan bukan menyalahkan. Apalagi mencaci! Dia ayah kita bukan orang asing." papar Fardan.

Hilya terdiam tangisnya pecah. Fatin dengan cepat memeluk dan menenangkannya. "Hilya, perpisahan antara ayah dan ibu itu adalah kesepakatan mereka Kita sebagai anak tidak berhak untuk ikut campur. Kita hanya bisa menyayangi keduanya karena bagaimanapun mereka adalah orang tua kita. Cinta mereka untuk anaknya tidak pernah berubah sampai kapanpun." jelas Fatin.

Hilya terisak dia tidak sepenuhnya membenci justru rasa rindu yang mendominasi hatinya. Tapi egonya terlalu besar hingga dia tidak mengakui bahwa sebenarnya dia merindukan sosok ayah yang selama ini dia rindukan kedatangannya.

"Sayang... Bunda mohon berikan kesempatan untuk Ayah Iyus. Dia jauh-jauh dari Kalimantan hanya untuk menemuimu dan Fardan."

Mendengar ucapan bu Islah Hilya langsung berlari memeluk ayahnya. Rasa ego hancur seketika berubah menjadi rasa rindu.

"Ayah maafin Hilya karena telah menyakiti Ayah. Tolong maafkan Hilya. Hilya tidak ada maksud untuk menyakiti Ayah! Itu semua karena Hilya begitu merindukan Ayah." tangis Hilya semakin menjadi bukan hanya Hilya dan pak Iyus, Fardan dan Fatin ikut terharu dan menangis.

"Apakah Kamu membenci Ayah?"

Hilya menggeleng. "Hilya tidak pernah membenci Ayah justru Hilya sangat merindukan Ayah." Hilya memeluk erat tubuh ayahnya. Masa kecil yang indah kini terulang kembali dengan hadirnya sosok ayah yang dirindukan.

Hilya dan keluarga foto bersama mengabadikan momen yang sangat dia rindukan. Pak Iyus menggendong Aisyah cucu satu-satunya. Lebaran kali ini begitu lengkap dan membahagiakan untuk Hilya dan keluarga.

TAKDIR CINTA HILYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang