Jaemin menggendong erat ransel dibelakang punggungnya. Menatap sejenak pada desain pintu rumah kayu minimalis sekadar untuk memastikan bahwa semuanya sudah terkunci rapat. Langkah kaki membawanya ke tempat lapangan olahraga.
Setelah sampai, Jaemin segera mencari tempat duduk kesukaannya. Terletak di antara beberapa warung kecil dengan pohon besar dan rindang yang mengampit tempat tersebut.
Sejuk, dingin, dan suasana tenang, adalah tempat terbaik menurut Jaemin sendiri.
"Dia lagi?" gumamnya mendekat.
Menyadari kehadiran seseorang yang akhir-akhir ini sering duduk ditempat yang sama dengannya.
Perlahan Jaemin menaruh ransel di kursi panjang sebelah kiri, sementara di kursi sebelah kanan seorang wanita menaikan salah satu kakinya. Menatap fokus pada sesuatu yang tengah ia gambar.
Tidak apa-apa.
Itu bukan masalah besar untuknya. Jika memang Jaemin mengatakan bahwa kursi di sini merupakan tempat yang sering ia singgahi, bukan berarti orang lain tidak boleh memilikinya. Pakai saja, ini kan kursi milik semua orang, dan ia tidak boleh egois.
"Permisi," sapa Jaemin sembari membuka topi dan melepas maskernya.
Wanita itu tak terusik sedikitpun. Bahkan ketika Jaemin memicingkan kepala untuk memberitahu keberadaanya, ia hanya menengadahkan kepala untuk melihat, kemudian menunduk lagi dan menggerakan pena didalam jarinya. Melukis sebuah gambar.
Entah, mungkin dia tidak tertarik pada aktivitas makhluk lain. Atau menganggap lelaki yang ada di depannya ini berperilaku sangat membosankan.
"Gambarmu sangat bagus," ujar Jaemin singkat.
Mulai mengikat rekat tali sepatunya dan bersiap untuk putaran pertama.
Jaemin menaruh kedua lengannya didalam saku Hoodie. Tetap memperhatikan wanita tersebut yang menganggapnya seperti hantu tak terlihat.
Hening dan tak ada jawaban. Mengalahkan suara angin di pagi hari yang saling bersaing mengejar tempat mereka masing-masing.
"Hei, asal kamu tau kalau aku tidak bermaksud apapun. Aku hanya ingin memuji bahwa gambaranmu terlihat sangat bagus," ungkap Jaemin kembali, mencondongkan badan ke arahnya wanita itu.
Perasaan yang tak menyenangkan saat sesekali lirikan mata keduanya bertemu. Tak lama kemudian dirinya melihat Jaemin yang sudah berlari mengelilingi area garis start dan berlari perlahan dengan earphone yang menggantung di telinganya.
"Ada-ada saja. Aku bahkan tidak berniat buruk pada wanita itu. Gila," sindir Jaemin tak terima ketika mendapatkan perlakuan tak menyenangkan seperti tadi.
"Dia kenapa? Apa aku melakukan kesalahan," batinnya.
Jari-jari yang sebelumnya bekerja sangat cepat dan lincah seiras dengan imajinasi sang pemilik, terhenti begitu saja ketika ia mengingat hal tadi.
Pandangannya beralih pada Jaemin yang tengah berlari, sesekali mata mereka kembali bertemu seolah menyampaikan isyarat satu sama lain.
"Astaga. Dia masih menuduhku, kan?" cibir Jaemin sinis menaikan ujung bibirnya.
Gadis tersebut menuliskan sebuah kalimat sederhana dalam secarik kertas yang hendak ia berikan. kertas tersebut diselipkan di bawah tas Jaemin dan berlalu pergi tanpa sepatah kata apapun.
Seperti daun kering yang ikut terbang kemanapun arah angin yang membawanya, ia hanya akan mengikuti tanpa berniat bertanya.
Nafasnya tersenggal-senggal setelah melakukan putaran sebanyak 15 kali. Jaemin berjalan ke arah tempat duduk sebelumnya dan melihat kursi tersebut sudah kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Various dreams
FanfictionKUMPULAN CERPEN FANFICTION✍️ Permulaan kisah dalam setiap ceritanya. Hingga semua pemain kini menyadari bagaimana mereka selalu menjadi tokoh utama dalam setiap peristiwa di kehidupan masing-masing. Jung Eunwoo, dan kedua anak laki-lakinya. All pict...