Pagi telah tiba Liviana sudah bangun sedari subuh dan sudah melakukan kewajiban sebagai seorang muslim, dia masih berada di rumah Akbar sebagai ucapan tanda terima kasih Liviana ingin membuat sarapan untuk keluarga Akbar. Walaupun dia tidak bisa masak setidaknya dia bisa membantu masak, menuruni anak tangan Liviana bisa melihat ada Bunda Akbar dan juga pembantu Akbar yang sudah berada di dapur.
Liviana merasa tidak enak sudah numpang tapi dia belum melakukan apapun itu, dari pada dia merasa lebih bersalah dia menyusul Bunda Akbar dan juga pembantunya.
Liviana dengan muka merasa bersalah "Pagi Bu, maaf ya Liviana jadi ngga bantuin Ibu, seharusnya Liviana bangun lebih pagi lagi,"
"Tidak apa-apa, Nak lagian ini juga sudah mau selesai ya kan, Bi." Balas Nila mengusap bahu Liviana, Nila begitu menyayangi Liviana dia sudah menganggap Liviana adalah anaknya.
"Iya,Non, yang di bilang sama nyonya itu benar, kita sudah selesai masak tinggal di bawa ke ruang makan," ujar Pembantu Akbar
"Kalau begitu Liviana boleh bantu taro di meja makan ya,"
"Eh... Ngga usah Non biar Bibi aja yang taro," cegah Bi Nina pembantu rumah Akbar ,"Ngga apa-apa,Bi, lagian Liviana juga baru bangun ngga enak kalau Liviana ngga bantu apa-apa," balas Liviana dengan halus
Nila mengelus puncak kepala Livi lalu dia berkata "Kamu itu mirip banget sama seseorang tapi tante lupa siapa orang itu,"
"Serius Tante mana mungkin, paling cuman kebetulan aja kali ya Tan,"
Mereka menata makanan yang tadi di masak, di meja makan sudah ada adik Akbar serta Ayah Akbar, hening tanpa ada pembicaraan, mereka makan dengan tenang. Akbar dan Liviana tidak pergi ke sekolah, mereka izin untuk satu hari karena Akbar ingin mengantar Liviana untuk pulang ke rumahnya takut jika orang tuanya mencari keberadaan Liviana.
Selesai makan Adik dan Ayah Akbar pergi untuk urusan masing-masing, sedang Akbar dan Liviana pergi ke ruang tamu untuk bersiap-siap untuk pergi ke rumah Liviana. Sedang Nila sedang berada di dapur, Nila senang untuk membuat sesuatu hal seperti membuat kue dan berbagai macam kue lainnya.
"Bunda Akbar sama Livi pamit ya mau ke rumah Liviana," teriak Akbar agar Nila mendengar suara Akbar. Nila pun buru-buru menghampiri Akbar dan Liviana dia ingin memberikan Liviana kue buatan dia.
"Tunggu dulu ini Bunda bawain kue buatan kamu Liv siapa tau orang tua kamu suka," balas Nila ,"Tante ngga perlu repot-repot lagian seharusnya Liviana yang bilang terima kasih udah boleh nginep disini," ujar Livi dengan halus dia merasa ada sesuatu yang membuat dia tidak ingin pergi jauh dari Nila.
"Ngga apa-apa, kapan-kapan kamu boleh main ke sini lagi ya," sambung Nila
"Insyaallah ya Tante,"
Akbar pergi ke garasi untuk mengambilkan motor yang akan digunakan untuk mengantarkan Liviana pulang.
"What!! lo mau nganterin gue pulang pake motor, kenapa ngga pake mobil aja sih, Lo kan tau gue baru aja sembuh,"
"Heh, seharusnya lo itu berterima kasih sama gue udah gue tolongin terus gue anterin pulang lagi, malah protes lagi Lo, yaudah ayok cepat naik nanti keburu panas dan Lo malah marah-marah sama gue lagi."
"Iya-iya, ini gu naik,"
Liviana berpengangan pada pundak Akbar semua baik-baik saja, di tengah jalan Akbar tidak sengaja rem mendadak mengakibatkan kepala Liviana terbentur di pundak Akbar.
"Lo bisa naik motor ngga sih, kepala gue sakit nih," teriak Liviana, Akbar langsung menepuk tangan Liviana dengan keras
"Heh... Lo juga jangan modus ya, pake peluk-peluk gue segala,"
"Terus kalau gue gak peluk lo yang ada gue jatoh Akbar,"
"Ayok... Cepet jalan keburu panas nih,"
Brum!!!
Liviana hampir saja jatuh jika dia tak langsung memeluk pinggang Akbar, Liviana menepuk pundak Akbar dengan keras. Di balik helm Akbar meringis Akibat pukulan Liviana yang lumayan keras, tidak butuh waktu lama Akbar telah sampai di rumah Liviana.
"Makasih udah anterin gue, udah sana pulang jangan harap gue mau tawarin lo masuk ke dalam rumah gue," jutek Liviana langsung meninggal Akbar di depan gerbang rumahnya
"Ngga tau diri banget ya tuh cewek, udah di tolongin tapi ngga tau terima kasih heran gue, untung temen sebangku coba kalau ngga, ngga bakal gue tolongin dia,"gerutu Akbar
Liviana masuk ke dalam rumah, dia bisa melihat mama dan papa yang sedang duduk di ruang tamu, Liviana menghampiri mereka dan langsung duduk di samping mama dan papanya.
"Liviana kamu dari mana aja?, mama sama papa udah cari-cari kamu. Tapi ngga ketemu, kamu baik-baik aja kan? ngga ada yang luka kan? jawab mama Livi," tanya Mama Liviana
"Mah, gimana Livi mau jawab kalau mama aja masih ngomong dan belum selesai, Liviana habis dari rumah temen, terus Liviana juga baik-baik aja, udah ya sekarang kita duduk lagi," jelas Liviana pada mamanya
Disisi lain Akbar bingung dengan perasaannya ini, kenapa jika dia berada di dekat Liviana dia selalu merasakan deg deg an, gugup, dan selalu nyaman jika berada di dekat dia. Kebetulan Akbar melewati taman dekat rumah Liviana dia melihat kalau Sabtu malam Minggu ada pasar malam.
Urusan ajak Liviana akan dia pikirkan besok di sekolah, Akbar berjalan menuju rumah takut jika Bundanya akan mencarinya karena hari sudah malam.
***
Andri mengetahui bahwa Liviana selamat merasa kesal dia sudah merencanakan sebisa mungkin. Tetapi kenapa semua gagal total, seharusnya waktu malam itu dia harus memastikan bahwa Livi tidak selamat, Andri ingin membuat rencana baru untuk menghancurkan Liviana.
Saat ini dia sedang berada di Caffe Andri melihat sahabat Livi sedang berbincang, Andri akan memikirkan apa idenya nanti saat ini dia ingin pulang terlebih dahulu dia ingin menenangkan pikiran nya setelah mendapat kabar bahwa kekasihnya semakin drop.
Sejujurnya Andri tidak tega jika dia harus melukai Livi bagaimana pun Livi pernah menjadi bagian dari hidupnya, tidak dia tidak boleh kasihan sama Livi dia harus membalas apa yang sudah Livi perbuat walaupun bukan salah Livi melainkan salah dia dan juga sahabat Livi.
Andri sudah sampai di rumah,dia melihat rumah sepi tanpa penghuni, Dia rindu dengan tawa dan canda adik serta mama dan juga papa, demi misinya dia harus rela jauh dari orang tuanya, tidak apa ini hanya sebentar ya sebentar dia akan mempercepat rencanakan.
"Bibi," panggil Andri sambil berjalan duduk di depan ruang tv
"Iya, Den, apa yang bisa Bibi bantu, Den," Bi Surti ,"Bi, tolong buat Andri minum ya sama makan Andri lapar, oiya nanti Bibi juga ikut makan bareng Andri," ucap Andri
"Baik, Den,"
Tidak heran jika Bi Surti makan bersama Andri karena merasa sepi makan dia selalu mengajak Bi Surti untuk makan bersama agar tidak kesepian lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keikhlasan Cinta
Teen FictionSemua orang pasti ingin memiliki sosok sahabat dan juga cinta sejati, termasuk Liviana. Si gadis cantik yang ingin sekali menemukan keduanya di kota yang akan dia tempati, yaitu Jakarta. Liviana pindah ke Jakarta untuk memulai kehidupan yang baru. A...