II

16 3 0
                                    

tok tok.

Alisha menolehkan kepalanya dengan cepat. Suara itu berasal dari pintu, sepertinya ada orang yang tahu ia berada disini.

"Nona, apakah anda sudah bangun? Pangeran Jeno sudah menunggu anda di luar" kata suara di balik pintu. Sepertinya seorang wanita yang cukup berumur.

Sebentar.... apa katanya tadi? Nona? Pangeran Jeno?

Apa maksudnya?

tok tok.

"Nona? Anda di dalam?" suara itu lagi.

Lelucon macam apa ini?

Alisha segera bangkit dari kasur, ia berencana untuk keluar dari jendela yang untungnya tidak terkunci.

Kedua tangan Alisha mengangkat gaun yang menjuntai agar tidak menghalangi langkahnya.

brak

"Anjing, sakit banget." Alisha meringis. Ia melihat mata kakinya lecet dan mengeluarkan darah. Kedua tangannya pun tidak luput dari luka.

Setelah melompat, Ia mengangkat gaunnya tinggi tinggi lalu berlari menjauhi rumah tersebut.

Di jalan, Alisha melihat orang orang berpakaian sama sepertinya. Orang orang tidak ada yang memperhatikannya. Mereka terlihat sibuk dan saling menyapa.

"Hi, Alice! Where have you been?" Seorang wanita paruh baya menyapa Alisha dengan wajah yang tersenyum ramah. Kedua tangannya memegang keranjang yang sepertinya berisikan buah buahan.

Alisha mematung. Tangannya menunjuk dirinya sendiri dengan raut yang bingung.

"Tentu saja! Kau ini kenapa? Sudah ku bilang jangan banyak bergaul dengan preman preman itu!"

Alisha menatap wanita itu aneh. Ia tidak menjawabnya dan terus berlari mengikuti instingnya.

Setelah cukup lama ia berlari, Alisha berhenti sejenak. Menyenderkan punggungnya pada sebatang pohon. Lalu merogoh gaun itu guna mengambil ponselnya.

 Lalu merogoh gaun itu guna mengambil ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Fuck, Janu lo kemana?" gerutu Alisha.

Tangannya mengusap peluh di pelipisnya. Walau sudah duduk di bawah pohon, tetap saja rasanya panas apalagi memakai baju seperti ini.

tak tak tak

Alisha menajamkan pendengarannya. Alisnya menukik tajam, berusaha fokus mendengar suara yang perlahan membesar.

Itu suara langkah kaki kuda. Ia yakin sekali. Alisha pernah belajar berkuda untuk kepentingan vlognya.

Alisha melihat tiga kuda yang ditunggangi tiga pria berpakaian formal dan kuno menghampirinya. Jantungnya berdebar kencang. Ia berdiri dan bersiap untuk kabur lagi. Tangannya meremas gaun dengan kencang, menyalurkan rasa gugupnya.

Lalu, pria yang berada di tengah turun terlebih dahulu dan berjalan mendekat diikuti dua pria lain.

Alisha menajamkan matanya, tenggorokannya bersiap untuk teriak kalau - kalau mereka melakukan hal yang tidak senonoh.

"Nona Alice?" pria yang berada ditengah berbicara terlebih dahulu. Pakaiannya terlihat berbeda dengan pria di kiri dan kanannya. Rambutnya pun terlihat lebih rapih dan tertata walau terlihat gondrong.

"Siapa kau?" balas Alisha dengan sedikit gemetar. Ia mengangkat dagunya tinggi tinggi.

"Hei, berani beraninya!" pria di sebelah kiri mendekat pada Alisha dengan tatapan marah.

"sst!"

Ajaibnya, pria di sebelah kiri langsung mundur dan kembali berdiri di tempat semula.

Ini yang di tengah bosnya?. batin Alisha menelisik situasi.

"Nona Alice, apakah kepala Anda terbentur sesuatu? Perlu saya panggilkan dokter atau orang pintar?" pria di tengah itu bertanya dengan halus. matanya menatap Alisha dengan lembut.

"Ku tanya sekali lagi, siapa kau?" Alisha dengan kegigihannya patut diacungi jempol.

Pria itu tersenyum kecil. "Baiklah. Saya Prince Jenovan Frederick, Prince of Neo Kingdom. Anak tunggal dari King Jeffrey Frederick dan Queen Primrose Gale. Apakah perkenalan saya cukup jelas?"

Mata Alisha membulat sempurna. Ia sangat terkejut mendengar penjelasan dari pria– eh Prince Jenovan itu.

Neo Kingdom?

Prince? King? Queen?

Apakah ia sedang berada di acara prank seperti yang sedang tenar belakangan ini?

Alisha tersenyum miring lalu tertawa kecil, "Lo ga usah nipu deh! Gue tau ini cuma prank!"

"Maaf?"

Alisha tertawa keras. Ia memukul lututnya dan memegang perut karena tidak bisa berhenti tertawa.

"Iya! ini konten prank kan? Ngaku, lo! Lo disuruh siapa? Aha gledek? Haikal Wong? Mana kameranya?"

"Nona, ada baiknya Anda berhenti tertawa sebelum Anda berakhir di Dungeon." Pria di sebelah kanan akhirnya berbicara. Sepertinya Ia mulai kesal melihat tingkah Alisha.

"Dungeon?" Alisha membeo.

"Penjara bawah tanah."

"YA! Apa apaa–"

"Nona." Prince Jeno menghentikan ucapan Alisha.

"Okay, okay. Gue ikutin ini pranknya."

Alisha berdeham pelan. "So, Prince Jeno. Ada urusan apa Anda kesini?"

"Saya mau menikahimu."

"HAH?"


A Prince - Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang