Btw, kenapa aku pakai nama Rosid, karena nama itu adalah nama kakaku yang sudah berpulang ke Rahmatullah.😓
GENDHIS
Alhamdulillah, meeting berjalan dengan lanjar, kontrak kerja pun sudah kami tandatangani, dan tentunya keberhasilan ini tidak lepas dari campur tangan si bocah OB, opst, bocah yang kukira usia masih belasan ternyata sudah berusia dua puluh lima tahun, dan bagiku dia sangat mengagumkan seorang OB mampu mengerjakan tugas seorang IT dengan handal, dan ternya hal mengagumkan dari OB bernama Rosid itu baru ku ketahui, banyak dari karyawan kantorku pernah di bantu menyelesaikan permasalahan dengan printer atau PC kerja mereka, bahkan mesin foto copy ngadat Rosid pula yang menyelesaikannya.
"Tik... Kamu tau kenapa Rosid kerja menjadi OB padahal dia bisa mendapat kerja lebih baik." Tanyaku pada Tika di sela-sela dia membereskan berkas-berkas sisa rapat.
"Hemmm..... Mungkin menjadi OB lebih fleksibel bu, Rosid kalau malam harus kuliah, dan dia sering ijin keluar ketika pekerjaannya telah selesai untuk ke Rumah Sakit mengurus ibunya yang sedang sakit." Aku tak tau Tika begitu paham dengan Rosid.
"O ya.... Dia kalau malam kuliah?? Trus ibunya sakit apa??". Tanyaku, entah kenapa aku sangat ingin tau kehidupan pribadi Rosid.
"Iya bu dia kuliah ambil jurusan Sistem Informasi jadi ya jelas dia pinter soal perangkat lunak, trus soal sakit ibunya saya kurang tau, kabarnya ibunya sering terapi, jadi kalau dia dia terapi dia akan bolak balik ke rumah sakit di jam kerja. Dan bu Indah atasannya cukup bijak bu, memberi kelonggaran bila ibu Rosid terapi, ya mungkin karena pengalaman bu Indah dulu suaminya sakit-sakitan dan sering ijin." Keistimewaan Tika itu selalu menjawab lebih dari yang aku tanyakan, dan dia seperti googlenya perusahan serba tau tentang personal karyawan di perusahaanku.
"Ok Tik, beri tambahan bonus dua kali gaji untuk Rosid ya, karena sudah membantu mengusir virus dari laptopku." Aku bergegas pergi dari ruangan rapat dan memang sudah waktu pulang.
"Siap bu..."
Aku bergegas keluar dari kantor dan menuju tempat tongkrongan ku dan kawan-kawanku, hari ini akhir pekan, kami sering menghabiskan sore di tepi pantai sambil menikmati matahari yang berangsur tenggelam.
Saat ini aku Ambar, Tyas, Tiwi dan Siwi sudah duduk manis di tempat duduk favorit kami paling ujung paling dekat dengan pantai, suasana cukup ramai banyak remaja mengabiskan sorenya di sini.
Kami memiliki usia hampir sama dan sama-sama masih lajang, ya usia matang untuk melajang, yang membedakan aku dengan mereka adalah, mereka sudah bertunangan menunggu hari H nya untuk menikah, sedang aku baru saja di selingkuhi oleh calon suamiku.
Pesanan makanan sudah kami habiskan tinggal cemilan dan minuman menjadi teman ngobrol kita.
"Ada yang bisa temani aku ngurus undangan gak??" Tyas sudah mulai me list daftar undangan.
"Kayaknya aku minggu-minggu ini agak senggang Yas, entar aku bantu dech". Yah Tiwi paling punya banyak waktu di antara kami, dia seorang guru jadi kalau udah selesai ngajar udah gak ada kerjaan dan jam ngajarnya hanya sampai jam sebelas.
"Makasih ya Wi, kamu memang yang terbaik". Tyas memeluk Tiwi, dan membuat aku dan yang lain mencibir kan bibir kami.
"Hemmmm.... Kalau ada maunya bilang yang terbaik, eh tapi besok kalau aku mulai bikin undangan aku juga di bantu ya Wi...." Kali ini Ambar ikutan menampilkan puppy eyes nya.
"Hiuuuuhhhhh...." Kali ini aku hanya mampu memutar bola mata jengah
Dan perasaan bersalah muncul di wajah kawan-kawanku, mungkin mereka merasa bersalah karena aku baru saja putus dengan pacarku.
"Maaf ya Ndis... Kami kurang peka dengan keadaanmu." Kali ini Tyas berucap dan menggenggam tanganku merasa bersalah.
"Udah dech never mind. Mungkin ini yang terbaik buat aku, untung saja aku gak jadi sama Hendra, untungnya lagi ketahuan busuknya sebelum aku nikah sama dia, bayangin aja kalau dia selingkuh sama Meta pas kami udah nikah, tragedi emak sama bapakku akan berulang padaku." Aku mencoba menampilkan diriku versi tegar di hadapan para sahabatku.
"Uuuhhhh ... Kamu yang sabar ya bebh". Tiwi memelukku berusaha menunjukan perhatian tulusnya kepadaku.
Aku memang sangat beruntung di kelilingi orang-orang baik, meski ada teman baik lainnya yang menikamku.
"Eh Guyyysss aku mau crita ni, keluar dari topik kawinan dan penghianatan ya, tadi ada yang mengirim virus di emailku dan juga milik Tika sekretarisku, alhasil Guyss.... Hampirrrr saja aku kehilangan rekanan bisnis dari Milan". Aku sangat bersemangat menceritakan soal kejadian siang tadi.
"Truuusss gimana Ndis, terselamatkan gak file-file mu??". Ambar membulatkan matanya.
"Alhamdulillah, terselamatkan, dan tau gak kalian siapa penyelamat ku?". Jawabku dengan menggerakkan alisku.
"Mahendra Wibisana??". Jawab Tyas asal yang langsung di jitak oleh Tiwi.
"Enak ajaaa.... Aku malah curiga itu kucrut yang ngirim virusnya." Jawabku agak kurang yakin namun mengingat dia memiliki perusahaan pengadaan aplikasi bisa jadi Hendra pelakunya.
"Trusss siapa the Hero nya Ndis??". Ambar penasaran dengan penolongku.
"Namanya Rosid, Office Boy di kantorku." Jawabku
"Ha??? Office Boy?? Ganteng gak?? Masih muda??." Masih juga berntar lagi kawinan masih kepo dengan mahluk berjenis laki-laki.
"Ingat Ougut Tyasss.... Bentar lagi bakal nyeret kamu ke Altar." Sarkasku. Ougut seorang Pendeta Kristen Protestan calon suaminya Tyas.
"Ahhh.... Kamu tu ya, kan cuman penasaran aja, siapa tau dia ganteng trus, kamu kepincut, trussss.... Nyusul kita dech kepelaminan". Ah lagi-lagi Tyas membuat aku memutar bola mataku karena jengah dengan kecentilan nya.
"Maaf kawan-kawan mungkin mengecewakan ya ... Kalau aku sampai saat ini mungkin sampai seumur hidupku aku akan membujang". Suasana kembali hening dan kawan-kawanku menatapku dengan pandangan tak percaya.
"Ndisss.... Jangan berujar begitu, tidak semua laki-laki itu sebrengsek Mahendra atau tidak setanggung jawab, maaf Bokapmu..." Siwi menggengam tanganku iba.
"Aku memang gak minat mikir percintaan Wi, aku gak ingin terluka lagi, dan buat apa menikah kalau akhirnya anak yang jadi korban seperti aku." Ketegaran ku pun ambyaaaarrrr mengingat perceraian kedua orang tuaku yang menjadikan ku tumbal, dari konflik mereka.
Bersambung
Jangan lupa vote & coment ya...😘😘😘Kasiahan ya Gendhisss....
Udah di hianati pacarnya, ternyata orang tuanya dulu mencampakkannya....
KAMU SEDANG MEMBACA
G E N D H I S
General FictionMemiliki anak tanpa ikatan pernikahan, itu hal yang sangat di inginkan Gendhis, bisakah itu terjadi, adakah laki-laki yang bersedia menjadi partner Gendhis untuk berkembang biak?? *** Kisah pernikahan dengan perjanjian rumit demi mendapatkan keturun...