PROLOG

83 12 3
                                    

Fokus...

Fokus...

Sekiranya itu yang dilakukan Rembulan selama hampir 2 jam lamanya.

Menjadi seorang yang 'terpaksa' mandiri, membuatnya tahu bahwa waktu sangatlah berharga.

Sepulang berkuliah Rembulan langsung bekerja, sepulang bekerja Rembulan langsung membersihkan diri dan mengerjakan tugas.

Sebenarnya Rembulan bisa saja tidak bekerja, tetapi mendengar ibunya yang selalu membanding-bandingkan anak tetangga membuatnya risih. Meskipun bukan beasiswa, tetapi setidaknya dirinya bisa membiayai kuliahnya sendiri dengan hasil keringatnya.

Menjadi anak satu-satunya di keluarga broken-home bukanlah hal yang mudah baginya.

Tidak dapat dirinya sangkal, Rembulan merasa sangat kesepian. Dirinya ingin diperhatikan, ditanya bagaimana keadaannya dan perasaannya.

Ah. Tetapi... sudahlah.

Berkuliah di salah satu universitas negeri dengan jurusan kehutanan, sebenarnya sangat luar biasa bagi Rembulan yang selama ini tidak pernah keluar dan hanya di rumah. Setidaknya Rembulan dapat melihat sebagian kecil dunia yang indah, nyata, dan luas ini.

Tidak bisa dirinya sangkal bahwa di semester 5 ini semuanya berantakan, waktu tidur yang sebentar, makan tidak teratur, dan kamar yang berantakan. Tidak ada sama sekali waktu untuk memanjakan diri.

Berbicara mengenai hal itu, untuk memiliki seorang pacar saja teramat sulit baginya. Selama ini, Rembulan selalu cinta bertepuk sebelah tangan. Sebatas itu.

Tapi, sejak memasuki semester ini pula Rembulan seperti menjajaki dunia webtoon yang selalu menemani hari-harinya.

Rembulan sedang dekat dengan seorang senior dan sekaligus asisten dosen untuk regu praktikum di mata kuliah Konservasi Alam.

Tidak mungkin disebut menjajaki dunia webtoon jika hanya sebatas itu saja, lelaki itu di mata banyak orang selayaknya kupu-kupu yang kehadirannya selalu dinanti-nantikan...

Mahasiswa S2, pintar, asisten dosen, bekerja sebagai seorang photographer paruh waktu, ramah, dan social butterfly.

Coba saja, sebutkan salah satunya. Maka, seantero fakultas tahu siapa lelaki itu.

Radika, dipanggil Radi.

Akhir-akhir ini, Radi selalu menghubungi Rembulan– di luar seputar materi konservasi alam. Bahkan selalu mengajaknya menghabiskan waktu berdua, tapi sejauh ini Rembulan belum menerima ajakan itu.

Karena selain tahu diri siapa dirinya, Rembulan juga sibuk bekerja.

Ponselnya berdenting, menandakan pesan masuk.

Kak Radi: Nomor 1, 4, sama 5 udah aku kirim di email, cek dulu ya.

Rembulan tersenyum lebar.

Rembulan: Oke, makasih Kak Radi... baiknya.

Kak Radi: Gak gitu dong, tapi janji loh besok mau nemenin nonton kan?

Sejak minggu lalu, Radi mengajak Rembulan untuk menonton bioskop bersama, tapi Rembulan dengan sejuta alasannya berhasil menolak.

Sampai akhirnya, Rembulan benar-benar kewalahan dengan tugas yang menumpuk dan perlu tenaga bantuan, jadi Radi menawarkan diri– itu pun perlu dengan cara memaksa. Akhirnya, Rembulan menerima tawaran Radi dengan kesepakatan bahwa Rembulan tidak akan menghindarinya lagi dan mau diajak nonton bersama.

Rembulan: Ya.

Rembulan membaca hasil jawaban Radi, sangat sempurna, sekiranya itu yang terbesit di kepalanya.

Between The MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang