Mungkin, jatuh cinta pandangan pertama pada seseorang yang ia kenal di halte bus adalah sebuah pilihan paling bodoh yang pernah jaemin buat.
Karena perlahan jaemin mulai tersadar bahwa orang yang ia cintai, hanya akan datang ketika hujan turun, dan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Derap langkah itu kini berhenti tepat di depan Jaemin, rintik hujan itu kini bahkan ikut berhenti turun membasahi badannya yang sudah basah kuyup.
Jaemin mendongakan kepalanya menatap seseorang yang kini tengah memegangi payung hitam, dengan senyuman manis di wajahnya.
"Namaku jeno–" ucapnya senang sambil mengurkan tangan pucatnya.
Jaemin menghela nafasnya lega. sudah ia duga, cinta pertamanya tidak akan terluka, jaemin hanya terlalu khawatir.
Uluran tangan itu kini di sambut dengan hangat "Namaku Na Jaemin, kau bisa memanggilku Jaem– "
"Nana!" sela Jeno dengan cepat.
Jaemin sedikit kebingungan, namun saat melihat senyuman cerah Jeno– Mungkin sepertinya tak apa bila namanya sesekali di ubah drastis oleh seseorang yang ia cintai.
"Baiklah, Nana.. Aku menyukai nama itu"
"cantik, persis sepertimu."
Keduanya kini sedang duduk termenung di halte bus, netranya saling berpandang lurus malu. "kau tau, seseorang memberitahuku kalau ada seorang lelaki yang tertabrak di depan halte bus.."
Jeno mengangguk tanpa menghilangkan senyuman di wajahnya, netra terang itu kini bahkan tak henti memandangi wajah Jaemin yang hampir sempurna.
"Aku takut, aku kira itu kamu" ucapnya sendu menatap netra Jeno yang kini menghangat, tak sedingin dulu, saat mereka pertama kali bertemu.
"kau takut aku hilang?" tanya Jeno dengan wajah lugunya.
Mendapat pertanyaan itu, Jaemin terdiam cukup lama, netranya kini menutup malu menundukan wajahnya yang memerah padam seperti tomat.
"Umm.. Iyaa, aku takut" ucapnya malu-malu.
Sedangkan jeno kini terkekeh geli karena kata-kata Jaemin, lalu meraih lengan hangat itu untuk di genggam oleh kedua tangannya yang sedingin es.
"Nana, Jeno baik-baik sajaaa"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Entahlah, mungkin kedatangan Jeno seperti sihir di hidupannya, Jaemin semakin memerah, wajahnya kini bahkan tak dapat lagi menampung senyumnya yang lebar dan penuh kebahagiaan.
Lengan Jaemin terulur untuk mengelus surai lembut itu dengan berhati-hati, lalu menangkup kedua pipinya untuk mengajaknya berciuman di bawah halte bus yang tengah di guyur hujan deras.
Namun belum sempat menempel, ucapan Jeno seketika membuatnya terpejam.
"Selamat tidur, Na jaemin."
Gelap itu lalu datang, membuat wajah manis itu menghilang seketika tergantikan oleh suara pengukur detak jantung yang kini mulai mememuhi pendengarannya.
"Syukurlah Jaemin kau sudah sadar!"
Cie yang ngira bab kemarin endingnya, tenang aja friend masih banyak chapternya.
Tetep komen sama vote ya! Biar ga di gantung mulu sana sini..