Luvia duduk di atas koper miliknya seraya meniup-niup poninya. Sementara Annabelle berjongkok dengan berpangku dagu. Nampaknya mereka tengah menunggu sesuatu atau mungkin seseorang. Sudah sekitar 20 menit mereka menunggu tepat di depan pintu utama bandara. Itu artinya sudah sekitar 45 menit semenjak pesawat mereka landing di bandara ini.
"Lu ... sampai kapan kita akan menunggunya? Aku harus pergi, Lu ..." ucap Annabelle yang mulai bosan menungu.
"Sabar Ann, aku harus menunggunya. Atau mungkin aku tidak akan bisa bertemu dengannya lagi!" sahut Luvia.
"Ya, tapi sampai kapan? Mana pangeran berkuda putih mu itu huh?"
"Sebentar lagi Ann ..."
Annabelle hanya bisa mendengus sebal. Sahabatnya ini sangat keras kepala. Kalau sudah begini ia harus mengalah dan menuruti keinginan Luvia. Atau Luvia bisa menangis dan cemberut seharian.
Dzzt Dzzt
Ponsel milik Annabelle pun bergetar, tanda ada sebuah panggilan masuk. Annabelle lalu merogoh saku hoodie-nya dan segera mengangkat panggilan tersebut, begitu ia membaca nama yang tertera di ponselnya.
"Se-selamat siang, tuan. Ah, um maaf tadi pesawat kami sempat delay jadi kami agak terlambat sampai di sini." kata Annabelle beralasan.
"Oh, saya baru saja keluar pintu utama bandara pak. Ya, baik! Saya segera menuju kesana." sambung Annabelle masih pada seseorang di telepon.
Annabelle lantas menutup teleponnya dan melirik Luvia yang masih setia memandangi mobil-mobil yang berlalu lalang di lobby bandara. Mungkin saja mobil Aldrich sebentar lagi lewat, pikir Luvia. Sementara Annabelle hanya bisa menghela nafas. Sepertinya kali ini ia harus meninggalkan Luvia. Meskipun sebenarnya ia tidak tega tapi kalau ia terus ikut menunggu di sini ia bisa kehilangan kesempatan emasnya. Dan ia juga tidak mungkin mengajak Luvia untuk meninggalkan tempat ini sekarang, dia tidak akan mau. Gadis itu kan sangat keras kepala jika menyangkut hal seperti ini. Annabelle lalu berjalan menghampiri Luvia.
"Lu, aku harus pergi sekarang. Tadi atasanku dari kelas renang sudah menelepon ku, kalau aku tidak segera kesana mereka akan memberikan posisi ku pada orang lain." Annabelle berujar sambil menepuk pundak Luvia.
Luvia tersenyum lembut, ia tidak boleh egois. Sahabatnya tidak boleh kehilangan kesempatan dan impiannya hanya karena kepentingan pribadi nya. Lagi pula ia udah besar ia pasti bisa menjaga dirinya sendiri.
"Iya Ann, tak apa pegilah. Aku akan baik-baik saja."
"Kau yakin? Kau tidak ingin ikut saja denganku?" tanya Annabelle berusaha memastikan Luvia.
"Umm!! Aku disini saja menunggu Aldrich, aku kan baik-baik saja. Aku kan sudah besar!" Luvia tersenyum lebar.
Gadis berkacamata itu menghela nafasnya, nampaknya Luvia tetap kukuh dengan keinginannya.
"Baiklah kalau itu maumu, oh begini saja! Tunggu lah sampai 15 menit lagi. Kalau dia masih belum datang juga kau harus segera pergi, mengerti? Aku juga sudah mengirimkan alamat gedung flat kita di e-mail."
"Jaga dirimu baik-baik ya? Ingat jangan pulang malam-malam!" tambah Annabelle sambil menatap sahabatnya lekat.
"Iya Ann! Sudah sana! Aku sudah besar kok! Aku akan baik-baik saja." Luvia berkata seraya mendorong tubuh Annabelle pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy's Little
RomanceAldrich Williams, seorang pilot maskapai penerbangan internasional dengan sifat dingin dan tenangnya menyimpan sisi lain dari dirinya yang tidak pernah ia tunjukkan ke muka publik. Ia simpan rapat-rapat di dalam dirinya. Dan berusaha mengubur dan me...