For You

6.6K 146 8
                                    

       Aldrich kembali dengan membawa sebuah kantung cokelat berisi 3 potong roti dengan rasa yang berbeda. Stoberi keju, dan kismis, aroma khas bakery menyeruak begitu Aldrich membuka pintu mobilnya. Membuat Luvia menoleh dengan kedua mata yang berbinar. Aldrich terkekeh pelan melihat reaksi Luvia, ia lalu memberikan kantung itu pada Luvia dan disambut dengan antusias oleh Luvia.

       "Makanlah, aku tidak tahu kau suka rasa apa jadi kubelikan semua rasa yang terpajang." ujar Aldrich.

       "Um! Terimakasih daddy! Padahal Lulu akan memakan apa saja yang daddy berikan kok! Tapi Lulu suka semuanya hehe ..." sahut Luvia sembari tertawa.

       Aldrich menaikkan sebelah alisnya lalu menatap lekat Luvia yang mulai melahap salah satu rotinya, "Lulu? Oh jadi sekarang kau mulai memakai panggilan Lulu saat berbicara denganku? Kau juga mulai terus memanggilku daddy, hm?"

       Luvia tersentak ia lalu terdiam menatap Aldrich. Ia juga baru sadar tentang hal itu, padahal biasanya Luvia hanya menggunakan sebutan itu saat berbicara dengan mama dan mendiang papanya, atau juga kakeknya. Ia sendiri tidak mengerti kenapa juga ia harus menggunakan sebutan itu pada Aldrich. Wajahnya seketika memerah, Luvia memalingkan wajahnya dan hanya terdiam sambil terus melahap rotinya. Membuat Luvia semakin memerah dan berdebar.

       "Oh so you are being shy baby girl? How cute. It's okay i love it, daddy love it." bisik Aldrich di telinga Luvia, ia menggigit roti yang tengah Luvia santap.

       "D-daddy ..." gumam Luvia pelan seraya menundukkan wajahnya.

       "Kenapa sayang? Daddy senang kok dengan sebutan itu, terus pakai sebutan itu ya saat berbicara denganku, mengerti?"

       Luvia kembali mendongakkan kepalanya, menatap Aldrich dengan tatapan riang. Ia lalu mengangguk di iringi senyuman lebar. Membuat Aldrich merasa sangat tenang dan senang melihatnya, meskipun lagi-lagi hal itu tertutup oleh wajah dinginnya.

       "Did daddy hurt you, princess?" tanya Aldrich yang tiba-tiba teringat kejadian tadi. Tersirat kekhawatiran di wajah dinginnya.

      "N-no daddy, i'm good."

       Aldrich tersenyum mendengar jawaban Luvia, ia membalas genggaman tangan Luvia yang lembut. Sebuah kecupan manis pun mendarat di kening Luvia. Membuat perasaan hangat mengepul di antara keduanya.

       Rasanya hidup Aldrich yang hitam-putih menjadi mulai berwarna berkat Luvia. Sementara Luvia selalu merasa nyaman dan aman berada di samping Aldrich. Luka yang sama-sama mereka miliki dari masa lalu percintaan yang menggores trauma rasanya mulai pudar dan menghilang. Luvia yang ceria dan hangat selalu membuat Aldrich tersenyum dan mulai merasakan emosi.

       Dan Aldrich yang tenang serta lembut padanya, membuat Luvia merasa nyaman dan selalu berdebar. Mobil mewah itu pun mulai melaju mengikuti jalan yang membentang di hadapan mereka.

───── °•. ✿ .•°─────

       Mereka akhirnya sampai di tempat tujuan mereka, sebuah bangunan luas yang penuh dengan nuansa ceria dan menyenangkan. Banyak lukisan dan stiker warna-warni yang menghiasi dinding-dinding dan jendela-jendela bangunan tersebut. Sebuah plang berukuran besar berdiri tepat di sebelah pagar hitam, plang itu bertuliskan 'Local London Pre School'. Itulah tempat Luvia akan menghabiskan setengah waktunya setiap hari di London.

       Nampak anak-anak kecil berlalu lalang di sekitar area sekolah, mulai dari usia 3-6 tahun. Mereka nampak sangat gembira membawa backpack mungil mereka dengan wajah-wajah lugu. Luvia hampir menjerit karena sangat antusias. Membuat Aldrich tertawa pelan melihat tingkah Luvia yang tak kalah menggemaskan. Ia jadi merasa seperti ayah yang mengantar putri kecilnya pertama kali masuk taman kanak-kanak.

Daddy's LittleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang