Prologue

16.7K 315 19
                                    

       Musim panas telah tiba, cuaca cerah dengan langit biru indah seolah menjadi latar sempurna bagi negri raksasa yang indah ini. Tercium jelas aroma khas dari rerumputan hijau yang basah dan lembab karena terguyur hujan semalam. Pagi ini terasa begitu damai dan selayaknya dinikmati.

       Begitu pun dengan pemuda tampan dengan manik biru muda yang kini tengah duduk di bangku taman sembari memejamkan matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

       Begitu pun dengan pemuda tampan dengan manik biru muda yang kini tengah duduk di bangku taman sembari memejamkan matanya. Berusaha menikmati suasana sempurna ini. Ia dengarkan dengan seksama suara-suara kicauan burung kecil yang hinggap di dahan-dahan pohon ek. Sementara angin menari-nari meniupkan dedaunan pohonnya yang rimbun, menimbulkan gemerisik merdu bagai melodi yang terdengar olehnya.

       Aldrich Williams, pemuda berusia 30 tahun seorang pilot dengan jam terbang tinggi di sebuah maskapai penerbangan internasional

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

       Aldrich Williams, pemuda berusia 30 tahun seorang pilot dengan jam terbang tinggi di sebuah maskapai penerbangan internasional. Aldirch pria yang sangat menjunjung sopan santun dan selalu tenang. Itu kenapa banyak perempuan yang tegila-gila padanya, semarah-marah dan sebenci-bencinya ia pada seorang perempuan ia tidak akan bersikap kasar pada perempuan itu, bahkan pada perempuan yang telah menyakitinya sangat dalam. Pantang baginya bersikap kasar pada kaum yang menurutnya lemah dan sangat ringkih.

       Seperti apa yang terjadi pada hubungan percintaannya dan juga ibunya, ia tidak memiliki jejak indah bersama pasangannya dulu, pun dengan ibunya. Sejak kecil Aldrich tidak mengenal apa itu cinta seorang ibu, namun di saat dewasa ia tetap harus berbakti pada ibunya yang sudah ringkih atas dasar balas budi dan kemanusiaan. Sungguh ironi, bukan?

       Ia sengaja mengambil cuti penerbangan selama 3 hari untuk menenangkan pikirannya terutama setelah pertengkarannya dengan sang ayah dan nenek nya. Berada di keluarga yang tak utuh benar-benar menyiksa batinnya. Rasanya hidupnya tidak bisa mulus sebentar saja. Setidaknya yah, untuk 3 hari kedepan di tempat ini. Ia benar-benar butuh liburan, sendirian, dan tenang.

       Aldrich masih terlarut dalam belaian senandung alam sampai ia sedikit tersentak saat mendengar suara tawa riang tak jauh dari tempatnya duduk. Perlahan ia lalu membuka matanya berusaha mencari pemilik suara tawa riang itu. Hingga ia mendapati seorang gadis manis bertubuh mungil tengah melompat-lompat sambil berlari kecil mengejar sekumpulan burung-burung yang berterbangan di sekitar gadis itu seolah memang mengajaknya bermain. Gaun merah muda yang gadis itu kenakan ikut menari-nari tertiup angin sepoi-sepoi musim panas. Aldrich tertegun, entah mengapa baru kali ini ia merasa tidak muak melihat perempuan. Ia justru merasa sesuatu yang hangat di hatinya. Tak lepas-lepas Aldrich memandangi gadis itu dengan manik kelabu-nya yang berkilat tertimpa sinar matahari.

Daddy's LittleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang