1

383 57 7
                                    




" Eodigaa?"


Sungjun yang melangkah mengendap-endap hendak keluar dari kamar yang hanya di tempati Gyehun itu tersentak kaget. Tubuhnya membeku di depan pintu yang gagangnya hampir di gapai mendengar suara berat khas bangun tidur dari sang pemilik kamar.



Setelah hilang kejutnya, pemuda itu memejamkan matanya erat sebelum menghembuskan nafas pendek pertanda kesal.





" Eodiga?" Suara berat itu kembali terdengar. Kali ini terdengar lebih tegas.




Sungjun membalikkan tubuhnya, menatap Gyehun yang masih tidur meringkuk di kasurnya dengan mata yang terlihat masih berat untuk di buka sepenuhnya.




" Tentu saja ke perusahaan. Kemana lagi?" Jawab Sungjun sembari mengulum bibirnya, sedikit gugup.





" Kamu ingin meninggalkanku?" Ujar Gyehun. Wajahnya mengernyit, terlihat berusaha mengumpulkan seluruh nyawanya yang masih melanglangbuana.




" Aku harus datang lebih pagi, hyung. Konsep kami masih belum di putuskan." Sungjun berusaha terdengar rasional.



" Sekolah?"



" Aku akan mengambil libur untuk hari ini."




" Sarapan?"




Sungjun menatap Gyehun yang berusaha bangkit lalu mengucek matanya.


" Aku akan membeli roti di jalan."




" Kemarilah."



Sungjun menghela nafas berat.




" Apalagi hyung?" Tanyanya putus asa. Tapi demi di lihatnya wajah tak ingin di bantah Gyehun, Sungjun memutuskan untuk melangkah mendekat.



Sesampainya di pinggiran ranjang, Gyehun beringsut mendekat lalu memeluk pinggang Sungjun dan menyembunyikan wajahnya di perut yang lebih muda.




Untuk yang kesekian kalinya Sungjun menghela nafas lelah. Ia sudah menyangka ini akan terjadi padanya. Gyehun tidak akan terlalu mendengarkan keluhannya tentang harus datang lebih pagi ke perusahaan. Pemuda yang tengah mengalami pubertas itu hanya menginginkan perhatiannya setiap saat.



" Aku bermimpi buruk."




Terdengar gumamam Gyehun yang masih di dengar jelas oleh Sungjun.




" Mimpi?"



Terasa anggukan Gyehun di perutnya.



" Jangan terlalu memikirkannya. Mimpi hanya bunga tidur." Ujar Sungjun. Tangannya terangkat ragu-ragu untuk mengelus punggung telanjang Gyehun.



Gyehun menjauhkan wajahnya dari perut Sungjun, menatap langsung mata Sungjun yang juga tengah menatapnya itu.



Tapi setelahnya Gyehun kembali memeluknya. Terlihat tak berniat menanggapi pernyataannya barusan.



" Hyung?"


" Mm?"



" Jangan terlalu banyak berfikir." Kini tangannya kembali terangkat ragu untuk mengelus rambut tebal Gyehun.



Sungjun merasa tak tega. Di setiap harinya Gyehun terlihat tidak baik-baik saja. Nilai sempurna yang mereka dapatkan ketika berada di tim yang sama membuat Gyehun semakin merasa terbebani karna harapan semua orang yang terlalu tinggi padanya. Karna alasan itu lah Sungjun menjadi lebih berhati-hati ketika berhadapan dengan Gyehun karna tak ingin menambah beban fikiran si pemuda Lee.



Lee Gyehun & Oh SungjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang