Prolog

13 1 0
                                    

Prolog



“Zan, aku minta kamu mengantarkan aku  menggugurkan bayi ini, bukan menikah.”

“Rin, kamu cerdas, kamu pintar bahkan ilmu agama kamu lebih bagus dari aku. Selama ini kamu tidak pernah berbuat yang kelewat batas. Kenapa kamu mau berbuat dosa besar? Pikir yang bener!’ ucap Dezan dengan suara yang sangat ditekannya. Dia nggak habis pikir dengan apa yang diinginkan gadis yang ada di depannya. Menggugurkan kandungan? Dezan mengusap muka dengan kasar bahkan dia sudah berdiri mau meninggalkan teman SMA-nya itu.

“Zan … please, tolong aku. Kamu orang yang selalu mendengarkan ceritaku, menemaniku saat teman-teman tidak mau mengenalku. Kamu juga suka menolong bahkan punya toleransi yang sangat tinggi. Kamu rela berbuat apa saja untuk melindungi kiita sebagai temanmu. Bahkan kamu rela kena marah guru hanya untuk membela dan melindungi kami yang berbuat salah,” ucap Derin. Tangannya masih memegang tangan Dezan yang belum membalikkan badannya. Laki-laki itu masih berdiri mematung, tapi Derin bisa merasakan jika Dezan mulai luluh. Tangannya yang masih menyatu mulai mengendur, perlahan lelaki berbadan tinggi besar itu memutar badan kemudian memegang bahu Derin.

Ditatapnya wanita yang pernah dia kagumi karena kepolosan, kecerdasan dan keshalehannya. Saat ini berdiri di depannya dengan kesalahan yang sangat fatal. Berulang kali Dezan mengingatkan agar berhati-hati dengan pacarnya, tapi tidak diindahkan. Sekarang saat semuanya telash terjadi dan meninggalkan aib serta akibat yang tidak bisa dihapus baru dia datang padanya dengan sejuta penyesalan.

“Zan, kamu pasti punya kenalan dokter atau rumah tempat menggugurkan bayi? Atau kamu tanya sama temanmu, ya … Zan.”

“Aku tidak akan mengantarmu menggugurkan kandungan!” ucap Dezan tegas. Derin menepis tangan Dezan yang ada di pundaknya. Dia berjalan cepat menuju danau, tangannya terlihat mengusap air mata. Dezan menatap punggung yang tertutup kerudung putih itu. Dia baru sadar ketika kaki Derin sudah menyentuh air danau. Lelaki itu berlari kencang dan segera menangkap tubuh Derin dari belakang.

“Biarkan aku mati, kamu yang paling aku anggap baik dan punya toleransi tinggi sudah tidak mau menolongku, kepada siapa aku harus mengadu dan meminta tolong lagi,” ucap Derin dengan tangisan , teriakan dan pemberontakan. Dezan berusaha agar tubuh itu tidak semakin merosot ke danau. Lumpur di dasar danau menyulitkan dia, tapi dia tidak akan menyerah.

“Ada Allah, Rin. Sadar kamu!” ucap Dezan dengan sangat keras. Bahkan dia juga memeluk tubuh itu dengan sangat keras sehingga Derin mengaduh.

“Sa-ssakit, Zan … Dery tidak mau bertanggung jawab. Dia meninggalkan aku begitu saja ….”

Derin menangis dengan tubuh semakin melemah, Dezan segera menariknya ke pinggir danau. Setelah memastikan Derin tidak akan kabur lagi, Dezan melepaskan gadis itu. Keduaanya terbaring menatap langit dengan pikiran masing-masing.

Ketika Kebahagiaan TergadaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang