Bab 1

8 1 0
                                    

"Rin?"

Wanita itu terkejut melihat orang yang ada di depannya. Dezan teman SMA yang sangat familier.

Sementara Dezan masih menatap tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Derin, wanita keluaran pondok pesantren terkenal di Jawa Timur yang alim sedang berduaan dengan lelaki. Bahkan sangat jelas terlihat bagaimana dua insan itu mengumbar kemesraan di tempat umum.

"Eh, Dezan ... kamu di sini juga?"

"Iyalah, jadi benar kamu? Aku pikir salah orang. Maaf aku jalan dulu, ya."

Dezan melangkah pergi meninggalkan dua insan yang tangannya masih saling bertautan. Derin berusaha menarik tangannya tapi ditahan oleh Dery.

"Kamu kenapa, sih? Seperti lihat hantu atau pacarnya saja. Dia pacar kamu? Sepertinya dia nggak suka melihat kita?"

"Bu-bukan ... dia hanya teman di SMA saat aku pindah, Kak."

"Terus kenapa kamu seperti orang ketakutan?"

'Aku malu, kak ... saat setahun sekolah bsrsamanya aku sangat alim. Bahkan teman-teman menjukukiku muslimah yang taat.'

Flasback

"Oh murid baru, kenalan dong," ucap Dezan sambil mengulurkan. Bukannya sambutan uluran tangan dari wanita yang duduk di depannya, tapi malah derai teman satu kelasnya.

Hahaha

"Dia alim, nggak mau bersentuhan ... pindahan pondok terkenal," ucap Dinar sambil menepis tangan Dezan. Dia berdiri diantara Dezan yang berdiri menjulang dan Derin yang duduk dengan muka tersipu.

"Yaaah, nggak asyik dong," jawab Dezan sambik duduk di meja dekat Derin. Gadis itu tertunduk malu, apalagi saat teman lelami lainnya berdatangan dan menggodanya. Ada yang memuji karena kecantikan dan kealimannya ada juga yang meledek.

"Halah, di sana dia belum biasa kenal coqok saja jadinya sok alim. Pondok itu, kan dipisah anak lelaki dan perempuannya. Jadinya pada kuper, yang laki-laki sok jaim yangbperempuan sok jaim. Padahal mereka saling damba."

"Nggak begitu, Don. Saudaraku lulusan sana jadi ustaz dan punya rumah tangga yang baik. Dan banyak juga kok lulusan sana yang berhasil jadi orang sukses."

"Memang, tapi yang jadi kuper terus ujungnya kebablasan juga ada. Gimana sih sapi kalau diikat terus? Begitu dilepas langsung bablas."

"Hei ... Derin nggak gitu. Buktinya dia alim. Kamu judes banget sama Derin nanti naksir lho Don."

"Bener, tu ... mendingan kayak aku. Kita berteman ya," ucap Dezan yang masih duduk di meja dengan gayanya yang santai.

"Rin, kamu kok malah bengong sih? Jangan-jangan bener dia mantanmu?"

Derin menjelaskan pada Dery kalau dia tidak pernah pacaran dan baru dia saja yang diterima cintanya.

"Bisa dibuktikan ucapanmu, Rin?"

"Bukti apa  Kak?"

Dery terkekeh dia merangkul bahu Derin dari belakang kemudian membisikkan sesuatu yang membuat Derin menjauh dan melotot.

"Aku tunggu, ya."

Setelah berkata begitu, Dery menerima telpon dan segera pergi meninggalkan Derin. Gadis yang memakai pakaian olah raga santai dengan kerudung segi empat yang dilipat dua itu berlari kecil. Dia mencari Dezan, yang pergi begitu saja. Derin meeasa perlu menjelaskan pada lelaki yang sangat baik itu.

Setelah hampir putus asa mencari, Derin menemukan Dezan yang sedang makan bubur kacang hijau.

"Zan," ucapnya sambil duduk di sebelahnya.

Ketika Kebahagiaan TergadaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang