Hero

26 5 0
                                    

Terimakasih masih setia mengikuti kisah perjalanan Gendhis. Dan selamat membaca😘😘😘😘

ROSID

"Baiklah kelas malam ini selesai, jangan lupa tugas bisa di kirim ke email saya, paling lambat besok jam empat sore, selamat malam, dan selamat ber akhir pekan." Ucapan penutup dari dosenku Bahasa Pemprograman.

Aku bergegas beranjak dari dudukku dan menuju motor matic ku yang saat ini berdiri gagah dan basah karena malam ini gerimis, namun meski gerimis tak menyurutkan niatku untuk segera bergegas ke Rumah Sakit, saat ini ibuku di rawat di Rumah Sakit karena ada pengapuran di lututnya, sebenarnya kepalaku sangat puyeng memikirkan biaya pengobatan ibuku yang perkiraan untuk biaya operasi penggantian tulang tempurung lutut membutuhkan biaya sekitar tujuh puluh juta, entah dari mana bisa mendapatkan uang sebanyak itu, padahal ibuku memang membutuhkan operasi tersebut.

Aku mulai melajukan motorku dengan kecepatan sedang menuju Rumah Sakit tempat ibuku di rawat, setelah ku parkirkan motorku di halaman Rumah Sakit, aku sedikit berlari karena gerimis menuju pintu masuk rawat inap ibuku.

Aku terhenti saat mendengar orang yang sedang bertengkar di sisi mobil yang akan aku lalui.

"Iya Sayang.... Aku datang ingin memberimu kenikmatan". Laki-laki yang kurang jelas wajahnya, karena posisi memunggungiku, suaranya begitu berat dan serak seolah penuh nafsu, aku kira akan ada orang melakukkan hal maksiat di area parkir Rumah Sakit.

Aku merasa malu sendiri melihat semua itu, dan belum sempat aku berbalik arah, aku mendengar umpatan dari si gadis dalam kungkungan sang pria yang belum sempat kulihat wajahnya.

"Kamu memang laki-laki terbrengsek yang pernah aku kenal Hendra." Deg... Suara Bu Gendhis. Aku urungkan untuk berbalik arah, dan sepertinya bos ku butuh bantuanku.

"Cuiiihh." Bu Gendhis meludahi wajah Hendra tepat di pipinya. Hendra mengusap pipinya dengan lembut, dan belum sempat aku mendekat ke arah mereka, tangannya menarik rambut bu Gendhis dan langsung mendorong dengan keras kepala bu Gendhis ke mobil yang parkir di sebelahnya.

Dan Bu Gendhis luruh ke lantai dengan kening membiru.

***

AUTHOR

"Heiii... Kau, laki-laki beraninya dengan perempuan". Mata Gendhis sudah mulai menggelap dan tubuhnya luruh ke lantai, namun dia masih bisa mendengar pertengkaran dua orang pria, tak lama di melihat Hendra jatuh di depannya dengan hidung mengucurkan darah.

Rosid mengabaikan tubuh lemas Hendra yang sepertinya dalam kondisi mabuk, dan menggendong Gendhis ala uwwuuuuwuuu....

"Panasss..... Tolong aku, aaahh... Panas..." Gendhis mendesis merasakan sekujur tubuhnya sensitif dalam gendongan Rosid.

Rosid menggendong Gendhis ke IGD dan menyerah ke tanggan yang tepat.

Rosid bergegas ke ruangan rawat inap ibunya.
"Assalamualaikum bu... Maaf Rosid agak lama, tadi ada teman Rosid yang kecelakaan, dan Rosid menolongnya, mengantarkannya ke IGD". Rosid mengambil tangan ibunya yang sedang duduk.di ruang rawat inapnya.

"Trus gimana keadaan temanmu Sid?" Tanya perempuan setengah baya itu dengan jilbab panjang melekat di tubuhnya.

"Belum tau bu, Rosid mau minta ijin ibu, buat nemani teman Rosid dulu di IGD, sebelum keluarganya datang." Rosid menunduk, berharap ibunya mengijinkan untuk menunggu bu Gendhis yang saat ini kondisinya belum di ketahui oleh Rosid.

"Iya Sid, kasian temanmu, ibu tidak apa-apa, oh iya kata dokter tadi siang besok ibu sudah boleh pulang, hasil laborat ibu semua nya bagus, sambil nunggu jadwal operasi, ibu di perbolehkan pulang, dan terapi  rawat jalan dulu." Papar ibu Rosid sambil tersenyum, Rosid pun ikut tersenyum lega selain persendian ibunya baik-baik saja, setahu ibunya, pembiayaan pengobatannya pakai asuransi yang dulu tergabung di tempat kerja Almarhum bapaknya, padahal setelah bapaknya meninggal, biaya asuransinya terhenti dan tidak bisa di lakukan pengklaiman.

Rosid kembali ke IGD untuk mengetahui kondisi  Gendhis terkini.

"Anda saudaranya pasien??" Tanya Seorang dokter kepada Rosid.

"Hemmmm iya dok, bagaimana kondisi pasien saat ini." Rosid menjawab asal kepada dokter.

"Kondisi pasien kurang baik, selain benturan di kepalanya, pasien meminum obat perangsang dengan dosis tinggi, sehingga kami memberi suntikan obat penenang dulu." Obat perangsang, Rosid tak percaya dengan penuturan dokter tadi.

"Saat ini pasien harus rawat inap dulu, kami akan melakukan observasi dengan benturan di kepalanya."

"Iya dok terimakasih, boleh saya menemui pasien?"

"Ya, silahkan."

***

ROSID

Kubuka tirai di ruang IGD melihat wajah pucat Bu Gendhis, aku sangat bersyukur, aku datang tepat waktu sebelum laki-laki bejat tadi merenggut kehormatan bu Gendhis dengan cara licik, mencekokinya dengan obat perangsang.

Aku teringat dengan pria yang ku hajar di tempat parkir tadi.

Aku bergegas ke tempat parkir setelah mengantarkan bu Gendhis ke ruang rawat inapnya.

Dan ternyata pria yang kuhajar tadi masih pingsan di tempat semula, karena sudah larut malam, pastilah sudah sepi dan jarang ada orang yang lewat, aku bergegas ke pos scurity dan melaporkan kejadian tadi, Alhamdulillah di dekat lokasi ada cctv yang bisa menjadi bukti penganiaya yang di lakukan pria tadi.

Setelah di urus oleh scurity aku kembali ke ruangan bu Gendhis, ku ambil handphone nya ternyata di kunci, aku pun tak bisa menghubungi keluarganya, karena memang aku tidak tau menahu soal keluarga Bu Gendhis.

Aku kembali ke ruangan Bu Gendhis, ku pandang wajah cantiknya, hidung nya dan rambutnya jelas Bu Gendhis bukan orang lokalan asli Surabaya, atau kabarnya kelahiran Jepara, dia seperti dewi Aphrodite, sangat cantik sayangnya nasib nya tak secantik wajahnya, dua kali aku menemukan bu Gendhis dalam kondisi memprihatinkan dengan laki-laki yang sama, semoga pria tadi mendapatkan ganjaran setimpal.

Bersambung

Mohon maaf ya masih banyak Typonya, dan jangan lupa ya 🌟 & komentnya

G E N D H I STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang